Pemain bisa kalah di adu setting point bisa karena faktor  unlucky (tidak beruntung). Bisa karena faktor keputusan wasit yang sumir. Atau bisa juga karena faktor kurang tenang di momen krusial.
Lalu, Leo/Daniel kalah karena faktor yang mana?
Bila melihat kembali rekaman ulang pertandingan mereka tadi malam, ketiga faktor itu muncul dengan prosentase masing-masing.
Mereka mungkin kurang beruntung karena sebenarnya punya peluang menang. Sepeti di awal game, mereka selalu unggul dalam perolehan poin. Smash-smash Daniel beberapa kali berbuah poin. Leo juga sigap bermain di depan net. Pendek kata, pola main mereka sebenarnya sudah ketemu.
Namun, mereka kesulitan menutup interval pertama game pertama ketika unggul 10-5. Pasangan Eropa itu bahkan mendapatkan empat poin beruntun sebelum Leo/Daniel Lantas menutup interval pertama dengan skor 11-9.
Di interval kedua, tahu-tahu, Hall/Mortensen sudah berbalik unggul 12-11. Situasi berbalik, Leo/Daniel yang lantas selalu tertinggal dalam perolehan poin. Hingga kalah 18-21.
Penyebabnya, Leo/Daniel mengikuti pola main lawannya dengan sering mengangkat bola. Dan itu menjadi 'makanan empuk' bagi pasangan Eropa yang berpostur jangkung untuk melakukan smash.
Di gama kedua, permainan mereka membaik. Ada semangat besar untuk tidak mau kalah. Sempat beberapa kali tertinggal dalam perburuan poin, Leo/Daniel bisa menutup interval pertama dengan unggul 11-8. Kali ini, mereka bisa menjaga keunggulan hingga menang 21-17.
Di game penentuan, pasangan Eropa rupanya menemukan cara untuk mendulang poin. Mereka sempat unggul 4-0 lewat cara memaksa Leo/Daniel mengangkat shuttlecock dan mengincar Leo.
Leo/Daniel yang sama-sama berasal dari PB Djarum, lantas bisa bangkit ketika lawan mendapat angka 6 dan membuat laga berlangsung ketat. Mereka unggul 11-10 di interval pertama.
Tapi, di awal interval kedua, pasangan Eropa langsung unggul cepat. Leo/Daniel terus tertinggal. Dari 11-13. Lantas 14-16, 15-17, 16-18, 17-19.