Tidak sedikit orang yang memutuskan untuk menikah karena tuntutan usia. Bila usianya sudah mendekati kepala tiga, banyak yang merasa sudah tua sehingga harus segera menikah.
Banyak kawan yang ketika berusia mendekati atau sudah lebih 30 tahun tetapi masih single alias belum ada pasangan, merasa sudah telat untuk menikah.
Sebab, bila tidak kunjung menikah, selain harus kuat mental menerima kucuran pertanyan "kapan nikah", juga harus bersiap mendapat tawaran perjodohan. Dijodohkan. Entah dijodohkan oleh orang tua, saudara, kawan dekat, ataupun rekan kerja.
Situasi seperti itu pernah saya alami ketika dulu masih bekerja di 'pabrik koran'. Sekira 12 tahun lalu. Kala itu, di usia 28 tahun, saya masih belum punya pasangan--untuk tidak menyebut jomblo.
Tentu saja, sebagai lelaki normal, sudah bekerja, punya penghasilan tetap bulanan, dan merasa sudah siap, saya ingin segera punya pasangan.
Usaha sudah dilakukan. Sudah beberapa kali melakukan pendekatan. Dari mendekati anak marketing di kantor, hingga sempat dekat dengan rekan kerja beda perusahaan. Namun, akhir ceritanya nggak happy ending.
Dijodohkan rekan kerja, dikenalkan dengan kenalannya
Nah, mungkin karena merasa iba melihat saya masih jomblo, ada ibu bagian sekretaris di kantor dulu yang lantas menawari saya untuk dikenalkan pada adiknya temannya.
Saya tidak tahu kenapa kok saya yang ditawari untuk dicomblangi. Padahal, di kantor kala itu, saya sebenarnya bukan jomblo satu-satunya.
Seingat saya, masih ada beberapa 'tukang nulis' di pabrik koran tersebut yang masih berstatus single. Malah ada yang usianya beberapa tahun lebih tua daripada saya tapi belum menikah.
Tapi, mungkin karena ibu sekretaris itu cukup sering mengobrol dengan saya. Merasa kenal dengan saya. Lantas, mencoba menawarkan bantuan agar saya bisa menemukan jodoh.