Pandemi memang membuat Olimpiade tidak akan lagi sama. Ada banyak hal yang akan berubah bila dibandingkan gelaran Olimpiade di tahun-tahun sebelumnya.
Namun, ada yang tidak berubah.
Salah satunya jadwal cabang olahraga (cabor) sepak bola yang digelar mendahului upacara pembukaan (opening ceremony). Seperti yang sudah-sudah, sepak bola akan menandai dimulainya gelaran Olimpiade 2020.
Peluit awal mula (kick off) sepak bola Olimpiade akan dimulai pada tanggal 22 Juli 2021 atau sehari sebelum upacara pembukaan digelar pada 23 Juli 2021.
Lalu, siapa saja tim kontestan sepak bola di Olimpiade 2020 ?
Cabor sepak bola diikuti oleh 16 tim (negara) yang berasal dari konfederasi Asia, Eropa, Afrika, Amerika Selatan, Oseania, dan juga Amerika Utara dan Tengah (Concacaf).
Berbeda dengan turnamen sepak bola lainnya seperti Piala Dunia atau Piala Eropa, sepak bola di Olimpiade memberlakukan batasan usia bagi para pemainnya.
Tim yang berpartisipasi dalam kompetisi putra dibatasi untuk pemain  di bawah 24 tahun (lahir pada atau setelah 1 Januari 1997) dengan maksimal tiga pemain di atas usia diperbolehkan.
Di Grup A, tuan rumah Jepang berada satu grup dengan Afrika Selatan, Meksiko, dan Prancis. Pertandingan pertama mempertemukan Meksiko melawan Prancis dan Jepang bertemu Afrika Selatan di Tokyo.
Di Grup B, Korea Selatan satu grup dengan Selandia Baru, Honduras dan Rumania. Di laga pertama, Selandia Baru bersua Korea Selatan dan Honduras bertemu Rumania di Kashima.
Sementara di Grup C, Spanyol satu grup dengan Argentina, Mesir, dan Australia. Di pertandingan pertama, Spanyol akan berjumpa Mesir dan Argentina menghadapi Australia di Sapporo.
Lalu di Grup D, Brasil yang merupakan juara bertahan, berada satu grup dengan Jerman, Pantai Gading, dan Arab Saudi. Yang menarik, Brasil akan langsung bersua Jerman di laga pertama. Sementara Arab Saudi bertemu Pantai Gading di Yokohama.
Tantangan Brasil sebagai juara bertahan
Lalu, siapa yang berpeluang untuk juara alias meraih medali emas?
Brasil sebagai juara bertahan masih layak difavoritkan. Meski, bila merujuk daftar nama pemainnya, skuad yang didaftarkan di Olimpiade 2020 ini tidak segemerlap tim saat Brasil jadi ruan rumah Olimpiade 2016 Rio de Janeiro.
Pelatih tim Brasil untuk Olimpiade 2020, Andre Jardine membawa beberapa pemain yang bermain di klub-klub Eropa yang usianya masih memenuhi syarat.
Seperti penyerang Arsenal Gabriel Martinelli (20 tahun) dan penyerang Everton, Richarlison (24 tahun). Plus penyerang asal Ajax, Antony dos Santos (21 tahun). Juga gelandang yang pernah bermain di Barcelona dan kini bermain di klub Rusia, Malcom (24 tahun).
Untuk tiga pemain esktra (usianya lebih dari 24 tahun), pelatih Andre Jardine membawa kiper Santos (31 tahun) dari Athletico Paranaense, lalu bek yang bermain di Sevilla, Diego Carlos (28 tahun). Serta, Dani Alves.
Untuk nama terakhir, penggemar bola pasti paham. Hanya saja, Dani Alves kini sudah berusia 38 tahun. Tentu, usia tidak bisa dibohongi. Kecepatan larinya tentu tidak lagi sama seperti saat berkostum Barcelona beberapa tahun silam.
Bandingkan dengan skuad Brasil di Olimpiade 2016 lalu. Kala itu, demi gengsi sebagai tuan rumah harus juara, tim Brasil membawa Neymar yang merupakan superstar Brasil sebagai pemain ekstra.
Sementara untuk pemain muda, Brasil kala itu punya pemain-pemain yang sudah teruji main di Eropa. Ada bek Marquinhos yang sudah main di Paris Saint Germain (PSG) dan striker Gabriel Jesus (Manchester City). Termasuk gelandang Rafinha (Barcelona).
Namun, meski tidak segemerlap tim Olimpiade lima tahun lalu, Brasil pasti punya ambisi untuk mempertahankan medali emas sepak bola yang mereka raih.
Siapa tahu, anak-anak muda yang dibawa oleh Andre Jardine ke Jepang, ternyata bisa tampil trengginas. Tentunya itu akan terlihat saat mereka menghadapi Jerman yang juga tidak membawa pemain-pemain tenar.
Spanyol layak jadi favorit juara
Namun, dari semua tim kontestan sepak bola Olimpiade 2020, Spanyol layak mendapatkan sorotan. Tim La Furia Roja--julukan Spanyol yang pernah meraih medali emas sepak bola di Olimpiade 1992 Barcelona, juga punya peluang besar untuk juara.
Pasalnya, Pelatih Spanyol, Luis de la Fuente membawa enam pemain alumni Piala Eropa 2020. Ada kiper Unai Simon (24 tahun), bek Pau Torres (24 tahun) dan Eric Garcia (20 tahun), penyerang Mikel Oyarzabal (24 tahun) dan Dani Olmo (23 tahun).
Plus, gelandang muda Barcelona, Pedri (18 tahun) yang terpilih sebagai pemain muda terbaik Euro 2020 berkat penampilan impresifnya.
Kita tahu, Spanyol di Euro 2020 bermain apik. Permainan ball possession mereka seolah menghipnotis lawan-lawan mereka. Bahkan, ketika kalah adu penalti melawan Italia di semifinal, Spanyol sejatinya mendominasi permainan.
Selain nama-nama alumni Euro 2020, pelatih Luis de la Fuente juga membawa bek Barcelona, Oscar Mingueza (22 tahun). Serta, dua pemain senior yang bisa menjadi kekuatan tambahan. Yakni gelandang Real Madrid, Marco Asensio (25 tahun) dan gelandang Arsenal, Dani Ceballos.
Dengan skuad yang seperti itu, Spanyol layak menjadi favorit juara. Rasanya, mereka tidak akan kesulitan untuk sekadar lolos ke babak gugur/perempat final dari Grup C.
Sebab, lawan mereka di Grup C, Argentina, datang tanpa pemain bintang. Pelatih Fernando Batista hanya membawa kiper Jeremias Ledesma sebagai pemain esktra. Selebihnya, full pemain-pemain muda.
Begitu juga dengan Mesir. Keinginan mengajak Mohamed Salah tidak kesampaian karena memilih fokus menjalani pramusim bersama Liverpool.
Yang juga menarik ditunggu adalah kiprah tim Asia. Sejauh ini, belum pernah ada tim Asia yang bisa lolos ke final. Paling maksimal hanya semifinal. Itu dilakukan Jepang dan Korea Selatan di Olimpiade 2012 di London.
Yang jelas, ada kabar bagus bagi penikmat sepak bola. Bahwa, sepak bola Olimpiade 2020 kabarnya bakal ditayangkan langsung oleh stasiun televisi kita. Jadi, selamat menyambut Olimpiade 2020. Salam olahraga.
Meski, patut menjadi pertanyaan, apakah tim Spanyol di Olimpiade 2020 bisa bermain seperti Spanyol di Euro 2020.
Sebab, pelatihnya memang berbeda. Racikan strateginya tentu berbeda. Meski, sepak bola Spanyol sejatinya sudah punya 'cetak biru' dengan mengandalkan permainan passing. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H