Insigne (30 tahun) adalah salah satu identitas sepak bola Italia yang kini mulai sulit ditemukan. Langka.
Sejak dulu, calcio Italia itu identik dengan dua hal utama. Yakni pertahanan kokoh karena adanya difensore (bek) yang sulit ditembus. Serta, pemain fantasista yang identik dengan nomor punggung 10.
Istilah ini dipakai menjadi judul manga Jepang karangan Michiteru Kusaba yang berkisah tentang sepak bola. Fantasista berkisah tentang sosok bernama Teppei Sakamoto dalam membangun karier di sepak bola.
Sejatinya, fantasista itu bukan posisi di sepak bola. Itu julukan untuk pemain spesial. Pemain yang ketika dia menguasai bola, kita yang menonton berdecak kagum sembari menunggu momen ajaib yang akan terjadi.
Dulu, di Italia, di era 90-an, terdapat sejumlah pemain spesial seperti itu. Hampir setiap klub Serie A Liga Italia punya pemain fantasista itu.
Pemain yang tidak hanya bernomor punggung 10, tapi gaya mainnya memang bernilai 10. Pemain yang aduhai ketika mengusai bola. Sering bikin assist maupun mencetak gol. Mereka menjadi ruh tim. Pemain paling top di timnya.
Kita pernah mengenal nama Zvonimir Boban (AC Milan), Manuel Rui Costa (Fiorentina/Milan), Alessandro Del Piero (Juventus), Roberto Baggio (Juventus/Brescia), Gianfranco Zola (Parma), Francesco Totti (AS Roma), Ariel Ortega (Sampdoria), Thomas Locatelli (Udinese), dan yang paling legend, Diego Maradona (Napoli).
Mereka dikenal sebagai playmaker (pengatur permainan) di timnya. Mereka juga memainkan peran sebagai trequartista alias pemain yang bermain di belakang penyerang karena memiliki kemampuan spesial dalam mengumpan dan mencetak gol.
Terkadang juga diplot sebagai "penyerang palsu" alias false number 9 ataupun bermain sebagai penyerang sayap.
Kehadiran mereka menjadi pembeda sepak bola Italia dengan kompetisi sepak bola negara lainnya. Ambil contoh dengan Liga Inggris. Kala itu, permainan tim-tim Inggris cenderung menganut gaya "lari dan tendang".