Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

China yang Tak Mengenal "Antiklimaks" di Final, Juara Piala Sudirman ke-12 kali

4 Oktober 2021   07:11 Diperbarui: 4 Oktober 2021   07:13 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemenangan Shi Yuqi atas Kento Momota menjadi kunci China menjuarai Piala Sudirman 2021 usai menang 3-1 atas Jepang/BWF/Badmintonphoto

Piala Sudirman yang terinspirasi dari nama tokoh bulutangkis Indonesia, Dick Sudirman, rupanya belum mau berpisah dari tim bulutangkis China.

Meski turnamen bulutangkis beregu ini kembali digelar di Eropa setelah 14 tahun lamanya (usai dua kali beruntun digelar di China), Piala Sudirman ternyata masih 'akrab' dengan tim China.

Tadi malam, China yang memang tahu jurusnya menjadi juara, memenangi Piala Sudirman 2021 usai mengalahkan Jepang 3-1 di final yang digelar di Vantaa, Finlandia, Minggu (3/10).

Ini merupakan gelar ke-12 China dari 17 kali penyelenggaraan Piala Sudirman sejak tahun 1989 silam. Itu menjadi bukti, China mendominasi turnamen beregu yang memainkan lima nomor di bulutangkis ini.

Sulit menghentikan dominasi mereka. Indonesia yang tahun ini memiliki skuad lebih bagus dibanding sebelumnya pun tak mampu. Indonesia masih memendam mimpi juara lagi sejak menjuarainya tahun 1989 silam.

Begitu juga Jepang yang masih penasaran ingin juara untuk kali pertama, lagi-lagi harus mengakui keunggulan China. Final tadi malam merupakan kali ketiga dalam enam tahun terakhir, China dan Jepang berjumpa di final Piala Sudirman.

Di dua pertemuan di final sebelumnya di tahun 2015 dan 2019 yang digelar di China, sang tuan rumah berjaya. Mereka menang 3-0 atas Jepang.

Kini, meski Piala Sudirman digelar di tempat netral, di Eropa, Jepang belum mampu menghentikan China.

Kemenangan Shi Yuqi atas Kento Momota bernilai krusial

Lalu, apa rahasianya China bisa juara?

Padahal, China tidak tampil full team di Piala Sudirman 2021. Ada beberapa pemain top yang tidak dibawa ke Vantaa. Seperti tunggal putra senior, Chen Long. Ganda putra terbaik mereka, Li Junhui/Liu Yichen. Juga ganda campuran ranking 1 dunia, Zheng Siwei/Huang Yaqiong.

Itulah hebatnya China. Meski tanpa beberapa pemain top, tapi siapapun pemain yang dibawa, mereka bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya bila tampil membela negaranya.

Di final tadi malam, Jepang sebenarnya lebih diunggulkan bisa meraih kemenangan di nomor pertama yang memainkan ganda putra.

Pasangan Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi yang mengalahkan ganda Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik di semifinal (ganda ini menang atas Marcus Gideon/Kevin Sanjaya di perempat final), dinilai sedang on fire. Sementara ganda putra China, He Jiting/Zhou Haodong pernah kalah saat melawan Denmark di perempat final.

Yang terjadi, ganda China justru tampil dalam top form mereka. He Jiting/Zhou Haodong tampil beringas. Mereka menang rubber game 21-17, 14-21, 21-16 yang menjadi poin pertama China.

Di game kedua, China yang diprediksi bisa mengambil nomor tunggal putri, justru gagal. Chen Yufei, peraih medali emas Olimpiade 2020 yang selalu menang di tiga laga sebelumnya, kalah dari Akane Yamaguchi 19-21, 16-21.

Di game ketiga, waktunya tunggal putra. Jepang dinilai bakal unggul dengan Kento Momota. Lawannya Shi Yuqi. Momota pernah mengalahkan Si Yuqi di final Kejuaraan Dunia 2018 dan Kejuaraan Asia 2019.

Tapi, itu turnamen individu. Di turnamen beregu ceritanya beda. Tahu dirinya diharapkan mendapatkan poin, Shi Yuqi tampil edan. Dia menang rubber game 21-13, 8-21, 21-12.

Kemenangan Shi Yuqi membuat China kembali unggul 2-1. Dan itu bernilai krusial. Sebab, dua laga berikutnya merupakan nomor favorit China, ganda putri dan ganda campuran.

Di game keempat, ganda putri Jepang, Mayu Matsutomo/Misaki Matsutomo yang baru dipasangkan di Piala Sudirman ini, tak mampu menghentikan pasangan finalis Olimpiade 2020, Chen Qinchen/Jia Yifan.

Ganda putri China menang 21-17, 21-16. Skor 3-1. Final pun selesai. Tanpa harus memainkan ganda campuran yang sebenarnya bisa menjadi klimaks dari final andai peraih medali emas Olimpiade 2020, Wang Yilu/Huang Dongping bersua peraih medali perunggu Olimpiade 2020, Yuta Watanabe/Arisa Higashino.

