Sebuah pukulan drop shot menyilang Greysia Polii yang tidak bisa dikembalikan Du Yue, membawa ganda putri Indonesia lolos ke semifinal Olimpiade 2020.
Ganda putri Indonesia, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu mengakhiri pertandingan perempat final mendebarkan dan melelahkan melawan ganda putri China, Du Yue/Li Yinhui dengan kemenangan dramatis.
Mereka menang tiga game (rubber game) dengan skor 21-15, 20-22, 21-17 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo, Kamis (29/7) petang.
Ini pencapaian luar biasa. Bukan main-main.
Sebab, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu menjadi pasangan ganda putri pertama Indonesia yang bisa mencapai fase semifinal Olimpiade.
Sejak cabang olahraga bulu tangkis dipertandingkan di Olimpiade 1992, tidak pernah ada ganda putri Indonesia yang bisa mencapai babak empat besar.
Karena itu, dalam tujuh kali Olimpiade sejak 1992 itu, ganda putri menjadi satu-satunya nomor yang belum bisa mempersembahkan medali emas Olimpiade untuk Indonesia.
Pebulu tangkis Indonesia di empat nomor lainnya, yakni tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, dan ganda campuran, semuanya pernah meraih medali emas di Olimpiade.Â
Namun, saya meyakini, akan selalu ada yang pertama dalam olahraga. Bahkan, saya tidak akan kaget bila nanti Greysia/Apriyani menjadi ganda putri Indonesia pertama yang meraih medali emas.
Sebab, pasangan yang mulai dipasangkan di Sudirman Cup 2017 ini sedikitnya punya empat bekal untuk menapak ke babak final. Empat bekal itupula yang akan mengantar mereka jadi juara Olimpiade. Apa saja bekal itu?
Mau kerja keras dan pantang menyerah
Siapapun yang melihat bagaimana perjuangan Greysia dan Apriyani di perempat final tadi dari layar televisi, pastinya akan memberi aplaus. Angkat topi. Salut.
Sebab, kemenangan rubber game atas ganda putri China itu bukan hanya tentang adu teknik permainan. Namun, lebih kepada adu kuat mental, kesabaran, dan pantang menyerah.
Bayangkan, sejak awal pertandingan, Greysia dan Apriyani lebih sering tertinggal.
Di game pertama, mereka sempat tertinggal 2-6, 4-7, 6-10, hingga bisa menyamakan skor 10-10. Lantas, di interval kedua, mereka membalik situasi dan menang 21-15.
Di game kedua, memasuki poin kritis, Greysia/Apriyani sempat tertinggal 17-20. Mereka lalu mendapatkan tiga poin beruntun dan memaksakan setting point 20-20. Namun, ganda China bisa menang 22-20. Laga pun berlanjut ke game ketiga.
Di game ketiga, Greysia/Apri sempat unggul jauh dari Du Yue/Li Yinhui. Mereka sempat unggul 17-10. Rasanya mereka bakal bisa menutup game terakhir ini dengan nyaman. Tidak seperti dua game sebelumnya.
Namun, yang terjadi, ganda China justru mampu mendapatkan lima poin beruntun dan mengejar di angka 15-17. Situasi pun jadi menegangkan. Bagaimana jika ganda China bisa menyusul.
Di sinilah Greysia dan Apriyani mampu menunjukkan mental yang kuat dan semangat pantang menyerah. Mereka bisa meredam situasi kebangkitan ganda China. Mereka gantian mendapatkan 3 poin beruntun, 20-15.
Du Yue/Li Yinhui sempat menambah dua poin. Tapi, itulah poin terakhir yang bisa mereka dapatkan. Lantas, sebuah drop shot menyilang Greysia itulah yang mengakhiri pertandingan itu.
Ya, kita patut memberikan apresiasi kepada Greysia dan Apriyani untuk kemenangan ini. Untuk perjuangan mereka.
Permainan stabil, punya ketahanan fisik
Dari 11 pebulu tangkis Indonesia yang tampil di Olimpiade 2020, Greysia dan Apriyani salah dua yang paling stabil permainannya. Sejak tampil di penyisihan grup hingga perempat final, Greysia dan Apriyani mampu tampil dengan standar permainan mereka.
Faktanya, Greysia dan Apriyani selalu menang dalam empat pertandingan.
Di laga pertama, mereka mengalahkan ganda Malaysia, Choe Mei Kuan/Lee Meng Yean 21-14, 21-17. Padahal, di pertemuan terakhir, mereka kalah dari Chow/Lee seperti saya ulas di sini Jatuh Bangun Kalahkan Ganda Malaysia, Greysia/Apriyani Merasakan Ketatnya Olimpiade.
Greysia/Apriyani lalu menang meyakinkan di laga kedua atas ganda Great Britain, Chloe Birch/Lauren Smith 21-11, 21-13. Lantas, menutup penyisihan grup dengan kemenangan atas ganda tuan rumah, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota.
Hingga, kemenangan rubber game atas pasangan Du Yue/Li Yinhui di perempat final hari ini.
Tidak ada kemenangan mudah. Apalagi ini di Olimpiade di mana semua pemain tidak ingin pulang dengan penyesalan.
Semua kemenangan itu didapat dengan kerja keras dan didukung kondisi fisik yang prima.
Ya ketahanan fisik. Sebab, persaingan di ganda putri elit dunia memang sangat mengandalkan ketahanan fisik dan defence yang kuat. Untuk menghasilkan satu poin, bisa beradu reli puluhan pukulan. Bila tidak kuat fisik, akan mudah melakukan kesalahan sendiri.Â
Mengalahkan ganda putri world number 1
Kemenangan Greysia/Apriyani atas pasangan Jepang, Yuki Fukushima dan Sayaka Hirota di penyisihan grup bukanlah kemenangan biasa. Kemenangan itu menjadi parameter penampilan mereka di Olimpiade 2020 ini.
Kita tahu, Fukushima dam Hirota bukan hanya ganda putri ranking 1 dunia dan unggulan 1 di Olimpaide 2020. Lebih dari itu, mereka juga punya rekor dominan atas Greysia/Apriyani.
Bayangkan, dalam 10 kali perjumpaan, Greysia dan Apriyani kalah delapan kali dari ganda Jepang itu. Head to head mereka 2-8. Fukushima dan Hirota seperti tembok tebal yang sulit dilewati.
Karenanya, kemenangan rubber game 24-22, 13-21, 21-8 atas Fukushima dan Hirota di fase grup itu jelas menambah motivasi Greysia/Apriyani.
Bahwa, bila tampil dalam performa terbaik, mereka bisa mengalahkan pasangan world number 1. Artinya, Greysia/Apriyani bisa mengalahkan siapa saja.
Dan memang, bila melihat duel Greysia/Apriyani melawan Fukushima dan Hirota itu, kita akan tahu bagaimana pola main di ganda putri yang sangat berbeda dengan ganda putra yang lebih direct smash ataupu adu pukulan drive.
Di ganda putri, mereka yang menang adalah yang punya ketahanan, minim error, dan sabar menunggu kesempatan mencetak poin. Dan itu bisa dilakukan Greysia/Apriyani.
Faktor Greysia Polii
Dan, bekal keempat yang bisa membawa ganda putri Indonesia meraih medali di Olimpiade 2020 adalah faktor Greysia Polii.
Di usianya yang sudah 33 tahun, boleh jadi ini Olimpiade terakhir baginya. Karenanya, dia ingin meraih medali. Apriyani pasti juga ingin memberikan kenangan manis kepada seniornya itu.
Di akhir laga perempat final tadi, saya mencoba ikut merasakan bagaimana emosionalnya Greysia Polii begitu bisa memastikan lolos ke semifinal. Dia sampai menjatuhkan badannya di lapangan.
Bayangkan, itulah rasanya ketika akhirnya berhasil pada percobaan ketiga. Third time lucky.
Ya, setelah gagal dua kali, Greysia Polii akhirnya mencapai pencapaian di Olimpiade, meski belum selesai.
Kita tahu, Olimpiade 2020 ini merupakan partisipasi ketiga Greysia. Sebelumnya, dia pernah tampil di Olimpiade 2012 bersama Meiliana Jauhari. Itu pengalaman pahit bagi Greysia karena dia didiskualifikasi.
Lalu, di Olimpiade 2016, Greysia bermain bersama Nitya Krishinda. Jadi unggulan ketiga, mereka terhenti di perempat final oleh ganda China, Tang Yuanting/Yu Yang.
Karenanya, kemenangan atas Du Yue/Li Yinhui itu wajar membuat Greysia emosional. Dia tentu tidak ingin untuk kedua kalinya dikalahkan ganda China di perempat final Olimpiade.
Di babak semifinal ganda putri yang akan dimainkan Sabtu (31/7) nanti, Greysia/Apriyani akan menghadapi ganda Korsel, Lee So-hee/Shin Seung-chan.
Di pertemuan terakhir, Greysia/Apriyani bisa mengalahkan Lee/Shin di semifinal Thailand Open pada Januri 2021 lalu. Greysia dan Apriyani akhirnya juara di turnamen itu.
Semoga kali ini, di Olimpiade, dengan empat bekal tersebut, Greysia/Apriyani kembali bisa mengalahkan ganda Korsel itu untuk meraih tiket ke babak final. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H