Pelajaran penting didapat tim bulutangkis Indonesia saat dipaksa susah payah mengalahkan Kanada di pertandingan kedua penyisihan grup Piala Sudirman 2021 di Energia Areena di Kota Vantaa, Finlandia, Senin (27/9) malam.
Sempat tertinggal dan membuat cemas banyak badminton lovers di Indonesia, Tim Merah Putih akhirnya menang 3-2 atas Kanada. Kemenangan ini sekaligus membawa  tim Indonesia lolos ke perempat final.
Kok bisa, Indonesia yang membawa 20 pemain top, susah payah menang atas Kanada yang bukan negara tradisional bulutangkis dan hanya membawa 6 pemain di Piala Sudirman 2021?
Memang, kenyataan itu cukup sulit untuk dinalar. Tetapi, itulah yang terjadi semalam.
Betapa, Indonesia sempat berada dalam situasi mencemaskan. Para pecinta bulutangkis yang rela menunda waktu tidur demi mengikuti langsung pertandingan beregu lima nomor itu juga sempat dibuat dag dig dug.
Indonesia sempat tertinggal 1-2
Awalnya, Indonesia diprediksi bakal menang besar seperti saat mengalahkan Rusia di pertandingan pertama (26/9). Pasalnya, Kanada di atas kertas tidak lebih kuat dari Rusia. Mereka juga kalah 0-5 dari Denmark di hari pertama.
Prediksi itu sepertinya akan menjadi kenyataan ketika Indonesia merebut poin kemenangan pertama lewat ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Fajar/Rian menang 21-16, 21-10.
Di pertandingan kedua, giliran tunggal putri tampil. Indonesia diwakili Ester Nurumi Tri Wardoyo yang baru berusia 16 tahun. Ester menghadapi Rachel Can yang seumuran dengannya.
Ester menang 24-22 di game pertama. Namun, Can mampu berbalik menang usai unggul 21-8, 21-18 di game kedua dan ketiga. Kanada pun bisa menyamakan skor 1-1.
Laga ketiga, giliran tunggal putra. Jonatan Christie (24 tahun) menghadapi pemain berusia 19 tahun, Brian Yang.
Di atas kertas, Jonatan Christie dengan segenap pengalamannya, jelas lebih unggul. Terlebih, lawannya 'hanya' ranking 43 dunia. Jonatan ada di 10 besar dunia. Ranking 7.
Di game pertama, Jonatan unggul jauh dalam perolehan poin, 21-9. Rasanya, peraih medali emas Asian Games 2018 ini bakal menang mudah.
Namun, yang terjadi di game berikutnya, sungguh di luar dugaan. Entah apa yang terjadi dengan Jojo--panggilan Jonatan Christie. Dia kalah 20-22 di game kedua.
Di game ketiga, Jonatan ternyata tidak mampu bangkit. Brian yang sudah di atas angin, kembali menang dengan skor 21-18. Hasil itu membuat Indonesia tertinggal 1-2 dari Kanada. Sungguh hasil yang sangat di luar dugaan.
Ganda putri dan ganda campuran bawa Indonesia menang
Tertinggal 1-2, kekhawatiran mulai melanda para pendukung Indonesia. Itu terlihat dari komentar-komentar mereka di beberapa akun Instagram yang mengabarkan hasil cepat dari Piala Sudirman 2021. Saya pun sempat cemas membayangkan yang terjadi.
Memang, Indonesia diyakini bakal mampu menyamakan skor karena pertandingan keempat memainkan ganda putri. Indonesia menurunkan pasangan peraih medali emas Olimpiade 2020, Greysia Polii/Greysia Polii yang penampilannya terkenal konsisten di lapangan.
Namun, warganet sempat cemas karena di laga kelima yang akan menjadi penentuan, Indonesia memainkan Rinov Rivaldy/Pitha Mentari yang baru melakoni debut di Piala Sudirman.
Yang terjadi kemudian, Greysia/Apriyani sesuai prediksi berhasil menyamakan skor 2-2. Mereka menang straight game 21-16, 21-10 atas pasangan Kanada, Rachel Can/Catherine Choi.
Rachel Can yang sebelumnya main di tunggal putri dan meraih poin, kembali turun di ganda putri. Itu karena Kanada memang hanya membawa 6 pemain.
Kemenangan Greysia/Apriyani membuat pertandingan semakin menegangkan. Waktunya ganda campuran di laga kelima. Giliran Rinov/Pitha tampil.
Rinov/Pitha, juara dunia junior 2017 ini menghadapi pasangan B.R Sankeerth/Crystal lai. Sankeerth, pemain kelahiran India, sebelumnya turun di ganda putra.
Yang terjadi, Rinov/Pitha yang kini menempati ranking 22 dunia, tampil percaya diri. Mereka tidak sampai out of form karena terbebani harus menang. Rinov/Pitha menang 21-14, 21-10.
Indonesia pun menang 3-2. Meski, kemenangan seperti itu pastinya tidak pernah terbayangkan oleh penikmat bulutangkis di Indonesia. Tapi begitulah pertandingan beregu, apapun bisa terjadi lapangan.
Pelajaran bagi tim Indonesia
Sempat tertinggal lantas meraih kemenangan susah payah atas tim Kanada yang bukan termasuk unggulan di kejuaraan ini, harus menjadi pelajaran bagi tim Indonesia. Utamanya bagi para pelatih perihal penentuan pemain yang tampil.
Kita tahu, saat melawan Kanada, Indonesia memaikan lima wakil yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan pemain-pemain yang sehari sebelumnya tampil mengalahkan Rusia 5-0.
Ketika melawan Rusia, Indonesia memainkan Anthony Sinisuka Ginting, Gregoria Mariska, Marcus Gideon/Kevin Sanjaya, Siti Fadia Silva/Ribka Sugiarto, dan Praveen Jordan/Melati Daeva.
Hanya di nomor ganda putri, Indonesia menampilkan pemain muda. Selebihnya, semuanya pemain merupakan pilihan pertama di nomor masing-masing.
Saat melawan Kanada, tim pelatih memilih memainkan beberapa pemain 'bukan pertama'. Ada Fajar/Rian di ganda putra, Ester di tunggal putri, Jonatan di tunggal putra, dan Rinov/Pitha di ganda campuran. Hanya Greysia/Apriyani yang merupakan pemain pertama.
Apakah ada kesan pemain-pemain Indonesia meremehkan Kanada alias sudah yakin menang sebelum bertanding?
Entahlah. Saya tidak mau menjelek-jelekkan mereka yang telah berjuang di lapangan.
Saya hanya mengingatkan bahwa sikap over yakin menang sehingga tergoda untuk meremehkan lawan yang memang bukan pemain top, tidak boleh ada pada diri setiap pemain Indonesia.
Sebenarnya, komposisi pemain itu bukan pilihan yang buruk. Fajar/Rian, meski merupakan ganda putra ketiga setelah Marcus/Kevin dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, tetapi kualitas mereka masih di atas pemain-pemain Kanada.
Sebagai penikmat bulutangkis, saya juga memahami ketika Ester dimainkan di tunggal putri untuk memberinya pengalaman. Meski, banyak warganet bertanya mengapa bukan Putri Kusuma Wardani (19 tahun) karena lebih berpengalaman main di turnamen global.
Toh, bilapun Ester tidak mampu menyumbang poin di laga kedua, masih ada Jonatan Christie di pertandingan ketiga. Berikutnya, ada Greysia/Polii. Artinya, utak-atik di atas kertas, tim Indonesia seharusnya sudah bisa unggul 3-1 hingga laga keempat.
Namun, 'skenario' itu jadi berantakan ketika Jojo di luar dugaan kalah di pertandingan ketiga.
Kekhawatiran pun sempat muncul. Bagaimana jika Rinov/Pitha yang main di game kelima ternyata gagal menyumbang poin dan Indonesia akhirnya kalah dari Kanada.
Itu artinya Indonesia akan melakoni laga hidup mati melawan Denmark. Bukan tidak mungkin, Indonesia bisa tersingkir di fase grup seperti di Piala Sudirman 2017 silam. Untungnya, kekhawatiran itu tidak sampai terjadi.
Kini, Indonesia sudah memastikan lolos ke babak perempat final. Berikutnya, Indonesia akan menghadapi Denmark di pertandingan terakhir Grup C, Rabu (28/9). Tadi malam, Denmark yang sempat kecolongan di game pertama, menang 4-1 atas Rusia.
Pertandingan melawan Denmark akan menjadi penentuan bagi Indonesia dalam perebutan posisi pemuncak klasemen Grup C. Bila menang, Indonesia akan berstatus juara grup.
Menarik ditunggu, bagaimana komposisi pemain Indonesia yang akan diturunkan. Apakah akan tampil dengan komposisi pemain seperti saat menang atas Rusia dengan sedikit perubahan semisal Greysia/Apriyani akan tampil.
Ataukah, beberapa pemain yang belum tampil seperti tunggal putra, Shesar Hireen Rhustavito, lalu Putri KW dan Hendra/Ahsan akan dimainkan. Toh, Indonesia sudah pasti lolos ke perempat final.
Ah, sebagai penikmat bulutangkis, kita hanya bisa membayangkan. Tap, keputusan ada di tim pelatih. Dan, kita harus yakin, pelatih tidak asal dalam menentukan siapa pemain yang akan tampil.
Semoga kemenangan susah payah melawan Kanada bisa menjadi pelajaran bagi pelatih bagi pemain-pemain Indonesia.
Bahwa, ketika turun ke lapangan, melawan siapapun, meski harus yakin menang, tetapi tidak boleh ada anggapan bahwa pertandingan bakal berjalan mudah.
Salam bulutangkis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H