Pelajaran 'juara' dari China

Tentu saja, keberhasilan China mempertahankan Piala Sudirman itu tidak seharusnya hanya dijadikan kabar semata. Namun, ada pelajaran bagus yang bisa diambil oleh siapa saja. Utamanya bagi tim bulutangkis Indonesia.

Pertama, tentang kecermatan China membawa pemain ke turnamen beregu.

Ya, China sebenarnya tidak tampil full team di Piala Sudirman 2021. Mereka membawa beberapa pemain muda dengan ranking jauh di peringkat BWF. Seperti tunggal putra Li Shifeng (21 tahun/ranking 65). Lalu pasangan ganda putri Liu Xuanxuan (21 tahun) dan Xia Yuting (21 tahun) juga pasangan He Jiting dan Tan Qiang yang menjadi ganda putra pertama.

China tahu, tanpa Li/Liu di ganda putra, akan membuat mereka lemah di sektor ini.

Mereka juga paham, Shi Yuqi (ranking 10) yang diandalkan di tunggal putra, juga bukan senjata utama meraih poin. Sejak pulih dari cedera, runner-up kejuaraan dunia 2018 ini masih berupaya kembali ke form terbaiknya.

Namun, China cermat dalam menentukan tim. Meski membawa beberapa pemain muda, mereka tetap membawa beberapa pemain yang diandalkan jadi pengeruk poin. Ada Chen Yufei. Ada ganda putri Cheng Qinchen/Jia Yifan. Juga Olympic winner di ganda campuran, Wang Yilu/Huang Dongping.

Hitung-hitungan cermat itu terlihat saat China menang 3-2 atas Thailand di laga terakhir penyisihan yang membuat mereka jadi juara grup A. Lantas, kembali terulang saat mereka menang 3-2 atas Denmark di perempat final (1/10).

Di dua laga itu, China kalah di nomor ganda putra dan tunggal putra yang dimainkan di game pertama dan game ketiga. Tapi, China dominan di tunggal putri, ganda putri, dan juga ganda campuran. Meski sempat tertinggal 1-2 ketika melawan Thailand dan Denmark, China mampu berbalik menang 3-2.

Kedua, pemain-pemain China tampil konsisten. Apalagi bila sudah mencapai babak penting. Mereka seperti tidak mengenal kata tampil antiklimaks.

Ketika ada banyak pemain ranking 10 besar dunia kalah dari pemain ranking jauh di Piala Sudirman, itu tidak berlalu bagi
pemain-pemain China. Ambil contoh Chen Qingchen/Jia Yifan. Empat kali dimainkan, mereka selalu menang.

Begitu juga Wang Yilu/Huang Dongping. Dari tiga penampilan melawan Finlandia, Denmark, dan Korea, mereka selalu mampu meraih poin kemenangan. Bahkan, pasangan ranking 2 dunia ini sama sekali tidak pernah kehilangan game alias selalu menang straight game atas lawan-lawannya.

Kemenangan Shi Yuqi atas Kento Momota di final menjadi penegas, pemain-pemain China punya motivasi berlipat-lipat ketika tampil di final. Meski kalah ranking dan rekor head to head, Shi Yuqi bisa mengalahkan Momota.

Ketiga, China juga menyiapkan kejutan. Utamnya di nomor ganda putra dengan membawa pemain senior, Liu Cheng (29 tahun).

Liu Cheng, juara dunia 2017 bersama Zhang Nan, tak punya pasangan tetap di tim Piala Sudirman.

Dia dimainkan dengan Zhou Haodong (yang juga kehilangan pasangannya Han Chengkai karena pensiun dini) saat China melawan India di penyisihan grup. Pasangan dadakan ini menyumbang poin pertama untuk kemenangan 5-0 China atas India.

Bahkan, saat melawan Korea di semifinal, Liu Cheng disiapkan bermain dengan Wang Yilu, pemain ganda campuran. Meski, keduanya batal tampil karena China langsung unggul 3-0. Sementara nomor ganda putra sedianya dimainkan di pertandingan keempat.

Tetapi memang, terlepas dari pemilihan pemain yang cermat dan menyiapkan kejutan, faktor utama dari suksesnya China menjuarai Piala Sudirman 2021 adalah penampilan konsisten pemain-pemainnya.

Seperti judul tulisan ini, pemain-pemain China ketika sudah tampil di final, bawaannya pengen segera mengangkat piala. Mereka seolah tidak mengenal penampilan antiklimaks. Kalaupun kalah, lawan memang tampil hebat. Bukan karena mereka yang tampil melempem.

Ah, saya jadi merindu, kapa tim bulutangkis Indonesia bisa meraih kembali Piala Sudirman. Tapi, kita harus terus percaya. Semoga saja di tahun 2023 mendatang, tim Indonesia bisa tampil lebih hebat di turnamen yang turnamen beregu yang mengambil nama dari tokoh Indonesia ini. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun