Ada beberapa makna yang tersurat dan tersirat dari momen pemberian bonus kepada para atlet dan pelatih yang baru berjuang mengharumkan nama Indonesia di Olimpiade 2020.
Ya, Jumat (13/8) kemarin menjadi momen membahagiakan bagi kontingen Indonesia di Olimpiade 2020. Presiden Joko Widodo menyambut mereka di Istana Bogor, Jawa Barat.
Tampak peraih medali emas dari bulutangkis, ganda putri, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Juga peraih medali perak dari cabang olahraga angkat besi, Eko Yuli Irawan.
Pemerintah memberikan apresiasi berupa bonus uang tunai kepada seluruh atlet dan pelatih. Baik yang meraih medali maupun yang belum. Bonus diserahkan secara simbolis oleh Presiden Jokowi.
Dikutip dari Kompas.com besaran bonusnya bervariasi. Bergantung dari raihan medali di Olimpiade.
Bagi atlet peraih medali emas Olimpiade 2020 diguyur bonus sebesar Rp 5,5 miliar. Lalu atlet peraih medali perak mendapat bonus Rp 2,5 miliar dan atlet peraih medali perunggu mendapatkan bonus Rp 1,5 miliar. Sementara untuk atlet non peraih medali mendapat bonus Rp 100 juta.
Adapun untuk pelatih yang melatih atlet peraih medali emas diganjar bonus Rp 2,5 miliar. Lalu, pelatih dengan atlet peraih medali perak mendapat bonus Rp 1 miliar dan pelatih dengan atlet peraih medali perunggu sebesar Rp 600 juta. Adapun pelatih dengan atlet nonperaih medali mendapat bonus Rp 100 juta.
Ada prestasi ada apresiasi
Presiden menegaskan, pemerintah sangat mengapresiasi prestasi yang diraih para atlet. Presiden mengatasnamakan seluruh rakyat Indonesia mengaku bangga atas perjuangan dan kerja keras seluruh atlet di event multiolahraga paling akbar sedunia itu.
"Semoga prestasi para atlet Indonesia di ajang Olimpiade ini dapat menjadi inspirasi, teladan, dorongan, dan motivasi bagi para atlet dan masyarakat kita agar terus bekerja keras, berprestas, dan memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara," tegas Presiden Jokowi dikutip dari akun Instagram resminya.
Inilah makna pertama dari momen 'pembubaran' kontingen Indonesia di Olimpiade 2020. Bahwa, pemerintah tidak menutup mata terhadap prestasi dan kerja keras mereka. Perjuangan mereka diapresiasi. Keringat mereka dihargai.
Memang, bonus yang diberikan pemerintah tersebut tidak akan bisa dipakai untuk biaya hidup sepanjang usia. Namanya uang akan habis. Namun, setidaknya, para atlet jadi punya tabungan yang bisa mereka simpan atau diberdayakan untuk bekal hari tua.
Ini menjadi pesan bagus, utamanya bagi generasi muda yang bercita-cita menjadi atlet. Bahwa, menjadi atlet, apabila berprestasi, apalagi bisa tampil di Olimpiade, masa depan mereka akan terjamin.
Tentu saja, kuncinya adalah prestasi. Sebagai atlet, bila ingin diapresiasi pemerintah, ya harus menunjukkan prestasi dulu. Dan, prestasi tidak akan bisa diraih tanpa kerja keras berlatih, disiplin, dan punya motivasi berhasil.
Mungkin ada dari kita yang berpikir 'genit', bahwa dari 28 atlet Indonesia, hanya beberapa saja yang bisa meraih medali di Olimpiade Tokyo 2020. Betul.
Namun, terlepas dari 28 atlet Indonesia yang berlaga di Olimpiade belum semuanya bisa meraih medali, tetapi bisa terpilih tampil di Olimpiade adalah sebuah pencapaian tertinggi.
Sebab, jalan menuju tampil di Olimpiade dan bertanding/berlomba dengan ribuan atlet dari seluruh dunia tidaklah mudah. Ada syaratnya. Ada kualifikasinya.
Semisal di bulutangkis, seorang pebulutangkis harus bersaing dengan puluhan bahkan ratusan pebulutangkis lainnya demi menempati ranking atas dalam kualifikasi "race to olympic" bila ingin mendapat 'tiket' tampil ke Olimpiade.
Seperti Greysia Polii, siapkan masa pensiun
Perihal masa depan yang terjamin ini, penting bagi seorang atlet untuk berpikir mempersiapkan diri menyambut periode ketika mereka pensiun menjadi atlet.
Sebab, bagaimanapun, 'masa kerja' atlet itu terbatas. Dibatasi usia. Performa. Bahkan, cedera bisa memaksa mereka gantung sepatu, gantung raket, atau pensiun lebih cepat.
Nah, dari beberapa foto pemberian bonus ini yang beredar di media dan media sosial, saya tertarik dengan sebuah foto sekuel postingan Presiden Jokowi bersama Greysia Polii di akun Instagramnya.
Tampak presiden tengah mencoba sepatu. Tangannya masih memegang satu sepatu yang sebelumnya dia pakai. Sepatu lainnya dipegang oleh Greysia Polii.
Saya tertarik dengan tulisan narasi presiden yang menjelaskan foto itu. Pak Presiden menulis begini:
"Saya baru saja membeli sepatu baru. Jenisnya sneaker kesukaan saya, mereknya FINE COUNSEL. Dan yang istimewa, sepatu ini buatan dalam negeri yang pemilik usahanya Anda kenal semua: Greysia Polii".
"Ya, peraih medali emas di Olimpiade Tokyo ini diam-diam rupanya telah menyiapkan rencana masa depannya setelah nanti tak lagi mengayun raket. Ia sudah punya usaha sepatu dan pakaian yang produksinya di Malang".
"Pagi tadi, Greysia datang ke istana bersama kontingen Indonesia yang baru pulang dari Jepang, menerima bonus, seraya menawarkan sepatu produksinya ini. Sepasang sneakers dari kulit yang katanya dikerjakan oleh tangan-tangan terampil orang Indonesia sendiri, tapi berkualitas dunia. Kebetulan juga, sudah saatnya saya menambah sepatu sneakers".
Mohon izin Pak Jokowi, saya mengutip narasi di postingan IG bapak. Sebab, menurut saya ini penting diketahui masyarakat, utamanya bagi para atlet dan juga generasi muda yang bercita-cita menjadi atlet.
Dari postingan foto itu, mungkin banyak dari kita yang baru tahu, Greysia Polii, pebulutangkis putri paling senior di pelatnas PBSI, ternyata punya usaha sepatu. Greysia (34 tahun) sudah menyiapkan masa depan bila dirinya gantung raket.
Kebetulan, atlet yang sudah tampil di tiga Olimpiade ini memang tengah berancang-ancang pensiun dalam waktu dekat. Dia merasa sudah berada di pengujung kariernya.
Apalagi, Greysia sudah menikah pada akhir 2020 lalu. Tentu, dia berkeinginan memulai fase baru kehidupannya sebagai seorang istri. Terlebih setelah meraih medali emas Olimpiade yang menjadi pencapaian tertinggi bagi seorang atlet seperti yang saya tulis di sini.
Nah, Greysia ternyata tidak hanya menginspirasi atlet-atlet muda dan calon atlet untuk meraih prestasi setinggi mungkin. Dia juga bisa menjadi teladan bagi atlet perihal pentingnya menyiapkan masa depan.
Ya, para atlet bisa berkaca dari Greysia Polii perihal pentingnya menyiapkan 'pegangan' untuk masa depan. Sehingga ketika memasuki masa pensiun, tidak perlu bingung harus ngapain.
Dari membaca sejumlah referensi, ada beberapa atlet yang 'melek masa depan'. Sembari menjalankan rutinitas sebagai atlet, mereka memulai merintis usaha yang bisa dijalankan oleh orang lain. Ada yang berwirausaha, hingga membuka bisnis kos-kosan.
Termasuk pebulutangkis ganda campuran peraih medali emas Olimpiade 2016, Liliyana Natsir yang selepas pensiun tahun 2019 lalu, punya beberapa bisnis. Di antaranya bisnis properti dan pijat releksi seperti dikutip dari tempo.co
Ya, semoga makna dari momen pemberian bonus oleh pemerintah kepada kontingen Olimpiade 2020 ini membuka mata generasi milenial yang bercita-cita menjadi atlet dan juga semua atlet.
Bahwa, jangan nanggung bila menjadi atlet. Raih prestasi setinggi mungkin maka apresiasi akan didapat. Sebab, pemerintah dan masyarakat tidak akan menutup mata.
Tidak kalah penting, siapkan 'pegangan' agar masa setelah pensiun sebagai atlet, tetap bisa berdaya, berkarya, dan berprestasi di bidang lainnya.
Ingat, masa kerja atlet itu pendek. Berbeda dari pegawai negeri maupun pegawai kantoran. Selamat untuk para atlet dan pelatih kontingen Olimpiade 2020. Salam olahraga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H