Keberhasilan ganda putri Greysia Polii dan Apriyani Rahayu meraih medali emas Olimpiade 2020, bisa menjadi pijakan bagi Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) untuk memburu target-target besar berikutnya di tahun ini.
Lewat sukses Greysia/Apriyani di Olimpiade, tim bulutangkis Indonesia menjadi lebih percaya diri. Bahwa, impossible is nothing itu benar adanya. Tidak ada yang mustahil. Tidak ada yang tidak mungkin.
Semangat melawan kemustahilan untuk meraih prestasi inilah yang perlu digaungkan oleh PP PBSI. Sebab, mulai akhir September nanti, ada tiga target besar yang coba digapai.
Apalagi, selama ini, tiga target besar ini seolah sangat sulit diraih tim bulutangkis Indonesia. Tiga target itu yakni Piala Sudirman, Piala Thomas, dan Piala Uber.
Indonesia bisa berkaca dari perjuangan Greysia dan Apriyani di Olimpiade.
Pasangan beda generasi (satunya pemain senior satunya pemain muda) ini sebenarnya melawan sejarah. Sebab, sebelumnya belum pernah ada ganda putri Indonesia yang bisa lolos ke semifinal Olimpiade. Apalagi sampai ke final.
Mereka juga dihadapkan pada fakta persaingan yang superketat di ganda putri dunia. Bahkan, mereka juga bukanlah unggulan utama. Semesta seolah memusuhi mereka. Toh, Greysia dan Apriyani akhirnya bisa juara.
Saatnya Indonesia membawa pulang Piala Sudirman
Semangat melawan kemustahilan ini yang perlu dibawa tim bulutangkis Indonesia saat tampil di Piala Sudirman yang akan digelar di Finlandia pada akhir September hingga awal Oktober.
Sebagai informasi, Piala Sudirman merupakan kejuaraan bulutangkis beregu campuran yang mempertandingkan lima nomor di buluangkis. Yakni tunggal putra, tunggal putri, Â ganda putra, ganda putri dan ganda campuran.
Bagaimana peluang Indonesia?
Indonesia sudah lama tidak juara di Piala Sudirman. Indonesia juara di edisi pertama pada 1989 di Jakarta. Tapi, setelah itu, Indonesia tidak pernah bisa membawa pulang Piala Sudirman. Pernah enam kali ke final tetapi selalu kalah.
China mendominasi dengan juara 11 kali. Termasuk juara di edisi terakhir pada 2019 saat mereka menjadi tuan rumah di Nanning. Di final, China mengalahkan Jepang 3-0. Sementara Indonesia tereliminasi di semifinal.
Kini, dengan skuad yang disebut-sebut lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya plus faktor Greysia/Apriyani juara Olimpiade, Piala Sudirman seharusnya bisa dibawa pulang ke Indonesia.
Meski pemain-pemain yang masuk tim Piala Sudirman belum diumumkan, kita selaku penikmat bulutangkis bisa menerka siapa saja yang bakal dibawa ke Finlandia nanti. Komposisinya pastinya tidak jauh dari pemain-pemain yang tampil di Olimpiade 2020.
Di tunggal putra, Anthony Ginting bakal jadi tunggal putra utama plus Jonatan Christie. Di tunggal putri, Gregoria Mariska masih bisa dipercaya sebagai pilihan utama.
Menariknya, warganet menyuarakan agar pemain muda, Putri Kusuma Wardani (18 tahun) ikut dibawa. Putri KW diharapkan bisa menjadi 'kejutan'. Siapa tahu dia bisa menyumbang poin.
Di ganda putra ada Marcus Gideon/Kevin Sanjaya dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Di ganda putri, Siti Fadia Silva/Ribka Sugiarto bisa menemani Greysia/Apriyani.
Sementara di ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva yang under perform di Olimpiade diharapkan bisa bangkit. Entah siapa pasangan yang akan dibawa menemani Praveen/Melati. Bisa Hafiz Faizal/Gloria Widjaja atau Rinov Rivaldy/Pitha Mentari.
Yang jelas, PBSI tidak punya banyak waktu untuk melakukan seleksi lagi. Terlebih, turnamen Korea Open yang sedianya digelar Agustus ini dan bisa dijadikan tes kesiapan untuk melihat progres penampilan pemain-pemain Pelatnas, ternyata dibatalkan.
Piala Thomas dan Piala Uber
Setelah Piala Sudirman, tim bulutangkis Indonesia akan langsung terjun di Piala Thomas dan Piala Uber yang digelar di Aarhus, Denmark pada 9-17 Oktober 2021.
Seharusnya, Piala Thomas dan Piala Uber diselenggarakan tahun lalu. Namun, dimundurkan ke tahun ini karena adanya pandemi Covid-19 yang melanda dunia.
Bagi yang belum tahu, Piala Thomas adalah kejuaraan beregu putra. Sedangkan Piala Uber merupakan kejuaraan beregu putri. Di ajang ini, setiap negara peserta akan mempertandingkan tiga nomor tunggal dan dua nomor ganda.
Indonesia juga sudah lama tidak bisa juara Piala Thomas dan Piala Uber.
Di Piala Thomas, Indonesia merupakan negara yang paling sering juara, 13 kali. Namun, itu terjadi di masa lalu. Kali terakhir Indonesia juara Piala Thomas terjadi pada 2002 silam. Ketika Hendrawan menjadi penentu kemenangan 3-2 atas Malaysia di Guangzhou.
Sementara di Piala Uber, Indonesia malah sudah merasakan paceklik gelar selama 25 tahun. Kali terakhir tim putri Indonesia juara Piala Uber 1996 ketika mengalahkan China 4-1 di Hong Kong.
Bagaimana peluang Indonesia di tahun ini?
Di atas kertas, Indonesia punya peluang untuk meraih Piala Thomas tahun ini. Pasalnya, Indonesia memiliki skuad tunggal dan ganda yang berada di ranking 10 besar dunia.
Memang, ranking BWF tidak selalu bisa menjadi garansi seorang pemain bisa meraih kemenangan kala melawan pemain yang rankingnya ada di bawahnya. Namun, setidaknya, itu bisa menjadi gambaran kekuatan tim Piala Thomas Indonesia.
Ginting, Jonatan, Marcus, Kevin, Hendra, dan Ahsan akan menjadi kekuatan utama. Untuk tunggal putra ketiga, beberapa nama seperti Karono atau Bobby Setiabudi bisa dipilih. Pemain muda ini mulai diterjunkan di turnamen-turnamen BWF.
Sementara untuk nomor ganda, Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto yang menempati ranking 7 dunia, bisa menjadi pelapis The Minnions--julukan Marcus/Kevin dan The Daddies--julukan Hendra/Ahsan.
PBSI sikapi pembatalan Korea Open
Pembatalan Korea Open dan Macau Open karena terdampak pandemi Covid-19 memang amat disayangkan. Meski, pihak penyelenggara memang tidak punya pilihan seiring adanya komplikasi Covid-19 yang sedang berlangsung di sana seperti pengumuman di situs resmi BWF.
Padahal, andai jadi digelar, dua turnamen itu tentu bisa menjadi pemanasan ideal bagi pmain-pemain Indonesia sebelum tampil di Piala Sudirman.
Dikutip dari ina_badminton, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Rionny Mainaky menyebut kecewa atas pembatalan turnamen itu. Sebab, Korea Open bisa menjadi ajang bagi pemain untuk kembali merasakan atmosfer pertandingan.
Pasalnya, ada beberapa nama yang diplot masuk tim, sudah lama tidak bertanding. Seperti Fajar dan Rian. Juga beberapa pemain muda. Karenanya, sambung Rionny, PBSI ingin melihat kesiapan dan perkembangan mereka (di Korea Open) sekaligus mengambil gambaran untuk Tim Sudirman dan Thomas & Uber nanti.
"Tapi kembali lagi, masa pandemi ini belum selesai. Negara di kawasan Asia masih berjuang untuk lepas dari Covid-19 dan saya menyadari itu. Kesehatan dan keselamatan seua adalah hal terpenting," jelas Rionny.
Toh, di sisi lain, pembatalan Korea Open juga punya dampak bagus. Setidaknya, waktu persiapan Anthony Ginting dan kawan-kawannya jelang tampil di Piala Sudirman dan Piala Thomas &Uber menjadi lebih panjang.
PP PBSI jadi bisa lebih fokus menyiapkan komposisi tim. Semisal akan menggelar pertandingan simulasi antar atlet pelatnas seperti ketika akan berangkat ke Olimpiade beberapa waktu lalu.
Dan memang, dengan ketiadaan turnamen sebagai ajang untuk mengukur kesiapan pemain, PBSI mau tidak mau harus beradaptasi dengan situasi yang ada dalam pemilihan pemain.
Toh, saya yakin, PBSI pastinya sudah punya gambaran semua pemain yang akan dibawa. Penentuannya tinggal dilihat dari bagaimana kondisi terkini pemain saat pemusatan latihan.
"Penilaiannya (pemain yang masuk tim) nanti berdasarkan performa terakhir dan kondisi latihan saja," sambung Rionny.
Selaku penikmat bulutangkis yang sekadar beropini dan bermain di level kampung, kita sepenuhnya percaya kepada PP PBSI dalam memilih pemain-pemain yang akan dibawa ke Eropa nanti.
Saya percaya, PBSI bakal memilih pemain-pemain terbaik yang ada.
Saya hanya bisa berharap, merujuk usia beberapa pemain Indonesia yang sudah di atas 30 tahun seperti Hendra Setiawan (36 tahun), Greysia Polii (34 tahun), Mohammad Ahsan (33 tahun), termasuk Marcus yang kini menyentuh 30 tahun, tim bulutangkis harus memaksimalkan momentum yang ada untuk bisa membawa pulang Piala Sudirman, Piala Thomas, dan Piala Uber.
Sebab, di penyelenggaraan di tahun-tahun berikutnya, sangat mungkin mereka tidak lagi berpartisipasi di turnamen dua tahunan ini. Boleh lha kita berujar, now or never. Sekarang atau tidak sama sekali sebagai pemantik motivasi bagi mereka. Salam bulutangkis Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H