Gelaran Olimpiade 2020 sudah dua pekan berlalu. Namun, obrolan tentang kiprah kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo itu masih berlanjut. Masih terus dikenang.
Utamanya keberhasilan tim bulutangkis Indonesia dalam menjaga tradisi meraih medali emas di event multi olahraga tertinggi di dunia tersebut.
Kita tahu, bulutangkis Indonesia mampu meraih medali emas lewat pasangan ganda putri, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Serta medali perunggu atas nama tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting.
Pencapaian satu medali emas dan medali perunggu ini sebenarnya lebih bagus dibandingkan Olimpiade 2016. Kala itu, Indonesia meraih medali emas lewat ganda campuran, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir.
Namun, beberapa penikmat bulutangkis beranggapan, Indonesia seharusnya bisa meraih pencapaian lebih bagus.
Tidak sedikit badminton lovers Indonesia yang berandai-andai, bulutangkis seharusnya bisa meraih sedikitnya dua medali emas dan medali lainnya.
Satu medali emas awalnya diharapkan datang dari ganda putra. Sebab, Indonesia diwakili dua pasangan yang menempati ranking 1-2 dunia, Marcus Gideon/Kevin Sanjaya dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Satu medali emas lainnya diharapkan bisa datang dari tunggal putra, ganda putri, ataupun ganda campuran.
Namun, sudah terjadi terjadilah. Tidak perlu disesali. Toh, medali emas bisa diraih. Kini, yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi apa yang kurang dari penampilan tim bulutangkis Indonesia di Tokyo.
Harapannya, mereka bisa tampil lebih bagus di Olimpiade berikutnya. Apalagi, Olimpiade 2024 tidak lama. Kurang dari tiga tahun.Â
Nah, salah satu harapan adalah agar bulutangkis Indonesia bisa mengirimkan pemain dalam jumlah maksimal ke Olimpiade 2024 mendatang.
Sesuai aturan, satu negara maksimal hanya boleh mengirimkan dua pemain/pasangan untuk setiap nomor. Dan ini berkaitan dengan ranking pemain (poin) dalam kualifikasi "road to olympic".
Kita tahu, di Olimpiade 2020 lalu, hanya tunggal putra dan ganda putra yang mengirimkan dua wakil. Sementara tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran, Indonesia hanya punya satu wakil. Akan keren bila setiap nomor diwakili dua pemain/pasangan.
Memangnya, ada jaminan bila mengirimkan wakil lebih banyak, jumlah medali yang didapat juga akan lebih banyak?
Tentu tidak ada jaminan. Tapi setidaknya, dengan mengirimkan dua wakil di setiap nomor, harapan untuk meraih medali menjadi lebih besar.
Nah, berikut beberapa nama pebulutangkis Indonesia yang rata-rata usianya masih muda tapi punya potensi besar. Mereka diharapkan bisa tampil di Olimpiade 2024 untuk mendampingi para seniornya. Siapa saja?
Putri Kusuma Wardani
Di nomor tunggal putri, Indonesia hanya mengirimkan Gregoria Mariska Tunjung di Olimpiade 2020. Di Olimpiade 2024, nama Putri Kusuma Wardani diharapkan bisa tampil.
Putri yang kelahiran 20 Juli 2002, kini berusia 19 tahun. Di Olimpiade 2024 mendatang, usianya akan 22 tahun. Seharusnya dia bisa bersaing untuk tampil di Paris.
Selama ini, Putri KW, begitu dia biasa disapa, kerapkali jadi sorotan warganet seiring teknik dan semangat bermainannya yang oke, serta penampilannya yang enerjik di lapangan. Dia disebut-sebut sebagai tunggal putri masa depan Indonesia.
Pertengahan Mei 2021 lalu, Putri tampil mengejutkan di turnamen Spain Master. Meski tidak masuk daftar pemain unggul, pemain kelahiran Tangerang ini berhasil menjadi juara dengan mengalahkan unggulan 3 asal Denmark, Line Christopherse di final.
Putri juga mampu mengalahkan seniornya di Pelatnas, Ruselli Hartawan di babak kedua. Serta menang atas pemain senior Belgia (Lianne Tan) yang jadi unggulan 4 di perempat final.
Untuk menghidupkan asa Putri ke Olimpiade 2024, tidak ada cara lain bagi PP PBSI selain rutin mengirim dia tampil di turnamen BWF World Tour.
Ini penting. Bukan hanya demi memperbaiki peringkatnya yang saat ini masih di ranking 130 dunia, tetapi juga mengasah penampilan dan menambah pengalamannya.
Muhammad Rian Ardianto dan Fajar Alfian
Usai Olimpiade 2020, Hendra Setiawan yang berusia 36 tahun, menyebut itu Olimpiade terakhirnya. Artinya, Olimpiade 2024 menjadi kesempatan bagi pasangan Fajar Alfian dan Rian Ardianto untuk tampil bersama Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya.
Sebenarnya, dengan berada di ranking 7, Fajar dan Rian bisa tampil di Olimpiade 2020 lalu.
Namun, karena satu negara maksimal diwakili dua pasangan di nomor ganda putra, maka pasangan Marcus/Kevin dan Hendra/Ahsan yang ada di ranking 1-2 dunia yang terpilih untuk tampil.
Bila ingin tampil di Paris 2024, Fajar (26 tahun) dan Rian (25 tahun) harus bisa tampil lebih stabil. Selama ini, penampilan mereka cenderung labil. Kadang oke. Kadang melempem.
Fajar/Rian pernah menjadi finalis Asian Games 2018 dan meraih medali perunggu Kejuaraan Dunia 2019, tetapi mereka belum bisa berbicara banyak di turnamen penting BWF seperti All England.
Tiga tahun ke depan seharusnya jadi momentum bagi Fajar/Rian untuk menempatkan nama mereka dalam jajaran ganda putra elit dunia. Dengan begitu, mereka siap menghadapi kualifikasi menuju Olimpiade 2024.
Leo Rolly Carnando dan Daniel Martin
Selain Fajar/Rian, Indonesia juga punya pasangan muda, Leo Rolly Carnando/Daniel Martin yang memiliki prospek cerah. Keduanya baru berusia 20 tahun.
Leo dan Daniel merupakan juara Kejuaraan Asia Junior 2019 dan juara World Junior Championship 2019 di Kazan, Rusia. Mereka juga sudah dikirim tampil di beberapa turnamen level senior.
Tahun 2019 lalu, mereka jadi juara di turnamen Malaysia International Series.
Penampilan mereka kompak. Bila Leo piawai bermain di depan net, Daniel merupakan 'tukang smash'. Media China bahkan menyebit Leo dan Daniel sebagai salah satu bibit muda terbaik di ganda putra. Kini, mereka ada di ranking 38 dunia.
Memang, untuk bisa lolos ke Olimpiade 2020, peluang Leo dan Daniel masih berat. Sebab, masih ada dua pemain seniornya. Meski, bukan tidak mungkin bila dalam tiga tahun ke depan, mereka memperlihatkan progres luar biasa.
Tapi, bilapun tidak tampil di Olimpiade 2024, Leo dan Daiel yang tiga tahun nanti baru berusia 23 tahun, masih punya peluang di Olimpiade berikutnya. Asal mereka bisa tampil konsisten di level teratas.
Siti Fadia Silva dan Ribka Sugiarto
Ada beberapa nama ganda putri yang masih berusia muda dan layak disebut penerus Greysia/Apriyani. Salah satunya pasangan Siti Fadia Silva (20 tahun) dan Ribka Sugiarto (21 tahun).
Nama Siti Fadia Silva dulu tenar sejak dia masih bermain di level junior. Pemain kelahiran Bogor berusia 20 tahun ini sempat main rangkap di ganda campuran dan ganda putri.
Di ganda putri, Siti Fadia pernah bermain dengan Agatha Imanuela dan meraih medali perunggu di Kejuaraan Asia Junior 2017 dan BWF World Junior Championship 2018.
Namun, karena Agatha cedera, Siti Fadia lantas dipasangkan dengan Ribka Sugiarto. Ternyata mereka tidak butuh waktu lama untuk menemukan chemistry.
Mereka sukses meraih gelar BWF World Tour, Indonesia Master Super 100 pada 2019 silam. Di final, Siti Fadia/Ribka mengalahkan senior mereka, Della Destiara/Rizki Amelia.
Di ranking BWF, pasangan ini menempati peringkat 34 dunia. Bila terus dipercaya tampil di turnamen internasional, bukan tidak mungkin Siti dan Ribka tumbuh menjadi pasangan ganda putri masa depan Indonesia dan tampil di Olimpiade 2024.
Meski, keduanya disebut-sebut diproyeksikan sebagai pengganti Greysia Polii yang akan pensiun. Siti dan Ribka digadang-gadang kelak bakal jadi partner baru Apriyani.
Hafiz Faizal dan Gloria Widjaja
Di Olimpiade 2020, Indonesia hanya meloloskan Praveen Jordan/Melati Daeva di nomor ganda campuran. Sayangnya, pasangan juara All England 2020 ini gagal memenuhi ekspektasi.
Seharusnya, Hafiz Faizal dan Gloria Widjaja juga tampil di Olimpiade 2020. Mereka tersingkir di last minute karena turnamen yang batal digelar karena pandemi sehingga mereka gagal menambah poin untuk kualifikasi.
Kegagalan itu seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi Hafiz Faizal (26 tahun) dan Gloria Widjaja (27 tahun) yang kini ada di peringkat 9 dunia.
Bahwa, kelak bila ingin lolos ke Olimpiade 2024, mereka harus memastikan ada di posisi yang nyaman. Memastikan ada di peringkat yang aman untuk lolos kualifikasi.
Dan itu bisa mereka lakukan dengan tampil stabil di turnamen-turnamen BWF World Tour di tahun-tahun mendatang. Juara Thailand Open 2018 ini tidak boleh lagi tersingkir cepat di babak-babak awal bila ingin memperbaiki peringkat. Itu menjadi parameter bahwa mereka siap tampl di Olimpiade 2024.
Rinov Rivaldy dan Pitha Mentari
Di nomor ganda campuran, Indonesia sebenarnya punya cukup banyak stok. Bukan hanya Praveen/Melai dan Hafiz/Gloria. Masih ada nama Rinov Rivaldy/Pitha Mentari.
Rinov (21 tahun) dan Pitha (22 tahun) merupakan pasangan juara dunia junior 2017. Mereka juga meraih medali perunggu di SEA Games 2019 silam.
Terakhir, pada Mei 2021 lalu, Rinov dan Pitha meraih gelar di Spain Master, turnamen BWF World Tour Super 300. Gelar ini menjadi penegas bahwa Rinov dan Pitha masih bisa bersaing di level elit ganda campuran dunia.
Dengan Olimpiade 2024 berjarak tiga tahun, Rinov dan Pitha yang kini menempati ranking 21 dunia, tentu ingin terus meraih hasil bagus di BWF World Tour. Terlebih ketika kualifikasi Olimpiade 2024 mulai dibuka.
Akan menarik menunggu rivalitas pemain-pemain Pelatnas untuk berebut tiket lolos ke Olimpiade 2024. Mereka akan bersaing dengan rekan sendiri demi dua tiket ke Paris.
Tapi, itu persaingan yang sehat. Sebab, mereka akan termotivasi untuk tampil bagus di turnamen-turnamen mendatang. Demi memperbaiki peringkat. Demi mengasah penampilan. Sehingga, ketika kualifikasi Olimpiade 2024 dimulai, mereka dalam kondisi terbaik untuk meraih poin demi poin.
Siapa pebulutangkis Indonesia yang paling sampeyan (Anda) harapkan untuk pertama kalinya tampil di Olimpiade 2024 mendatang? Salam bulutangkis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H