Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Pelajaran untuk "The Babbies" di Spanyol, Kalah Ketika Diharapkan Juara

22 Mei 2021   07:20 Diperbarui: 22 Mei 2021   22:28 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan ganda putra Indonesia, Leo Carnando/Daniel Marthin gagal melaju ke semifinal Spain Masters 2021. Tadi malam, mereka kalah di babak perempat final dari pasangan Eropa/Foto: Raphael Sachetat/Kompas.com

Indonesia melalui Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) memang tidak mengirimkan pemain-pemain terbaiknya ke turnamen Spain Masters 2021 yang berlangsung pekan ini.

PBSI lebih memilih menerjunkan pemain-pemain muda di Pelatnas. Bukan hanya demi menambah jam terbang di level internasional. Tapi juga demi memberi kesempatan kepada mereka untuk meraih gelar pertama di BWF World Tour di tahun 2021 ini.

Salah satu pemain yang diharapkan bisa berprestasi maksimal di Spanyol adalah pasangan ganda putra, Leo Rolly Carnando (19 tahun) dan Daniel Marthin (19 tahun). Mereka jadi unggulan 2 di turnamen BWF Super 300 ini.

Mereka diharapkan bukan hanya karena menjadi unggulan. Tapi, keduanya memang punya potensi. Mereka berstatus juara Asia junior 2019 dan juara dunia junior 2019. Malah ada yang menyebut keduanya sebagai penerus Marcus Gideon/Kevin Sanjaya.

Dibanding pasangan ganda putra muda lainnya, Leo/Daniel memang layak jadi sorotan. Mereka sudah teruji kala tampil di Thailand Open 2021 pada awal tahun lalu. Menghadapi lawan-lawan yang lebih berat, mereka bahkan mampu melaju hingga semifinal.

Karenanya, di Spain Masters yang lebih banyak diikuti pemain-pemain Eropa dan tidak ada pasangan ganda putra ranking 10 besar dunia yang tampil, seharusnya menjadi peluang bagi The Babbies--julukan Leo/Daniel untuk meraih gelar pertamanya di level BWF World Tour.

Leo/Daniel kalah rubber game dari pasangan 'gado-gado" Eropa

Namun, harapan tidak selalu bertemu dengan kenyataan. Harapan kadang tidak sama dengan kenyataan. Malah, seringkali terjadi, ketika diharapkan berlebih, justru hasilnya mengecewakan.

Jumat (21/5) tadi malam, Leo/Daniel terhenti di babak perempat final. Mereka kalah rubber game dari 'pasangan gado-gado', Adam Hall asal Skotlandia (25 tahun) dan Frederik Sogaard Mortensen asal Denmark (23 tahun).

Kalah 18-21 di game pertama, Leo/Daniel mampu bangkit di game kedua. Mereka menang 21-17. Namun, nasib baik rupanya belum memihak mereka. Di game ketiga, mereka kalah saat adu setting poin (duece). Mereka kalah 22-24.

Dan memang, di bulutangkis kekinian dengan aturan poin 3x21 ini, ketika memasuki setting point (bila poin pemain sama kuat 20-20 dan pemenang ditentukan bila mendapat dua poin beruntun) apapun bisa terjadi.

Pemain bisa kalah di adu setting point bisa karena faktor  unlucky (tidak beruntung). Bisa karena faktor keputusan wasit yang sumir. Atau bisa juga karena faktor kurang tenang di momen krusial.

Lalu, Leo/Daniel kalah karena faktor yang mana?

Bila melihat kembali rekaman ulang pertandingan mereka tadi malam, ketiga faktor itu muncul dengan prosentase masing-masing.

Mereka mungkin kurang beruntung karena sebenarnya punya peluang menang. Sepeti di awal game, mereka selalu unggul dalam perolehan poin. Smash-smash Daniel beberapa kali berbuah poin. Leo juga sigap bermain di depan net. Pendek kata, pola main mereka sebenarnya sudah ketemu.

Namun, mereka kesulitan menutup interval pertama game pertama ketika unggul 10-5. Pasangan Eropa itu bahkan mendapatkan empat poin beruntun sebelum Leo/Daniel Lantas menutup interval pertama dengan skor 11-9.

Di interval kedua, tahu-tahu, Hall/Mortensen sudah berbalik unggul 12-11. Situasi berbalik, Leo/Daniel yang lantas selalu tertinggal dalam perolehan poin. Hingga kalah 18-21.

Penyebabnya, Leo/Daniel mengikuti pola main lawannya dengan sering mengangkat bola. Dan itu menjadi 'makanan empuk' bagi pasangan Eropa yang berpostur jangkung untuk melakukan smash.

Di gama kedua, permainan mereka membaik. Ada semangat besar untuk tidak mau kalah. Sempat beberapa kali tertinggal dalam perburuan poin, Leo/Daniel bisa menutup interval pertama dengan unggul 11-8. Kali ini, mereka bisa menjaga keunggulan hingga menang 21-17.

Di game penentuan, pasangan Eropa rupanya menemukan cara untuk mendulang poin. Mereka sempat unggul 4-0 lewat cara memaksa Leo/Daniel mengangkat shuttlecock dan mengincar Leo.

Leo/Daniel yang sama-sama berasal dari PB Djarum, lantas bisa bangkit ketika lawan mendapat angka 6 dan membuat laga berlangsung ketat. Mereka unggul 11-10 di interval pertama.

Tapi, di awal interval kedua, pasangan Eropa langsung unggul cepat. Leo/Daniel terus tertinggal. Dari 11-13. Lantas 14-16, 15-17, 16-18, 17-19.

Dari kekalahan ini, Leo/Daniel bisa belajar agar semakin matang

Soal wasit, mungkin agak subyektif bila menilai. Meski, tidak sedikit warganet Indonesia yang menyaksikan pertandingan tersebut via layar, menyebut kepemimpinan wasit terkadang "Eropa bias" alias cenderung menguntungkan pasangan Eropa.

Namun, faktor unlucky yang bisa terjadi dan wasit yang bias itu sejatinya bisa diatasi andai Leo/Daniel bisa lebih tenang di momen krusial.

Di momen penentuan itu, Leo/Daniel sebenarnya menunjukkan mental tak mau kalah. Mereka sempat tertinggal 19-20 tapi bisa menyamakan skor 20-20 dan memaksakan setting point.

Mereka kembali dalam posisi nyaris kalah tapi bisa membuat skor kembali selevel 21-21. Bahkan, sempat mendapat kesempatan di angka 22-21.

Sayangnya, mereka kurang tenang. Lagi-lagi mereka 'terjebak' untuk mengangkat bola dan dihantam smash lawan. Pasangan Eropa itu mendapat tiga poin beruntun dan akhirnya menang 24-22.

Toh, kalah menang itu hal biasa dalam pertandingan bulutangkis. Terpenting, Leo dan Daniel bisa mengambil pelajaran dari kegagalan mereka di Huelva, Spanyol tersebut.

Utamanya perihal memperkuat defense agar tidak mudah tembus. Bagaimana mengurangi kesalahan sendiri. Bagaimana melakukan variasi permainan agar tidak mudah terbaca oleh lawan.

Dan terpenting, pelajaran dari Spanyol adalah bagaimana menerapkan strategi bermain yang pas ketika menghadapi lawan berpostur jangkung dan gemar melakukan smash. Poin ini yang menurut saya menjadi biang kalahnya Leo/Daniel.

Di semifinal, Indonesia masih punya dua wakil di ganda putra

Toh, meski Leo/Daniel harus terhenti perjuangannya, Indonesia masih berpeluang meraih gelar di ganda putra. Sebab, Indonesia masih punya dua wakil yang berhasil melaju ke semifinal.

Pasangan Sabar Karyaman/Muhammad Reza Isfahani lolos ke semifinal setelah memenangi 'dual saudara' melawan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana dengan skor 21-16, 21-19.

Sementara pasangan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Rambitan membuat kejutan besar. Pramudya/Yeremia yang oleh netizen dijuluki "PraYer", menyingkirkan unggulan 1 asal Denmark, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen lewat rubber game 21-17, 15-21, 21-11.

Di semifinal yang akan dimainkan Sabtu (22/5) malam nanti, Pramudya/Yeremia yang jadi unggulan 5, akan bertemu pasangan bersaudara asal Prancis, Christo Popov/Toma Junior Popov yang merupakan unggulan 4. Sementara Sabar/Reza akan menghadapi Hall/Sogaard yang kemarin mengalahkan Leo/Daniel.

Mungkinkah akan tercipta 'All Indonesian Final" di sektor ganda putra Spain Masters 2021?

Kenapa tidak.

Sebagai badminton lovers alias pecinta bulutangkis, kita hanya perlu berharap dan berdoa, dua ganda putra Indonesia ini bermain konsisten. Tetap tenang. Tidak overpede dan terburu-buru sehingga berujung kesalahan sendiri.

Pendek kata, semoga mereka bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya di semifinal nanti. Selamat berjuang menuju final anak muda. Salam bulutangkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun