Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Arsenal oh Arsenal, Dulu Ditakuti Kini Jadi Olok-olokan

29 Agustus 2021   23:20 Diperbarui: 29 Agustus 2021   23:31 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kabar kembalinya Cristiano Ronaldo ke Premier League seperti membawa ingatan kita terbang ke masa lalu.

Kita jadi mengenang masa beberapa tahun silam. Tepatnya  ke Liga Inggris musim 2003/04.

Ketika Ronaldo melakoni musim pertama di Liga Inggris di usia 18 tahun usai didatangkan Manchester United dari klub Portugal, Sporting Lisbon.

Arsenal pernah jadi tim yang ditakuti

Pecinta Liga Inggris sejak dulu kala pastinya belum lupa apa yang terjadi di musim 2003/04.

Itu musim yang bersejarah. Ketika Arsenal menjadi juara Premier League dengan status sebagai invincibles. Tidak tersentuh. Mereka tidak terkalahkan selama satu musim.

Dalam sejarah Premier League, Arsenal menjadi satu-satunya tim yang menjadi juara tanpa terkalahkan. Karenanya, mereka mendapat piala emas.

Ya, Ronaldo mengawali petualangannya di Liga Inggris pada 18 tahun silam ketika Arsenal sedang jaya-jayanya. Ketika tim berlogo meriam asal London itu begitu ditakuti. Disegani lawan-lawannya.

Saking diseganinya, boleh jadi tim yang akan melawan Arsenal kala itu sudah kena mental duluan. Lawan-lawan Arsenal sudah merasa kalah sebelum bertanding ketika mereka melihat ada Thierry Henry, Dennis Bergkamp, Patrick Vieira, Robert Pires, hingga Sol Campbell, dan Ashley Cole.

Itulah pemain-pemain pilar yang membuat Arsenal tidak kalah dalam 38 pertandingan selama semusim itu. Mereka menang 26 kali dan imbang 12 kali.

Hanya Manchester United, tim besar yang tidak bisa dikalahkan Arsenal di musim itu. Dalam dua kali pertemuan, laga berakhir imbang, 0-0 di Old Trafford dan 1-1 di Highbury.

Pendek kata, penikmat Liga Inggris kelahiran 80-an pastinya pernah menjadi saksi betapa hebatnya performa Arsenal di periode era akhir 90-an hingga awal 2000-an.

Kala itu, manajer asal Prancis, Arsene Wenger yang mulai melatih Arsenal di musim 1996/97, benar-benar bisa membuat The Gunners meledak dengan permainan dinamis yang mematikan.

Arsenal kini jadi olok-olokan karena penampilan amburadul di awal musim

Namun, segalanya berbeda dari Arsenal ketika Ronaldo yang kini berusia 36 tahun, kembali ke Inggris. Dia kembali ke klub yang membesarkan namanya. Dari bocah menjadi legenda dan pemain terbaik dunia.

Arsenal yang 18 tahun lalu sangat digdaya, kini bukan lagi tim hebat seperti dulu. Jangankan melakoni satu musim kompetisi tanpa kalah. Mereka kini malah sulit mencetak gol apalagi meraih kemenangan.

Ya, waktu serasa berjalan begitu cepat bagi fan Arsenal.

Hampir dua dekade silam, siapa berani mengolok-olok Arsenal. Mereka tim terkuat di Liga Inggris. Kini, situasinya sudah jauh berubah.

Bayangkan, kompetisi Liga Inggris musim 2021/22 baru dimulai tapi Arsenal seolah sudah berada dalam kondisi memprihatinkan. Dari tiga pertandingan yang sudah dijalani, Arsenal sudah kala tiga kali. Selalu kalah.

Kekalahan teranyar dirasakan Arsenal ketika mereka kalah telak 0-5 dari Manchester City di Etihad, Sabtu (28/8) malam. Kekalahan yang membuat Arsenal bak dihantam krisis di awal musim.

Tiga kekalahan beruntun itu membuat pemain-pemain Arsenal seolah mengalami krisis percaya diri. Bagaimana tidak, di tiga pertandingan, mereka tidak bisa mencetak gol. Sementara gawang mereka malah jadi sarang gol.

Statistik Arsenal di tiga pertandingan awal Premier League sungguh menyedihkan. Mereka memasukan 9 gol dan belum menciptakan gol. itu membuat Arsenal ada di posisi juru kunci dengan 0 poin.

Merespons kekalahan atas Manchester City tadi malam, sejumlah akun media sosial baik di luar negeri maupun di dalam negeri, seolah kompak merisak Arsenal. Tim yang dulu gagah itu kini malah jadi olok-olokan.

Ada beberapa meme yang beredar di media sosial.

