Gayanya kalem. Tak banyak omong di lapangan. Apalagi tergoda berbuat nakal dengan mengasari pemain lawan.
Southgate juga bukan tipe pesohor seperti partnernya, Tony Adams, yang kehidupan pribadinya sering disorot media. Dia juga bukan pemain yang emosional seperti rekannya di Timnas Inggris, Stuart Pearce.
Saya mengingatnya bermain dengan jersey Aston Villa. Lantas, pindah ke Middlesbrough di awal 2000-an. Dia pernah membawa klub itu ke final Europa League 2006. Tapi kalah dari Sevilla.Â
Pertengahan tahun 1996 silam, Southgate yang usianya baru 25 tahun, pernah viral di seantero Inggris. Ketika Inggris melawan Jerman di semifinal Euro, dia dipilih jadi penendang penalti dalam drama adu penalti.
Ketika skor sama kuat 5-5, Southgate yang innocent itu maju sebagai penendang keenam. Sepakannya gagal. Lalu, Andy Moller membuat Jerman ke final. Inggris tersingkir.
Sempat ditolak di awal melatih karena tidak sesuai kualifikasi
Tahu-tahu, Southgate "banting stir" melatih. Tahun 2006-07, dia ditunjuk melatih Middlesbrough, mengisi posisi Steve McClaren yang melatih Inggris.
Menariknya, di awal melatih, Southgate sempat digugat karena tidak memenuhi kualifikasi menjadi pelatih. Dia tidak memiliki lisensi UEFA Pro sebagai syarat untuk bisa melatih tim Premier League.
Namun, dia mendapatkan dispensasi. Keringanan. Itu setelah Middlesborugh sukses melobi Pihak FA.
Middlesbrough bersikukuh, Southgate belum mengikuti kursus kepelatihan karena agenda padatnya bermain untuk negara dan klub. Seiring waktu, dia lantas memenuhi kualifikasinya.
Meski tak pernah meraih piala sebagai pelatih, Southgate pernah meraih penghargaan individu. Dia pernah terpilih jadi Premier League Manager of The Month edisi Agustus 2008.