Apa yang membuat Timnas Spanyol sangat termotivasi mengalahkan Belanda di final Piala Dunia 2010 silam?
Ada banyak hal.
Namun, bila pertanyaan itu ditanyakan kepada Andres Iniesta, sang pahlawan kemenangan Spanyol di final itu, kita bisa tahu jawabannya dari selebrasi golnya.
Usai bikin gol di menit ke-116 yang membawa Spanyol jadi juara dunia untuk kali pertama, Iniesta berlari memperlihatkan kaos putih  bertuliskan "Dani Jarque siempre con nosotros".
Maknanya, 'Dani Jarque, selalu bersama kami'.
Dani Jarque merupakan sahabat Iniesta. Pada 8 Agustus 2009, pemain Espanyol ini meninggal dunia di kamar hotelnya karena mengalami serangan jantung. Jarque meninggal pada usia 26 tahun.
Motivasi demi memberikan 'hadiah' untuk Jarque itulah yang membuat Iniesta dan kawan-kawannya tampil bersemangat di final. Hasilnya, final itu kini menjadi cerita sejarah.
Italia berduka karena cedera Spinazzola
Motivasi dari kabar duka itulah yang kini dirasakan Timnas Italia jelang menghadapi Spanyol di semifinal Euro 2020 di Stadion Wembley, Rabu (7/7) dini hari waktu Indonesia.
Memang, duka Italia tidak seberat kehilangan yang dirasakan Iniesta ketika mendapati kabar berpulangnya Dani Jarque. Namun, namanya duka, kadar beratnya tidak bisa diukur dengan timbangan.
Italia berduka setelah bek kiri mereka, Leonardo Spinazzola, mengalami cedera saat melawan Belgia di perempat final. Tendon achilles kaki kirinya bermasalah.
Dia bakal lama berpisah dengan lapangan. Media menyebut dia butuh waktu minimal 6 bulan untuk memulihkan cederanya. Bahkan bisa 12 bulan untuk benar-benar pulih.
Artinya, Spinazzola (28 tahun) tidak akan tampil kala Italia melawan Spanyol dini hari nanti. Bahkan, bilapun lolos ke final, dia hanya akan menjadi penonton.
Padahal, publik Italia dan pendukung Italia di manapun sedang sayang-sayangnya dengan Spinazzola.
Pemain asal klub AS Roma ini tampil luar biasa di Piala Eropa 2020. Pergerakannya di sisi kiri sangat enerjik. Mengingatkan orang pada Paolo Maldini saat sedang hebat-hebatnya bermain sebagai bek kiri.
Spinazzola bisa bertahan. Dia juga rajin membantu serangan.
Larinya cepat. Umpannya akurat. Pede melepas shooting. Jago membuat assist. Dia sudah membuat dua assist. Salah satunya berujung gol Federico Chiesa ke gawang Austria di babak 16 besar.
Dari lima penampilan Italia dalam road to semifinal, Spinazzola dua kali terpilih jadi star of the match. Italia kehilangan salah satu pemain terbaik di turnamen ini.
Terkait kondisi terkini Spinazzola, kemarin saya mendapati sebuah video pendek di Instagram. Video yang mengandung irisan bawang. Mengharukan.
Spinazzola datang ke ruang makan Timnas Italia. Berjalan sambil memegangi kruk. Dia disambut haru rekan-rekannya. Dipeluk Pelatih Roberto Mancini. Dimotivasi Gianluca Vialli.
Lantas, pemain-pemain Italia serentak menerikkan chant "Spina...Spina" demi menguatkan mental Spinazzola menjalani masa penyembuhan cedera selama berbulan-bulan.
"Thank you to everyone for showing me such support, there have really been so many of you. The countdown starts now ... we'll see each other again soon," ujar Spinazzola usai menjalani operasi, Senin (5/7).
Bagaimana Italia tanpa Spinazzola
Dalam sesi jumpa pers jelang semifinal, Senin (5/7), Mancini menyebut Spinazzola adalah pemain yang berperan besar membawa Italia melaju hingga ke semifinal.
"Saya pikir, Spina menjadi bek kiri terbaik di EURO sejauh ini," ujarnya.
Menariknya, Mancini menyebut Spina akan hadir langsung di Stadion Wembley untuk menyaksikan Italia bermain. Itu merupakan keinginan Spinazzola langsung. Juga harapan tim. "Dia akan bersama kami di (pinggir) lapangan," sambung Mancini.
Kapten Italia, Leonardo Bonucci juga menyebut tim sudah membicarakan hal itu dengan Spina setelah operasi.
"Dia ingin melihat kami bermain dan kami juga ingin dia bersama kami. Kami akan bermain untuk Spinazzola, untuk Italia," ujar Bonucci.
Tanpa Spinazzola, permainan Italia memang bakal berbeda. Cara bermainnya memang unik. Bila bek-bek Italia dulunya terkenal dengan gaya catenaccio, dia malah doyan menyerang.
Toh, Mancini pasti sudah menyiapkan "plan B. Jeda tiga hari pastinya dimaksimalkan Mancini untuk mematangkan skema main tanpa sang bek kiri andalan.
Emerson, bek yang bermain di Chelsea, kemungkinan bakal dimainkan sebagai pengganti Spinazzola.
Dia juga yang mengganti Spina di menit ke-79 kala melawan Belgia. Dan, melawan Spanyol nanti, dia akan berhadapan langsung dengan Cesar Azpilicueta, rekannya di Chelsea.
Sementara untuk pemain di posisi lainnya, Mancini sepertinya tidak akan melakukan perubahan dari tim yang mengalahkan Belgia.
Dikutip dai uefa.com, Mancini akan memainkan Federico Chiesa sebagai starter di posisi penyerang kanan. Begitu juga Lorenzo Insigne di kiri. Sementara Ciro Immobile yang mendapat kritik kala melawan Belgia, tetap menjadi pilihan utama.
Di lini tengah, trio Jorginho, Marco Verrati, dan Nicolo Barella bakal kembali menjadi 'mesin penggerak' serangan Italia. Ketiganya tampil apik saat mengalahkan Belgia.
Mereka akan menjadi lawan sepadan bagi trio gelandang Spanyol, Sergio Busquets, Pedri, dan Koke.
Dari sisi pengalaman, Busquets unggul. Tapi, Jorginho sedang bagus-bagusnya. Malah, ada yang menyebut dia bisa bersiang mendapatkan Ballon d'Or tahun ini.
Meski mungkin terdengar klasik (untuk tidak menyebut basi), siapa yang menguasai duel di lini tengah bakal sangat menentukan siapa pemenang di laga semifinal ini.
Italia dan Spanyol saling mengalahkan di dua Euro edisi terakhir
Bicara pertemuan Italia melawan Spanyol, banyak orang mungkin lantas teringat final Euro 2012. Ketika Spanyol gagah perkasa mengalahkan Italia 4-0 untuk meraih gelar ketiga mereka.
Empat tahun kemudian, di Euro 2016, Italia bisa melakukan revans. Gli Azzurri--julukan Italia mengalahkan Spanyol 2-0 di babak 16 besar.
Kini, di Euro 2020, dua tim tampil dengan banyak wajah baru. Mancini dan Luis Enrique (Pelatih Spanyol) memanggil banyak pemain-pemain muda yang baru kali ini tampil di Piala Eropa.
Mancini hanya memanggil empat pemain dari skuad Euro 2016. Yakni Bonucci, Chiellini, Insigne, dan Immobile.
Chiellini dan Bonucci juga ikut tampil di final pahit 2012 silam. Chiellini malah cedera di menit ke-21. Lantas, dia membalasnya dengan mencetak satu gol di Euro 2016.
Sementara Luis Enrique tetap percaya pada Sergio Busquets dan Jordi Alba plus Alvaro Morata dari skuad Spanyol di Euro 2016.
Bahkan, Busquets dan Alba ikut jadi bagian tim Spanyol saat juara Euro 2012. Alba malah mencetak satu gol.
Keduanya memang pemain kesayangan Enrique. Tidak hanya di timnas. Tapi juga saat dia melatih Barcelona dan meraih trofi Liga Champions 2015.
Lalu, siapa yang bakal unggul dan lolos ke final?
Saya sepakat dengan pernyataan Luis Enrique dalam jumpa pers.
Dia menyebut Spanyol dan Italia memainkan sepak bola yang mirip. Bertahan dan menyerang sebagai unit. Tidak hanya mengandalkan satu dua pemain bintang.
Namun, Italia bakal punya motivasi lebih dengan kehadiran Spinazzola. Duka yang dialami Spina akan menjadi penguat bagi rekan-rekannya untuk tampil 'meledak' di lapangan.
Dan, sebagai pendukung Italia, tentu saja saya berharap Italia yang lolos ke final. Saya mengandaikan Bonucci dan kawan-kawan lolos ke semifinal. Lantas, saling berangkulan di lapangan sembari meneriakkan chant "Spina....Spina"..
Ah, indahnya sepak bola.
Sepak bola mengajari kita banyak hal. Utamanya tentang sebuah tim itu ibarat keluarga.
Bila ada satu keluarga berduka, mereka akan saling menguatkan. Berusaha melakukan yang terbaik untuk yang sedang berduka. Itulah yang akan dilakukan Italia saat melawan Spanyol nanti. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H