Salah satunya gambar seorang fan dipegangi petugas keamanan. Lucunya, narasinya berbunyi bila fan Arsenal itu hendak keluar stadion karena kecewa timnya dihajar Manchester City. Namun, dia tidak diperbolehkan aparat keluar stadion dan harus menyaksikan laga hingga akhir.

Ada juga meme yang mengilustrasikan beberapa pelari yang dinamai tim-tim Premier League yang hendak berlari di lintasan lari. Nah, yang janggal, ada satu pelari yang justru berlari ke arah berlawanan. Bukan berlari ke depan. Tapi berlari ke belakang. Pelari aneh itu ditandai sebagai Arsenal.

Maksudnya, ketika tim-tim top Premier League berusaha mengawali musim dengan 'strong start' alias memburu kemenangan di setiap pekan, Arsenal justru malah sebaliknya.

Puncak dari olok-olokan terhadap Arsenal menurut saya adalah postingan klasemen sementara Liga Inggris yang diposisikan terbalik. Bahwa, Arsenal yang sementara berada di juru kunci, seolah menempati peringkat 1. Itu sungguh terlalu.

Tetapi memang, rasanya ikut sedih melihat nasib Arsenal sekarang. Betapa mereka mengalami kejatuhan yang teramat dalam. Dari tim yang dulu ditakuti, kini malah jadi olok-olokan.

Arsenal punya kesempatan bangkit di pekan keempat

Sebenarnya, apa yang membuat Arsenal langsung babak belur di awal kompetisi Liga Inggris hingga mencatat 'rekor baru'?

Rekor kalah beruntun di tiga pertandingan. Tentu saja konotasi rekor itu sarkas. Berkebalikan dari sebenarnya.

Padahal, Arsenal sejatinya tidak diam saja menyambut kompetisi musim 2021/22 ini. Mereka belanja pemain lumayan banyak. Meski memang pemain yang dibeli bukan grade A.

Sebab, dengan Arsenal musim ini tidak bermain di Liga Champions, tentunya sulit meyakinkan pemain top bergabung. Bilapun mereka punya duit.

Beberapa pemain anyar itu di antaranya ada bek Timnas Inggris, Ben White, gelandang Albert Sambi Lokongan, dan kiper Aaron Ramdsale. Arsenal juga sukses mempermanenkan gelandang serang Timnas Norwegia, Martin Odegaard.

Padahal, saat melawan Manchester City itu, Arteta memainkan Pierre-Emerick Aubameyang sebagai starter. Kwartet Granit Xhaka, Odegaard, Emile Smith Rowe dan Bukayo Saka di tengah juga terlihat menjanjikan.

Harus diakui, kartu merah Xhaka di menit ke-35 sangat berpengaruh.

Bermain dengan 10 pemain, Arsenal yang sudah tertinggal dua gol pun semakin berantakan. Meski, kemasukan lima gol tanpa bisa memasukkan gol itu juga menyedihkan.

Sama sekali tidak bisa mencetak gol di tiga pertandingan jelas membuat Saka dan kawan-kawan kecewa sekaligus penasaran. Bahkan level kecewanya mungkin sudah mendekati frustrasi. Dan itu bisa berdampak pada menurunnya kepercayaan diri pemain.

Tentu saja, dalam situasi Arsenal yang amburadul seperti sekarang, pelatih yang paling bertanggung jawab. Mikel Arteta orangnya.

Beberapa fan Arsenal di media sosial sudah meneriakkan "Arteta Out". Sejak pekan lalu, pelatih asal Spanyol ini juga dikabarkan bakal segera dipecat. Tapi, belum ada kabar itu dari manajemen Arsenal.

Namun, bila penampilan Arsenal tidak kunjung membaik, Arteta jelas terancam. Terlebih bila pemain-pemainnya yang kecewa lantas hilang kepercayaan kepadanya.

Pekan depan, agenda jeda internasional membuat Liga Inggris off. Bisa jadi ini kabar bagus untuk Arsenal untuk memulihkan mental. Lantas, tampil menjamu Norwich City di pekan keempat pada 11 September 2021 mendatang.

Melawan Norwich di kandang sendiri seharusnya menjadi peluang terbaik Arsenal untuk meraih kemenangan pertama. Norwich juga belum pernah menang. Meski, mereka sedikit lebih bagus dari Arsenal karena bisa mencetak satu gol.

Entah apa jadinya bila Arsenal ternyata gagal menang. Apalagi kalah seperti saat melawan tim promosi, Brentford.

Saya yang bukan fan Arsenal jadi ikut sedih membayangkannya. Tim yang dulunya digdaya, kini malah terpuruk.

Bila penampilan buruk di tiga pekan awal itu diibaratkan Arsenal sedang sakit, semoga mereka lekas sembuh.  Sedih melihat tim yang dulunya digdaya, kini malah jadi olok-olokan. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun