Namun, sulit bukan berarti tidak bisa. Kita masih bisa melakukan sesuatu untuk memulainya. Dimulai dari lingkungan paling kecil.
Semisal para orang tua bisa mengajak anak-anaknya ke toko buku. Membelikan mereka buku-buku yang disukai. Dari situ, kita bisa mulai mengajak mereka senang membaca buku.
Para ayah juga bisa mengenalkan kebiasan berliterasi di rumah. Semisal dengan membacakan buku sebelum anak-anak tidur. Kebiasaan ini yang dulu hampir setiap malam saya lakukan ketika anak-anak masih bocah. Ada beberapa buku yang menemani dua anak saya bertumbuh.
Kenangan di Perpustakaan SD
Saya juga kerapkali bercerita kepada anak-anak tentang betapa cintanya saya kepada buku sejak masih duduk di bangku SD. Tentang kesukaan saya membaca.
Betapa ayahnya dulu, ketika jam istirahat, tempat paling disuka adalah perpustakaan sekolah. Membaca satu demi satu buku menjadi kebiasaan yang paling dirindukan di sekolah.
Semasa SD dulu, saya juga sering sembunyi-sembunyi membawa pulang buku perpustakaan di sekolah ke rumah.
Ceritanya, bu guru yang menjaga perpustakaan, hanya membolehkan kami meminjam dua buku untuk dibawa pulang. Tentunya dengan syarat kapan harus dikembalikan dan dijaga kondisi bukunya.
Seringkali, saya meminjam dua buku. Lantas, satu buku saya masukkan baju. Saya selipkan di celana di bagian punggung. Saya melakukan itu karena merasa meminjam dua buku kurang. Sementara ada buku lainnya yang menarik untuk dibaca.
Bahkan, saking senangnya membaca, saya masih ingat, kelas 4 SD sudah membaca 'buku berat' kisah Ken Arok dan Tunggul Ametung. Sampai hafal ceritanya.
Kala itu, buku sejarah memang menjadi salah satu favorit saya. Karenanya, saya menyukai pelajaran sejarah. Cerita perjuangan para pahlawan nasional hingga kerajaan-kerajaan yang pernah ada di nusantara, dulu semuanya saya hafal.