Mengajak anak-anak suka membaca buku
Tapi, saya yakin, masih ada bocah SD yang gemar membaca buku (apa saja) sampai tuntas. Senang berlama-lama membolak-balik halaman buku.Â
Meski, yang mudah dilihat oleh mata, di mana-mana kini tidak sulit menemukan anak-anak bersama gawainya.
Di desa, di warung-warung kopi, sejak pagi mereka bermain gawai. Sebab, ada wifi gratis yang membuat mereka bisa bermain game bersama teman-temannya. Mabar.
Di lingkungan perumahan, anak-anak bermain ke rumah temannya sambil membawa gawai.
Pun, ketika unjung-unjung Lebaran kemarin, anak-anak memisahkan diri dari para orang tua. Mereka asyik memainkan gawainya. Ada yang bersemangat menabung duit dari hasil salam tempat untuk bisa membeli handphone baru.
Boleh jadi, kelak ketika ada anak membaca buku, anak-anak lainnya akan memfoto dia, men-video dia, lantas mempostingnya di akun sosial media masing-masing.
Kenapa?
Karena orang membaca buku sudah dianggap aneh. Tidak umum. Unik. Bahkan mungkin dianggap lucu. Sehingga, banyak orang merasa aktivitas membaca buku itu harus diabadikan.
Tetapi memang, tidak mudah untuk menanamkan kecintaan membaca buku kepada anak-anak. Sulit untuk mengenalkan dan membuat mereka suka atau bahkan cinta kepada buku.
Sebab, pikiran mereka, kebanyakan sudah ter-setting oleh kebiasaan umum anak-anak sekarang. Bahwa, gawai memang lebih menggoda dibandingkan dengan buku.