Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Buku, Top Up Game Online, dan Kenangan di Perpustakan SD

17 Mei 2021   14:36 Diperbarui: 18 Mei 2021   06:45 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


PAGI tadi, di minimarket dekat rumah, niatan saya membeli token listrik, di sela oleh pemandangan yang jarang saya lihat. Ada sekitar delapan anak kecil berbarengan memasuki minimarket. Dari postur dan wajahnya, mereka kelihatan masih anak-anak SD.

Awalnya saya berpikir, mereka ingin memakai duit hasil 'salam tempel' Lebaran untuk jajan. Dan memang, sekitar satu dua anak terlihat sibuk memilih es krim ataupun susu kemasan di lemari pendingin.

Namun, mereka lebih banyak berdiri di area kasir. Mengantre di belakang saya. Lantas, saya baru tahu ternyata mereka ingin melakukan top up game online.

Saya lantas teringat dengan kabar viral pada akhir pekan kemarin. Ketika ada anak SD mengisi voucher atau top up game online sebesar Rp 800 ribu ke kasir xxxxmaret sehingga membuat orang tuanya memarahi pekerja minimarket itu. Kabar terakhir, kasus itu berakhir maaf. Damai.

Usai Lebaran, anak-anak rupanya sedang demam top up game online itu. Meski, bocah-bocah yang saya temui itu sepertinya tidak mengisi voucher sebanyak itu.

Saya mendadak ingin menuliskan aktivitas anak-anak yang saya lihat di minimarket itu ketika tersadar bahwa hari ini tanggal 17 Mei. Momen Hari Buku Nasional.

Saya jadi penasaran, apakah anak-anak di minimaret itu masih mengenal buku?

Saya penasaran, apakah anak-anak kampung itu masih mau membaca buku?

Saya juga penasaran, buku apa yang kiranya mereka gemari?

Atau malah, tiga jawaban dari pertanyaan itu mengerucut pada satu poin. Bahwa, yang mereka kenal sekarang bukan lagi buku.

Kini, yang mereka kenal, mereka baca, dan mereka nikmati berlama-lama hanyalah gadget. Si gawai pintar. Kini, yang mereka sentuh bukan lagi halaman buku. Tapi, layar gawai.

Mengajak anak-anak suka membaca buku

Tapi, saya yakin, masih ada bocah SD yang gemar membaca buku (apa saja) sampai tuntas. Senang berlama-lama membolak-balik halaman buku. 

Meski, yang mudah dilihat oleh mata, di mana-mana kini tidak sulit menemukan anak-anak bersama gawainya.

Di desa, di warung-warung kopi, sejak pagi mereka bermain gawai. Sebab, ada wifi gratis yang membuat mereka bisa bermain game bersama teman-temannya. Mabar.

Di lingkungan perumahan, anak-anak bermain ke rumah temannya sambil membawa gawai.

Pun, ketika unjung-unjung Lebaran kemarin, anak-anak memisahkan diri dari para orang tua. Mereka asyik memainkan gawainya. Ada yang bersemangat menabung duit dari hasil salam tempat untuk bisa membeli handphone baru.

Boleh jadi, kelak ketika ada anak membaca buku, anak-anak lainnya akan memfoto dia, men-video dia, lantas mempostingnya di akun sosial media masing-masing.

Kenapa?

Karena orang membaca buku sudah dianggap aneh. Tidak umum. Unik. Bahkan mungkin dianggap lucu. Sehingga, banyak orang merasa aktivitas membaca buku itu harus diabadikan.

Tetapi memang, tidak mudah untuk menanamkan kecintaan membaca buku kepada anak-anak. Sulit untuk mengenalkan dan membuat mereka suka atau bahkan cinta kepada buku.

Sebab, pikiran mereka, kebanyakan sudah ter-setting oleh kebiasaan umum anak-anak sekarang. Bahwa, gawai memang lebih menggoda dibandingkan dengan buku.

Namun, sulit bukan berarti tidak bisa. Kita masih bisa melakukan sesuatu untuk memulainya. Dimulai dari lingkungan paling kecil.

Semisal para orang tua bisa mengajak anak-anaknya ke toko buku. Membelikan mereka buku-buku yang disukai. Dari situ, kita bisa mulai mengajak mereka senang membaca buku.

Para ayah juga bisa mengenalkan kebiasan berliterasi di rumah. Semisal dengan membacakan buku sebelum anak-anak tidur. Kebiasaan ini yang dulu hampir setiap malam saya lakukan ketika anak-anak masih bocah. Ada beberapa buku yang menemani dua anak saya bertumbuh.

Kenangan di Perpustakaan SD

Saya juga kerapkali bercerita kepada anak-anak tentang betapa cintanya saya kepada buku sejak masih duduk di bangku SD. Tentang kesukaan saya membaca.

Betapa ayahnya dulu, ketika jam istirahat, tempat paling disuka adalah perpustakaan sekolah. Membaca satu demi satu buku menjadi kebiasaan yang paling dirindukan di sekolah.

Semasa SD dulu, saya juga sering sembunyi-sembunyi membawa pulang buku perpustakaan di sekolah ke rumah.

Ceritanya, bu guru yang menjaga perpustakaan, hanya membolehkan kami meminjam dua buku untuk dibawa pulang. Tentunya dengan syarat kapan harus dikembalikan dan dijaga kondisi bukunya.

Seringkali, saya meminjam dua buku. Lantas, satu buku saya masukkan baju. Saya selipkan di celana di bagian punggung. Saya melakukan itu karena merasa meminjam dua buku kurang. Sementara ada buku lainnya yang menarik untuk dibaca.

Bahkan, saking senangnya membaca, saya masih ingat, kelas 4 SD sudah membaca 'buku berat' kisah Ken Arok dan Tunggul Ametung. Sampai hafal ceritanya.

Kala itu, buku sejarah memang menjadi salah satu favorit saya. Karenanya, saya menyukai pelajaran sejarah. Cerita perjuangan para pahlawan nasional hingga kerajaan-kerajaan yang pernah ada di nusantara, dulu semuanya saya hafal.

Saya juga menyukai buku dongeng. Ada banyak dongeng yang saya suka. Baik dari negeri sendiri maupun luar negeri. Dari kisah "Timun Mas dan Buto Ijo", "Malin Kundang", lalu kisah dari negeri jauh di sana seperti "7 Kurcaci dan Penjahit Sol Sepatu", hingga tentang remah rotinya "Hansel & Gretel".

Membaca semua cerita itu sungguh mengasyikkan. Saya jadi ketagihan membaca. Membaca apa saja.

Bila anak-anak sekarang lebih asyik bermain gawai, mungkin mereka belum pernah merasakan nikmatnya membaca buku. Karenanya, mereka harus lebih dulu dikenalkan kepada buku. Dikenalkan dengan buku yang mereka senangi. Suka, lantas cinta buku. Selamat Hari Buku Nasional. Salam.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun