PANDEMI memaksa kita melakukan banyak perubahan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Di antaranya melakukan pekerjaan dari rumah (work from home). Tidak lagi bekerja di kantor ataupun mengajar di kampus.
Bagi sebagian orang, pola kerja WFH ini bukan hal baru. Termasuk saya.
Sejak memutuskan resign sebagai pegawai kantoran dan menjadi penulis lepas, editor majalah instansi pemerintah, konsultan media komunikasi, juga dosen tamu di sebuah perguruan tinggi, waktu bekerja saya banyak dilakukan di rumah.
Namun, pandemi ini menyadarkan saya pada satu hal. Bahwa, ketika dunia sedang tidak baik-baik saja, saya semakin tersadar perihal pentingnya menjaga kesehatan.
Ketika rekan kerja, tetangga, dan saudara mendadak sakit lantas ada yang pergi untuk selamanya karena terpapar virus, kita menyadari bahwa kesehatan merupakan aset paling bernilai dalam hidup kita.
Menjaga kesehatan kala bekerja dari rumah
Namun, untuk menjaga diri dan keluarga tetap sehat di masa pandemi ini tidaklah mudah. Ada saja tantangannya. Ada saja godaannya. Kita butuh 'teman' yang tidak biasa demi menjaga tubuh agar tetap sehat.
Saya merasakan langsung, menjaga kesehatan ketika bekerja di rumah, ternyata kadang lebih berat dibandingkan dengan bekerja di kantor.Â
Kok bisa?
Ketika bekerja di kantor, pekerjaan kita sudah diatur oleh jadwal. Dari jam masuk, waktu istirahat, hingga jam pulang kantor. Termasuk jenis pekerjaan apa saja yang kita kerjakan. Semuanya sudah diatur.
Bekerja yang serba diatur itu membuat kita jadi disiplin pada aturan. Disiplin waktu. Disiplin protokol kesehatan. Karena terbiasa disiplin, kita jadi lebih mudah menjaga kesehatan. Sebab, waktu makan dan istirahat/tidur menjadi tertib.
Berbeda bila bekerja di rumah yang kita harus mengatur sendiri jam kerja. Terkadang bila sedang santuy bisa tidur siang.
Tapi, bila tenggat pekerjaan datang bersamaan, bisa lembur hingga dini hari untuk memberesi pekerjaan. Kondisi ini tentu rentan bagi kesehatan.
Nah, alur cerita seperti itu yang kerapkali saya alami sejak menjadi pekerja lepas. Saya sering melewatkan malam-malam dengan lembur di depan laptop untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang deadlinenya berbeda-beda.
Ada yang harus selesai jelang akhir bulan. Ada yang tengah bulan. Belum lagi bila ada orderan tulisan yang mendadak harus diselesaikan.
Terkadang harus ke Surabaya untuk bertemu narasumber dan malamnya kembali bekerja di depan laptop. Belum lagi bila cuaca kurang bersahabat semisal kehujanan dari Surabaya hingga Sidoarjo.
Dengan ritme kerja yang menguras pikiran dan stamina seperti itu, bila mengibaratkan tubuh seperti handphone, 'baterai' energi saya rentan terkuras habis.
Seperti baterai yang bila kehabisan daya memunculkan tanda agar segera di-charge, tubuh pun demikian. Beberapa sinyal berupa badan lemas hingga pusing mulai terasa.
Seperti handphone yang harus di-charge untuk mengisi kembali daya batere, tubuh pun juga harus diisi lagi energinya dengan beristirahat/tidur.
Masalahnya, dalam kondisi dengan berbagai pertanda badan akan sakit tersebut, pekerjaan menumpuk atas nama deadline tidak bisa ditawar waktu selesainya. Juga tidak mau tahu kondisi tubuh kita. Mau sehat atau mau sakit, pekerjaan harus selesai sebelum batas waktu yang ditentukan.
Selain itu, bekerja dari rumah cenderung kurang bergerak. Bila sedang asyik bekerja, bisa berjam-jam duduk menulis di laptop. Atau juga sering rebahan. Kebiasaan kurang gerak seperti ini tentu mengundang penyakit.
Bahkan, bekerja di rumah tidak hanya rentan sakit badan. Mental juga bisa kena penyakit. Sebab, ada rupa-rupa omongan tetangga yang tidak enak didengar perihal kita yang 'hanya' bekerja di rumah.
Saya pernah merasakan pedasnya omongan tetangga. Pernah dicurigai bekerja apa di rumah. Mungkin karena ketika mereka berangkat bekerja, tahunya saya masih di rumah. Apalagi ketika bisa merenovasi rumah, ada saja omongan tetangga.
Omongan tetangga ini bisa berdampak tidak bagus bagi kesehatan. Bila kita mudah terbawa perasaan dan tersiksa dengan omongan tetangga, imun akan mudah drop dan tubuh pun jadi mudah sakit.
Mengenal Kojima, Madu dengan 3 kebaikan
Semua dinamika yang terjadi saat bekerja di rumah itu menjadi tantangan bagi saya untuk menjaga kesehatan. Memang, bekerja di rumah dan bertatap muka lewat layar lebih safe daripada work from office karena bisa meminimalisir kontak langsung dengan banyak orang demi mencegah penyebaran virus.
Namun, bila tidak waspada, kesehatan kita bisa terganggu. Kerja lembur, stress, kurang gerak, hingga omongan tetangga, bisa menyebabkan kesehatan menurun.
Untuk itu, agar badan tetap bugar, sehat, dan produktif bekerja dari rumah, kita perlu 'teman baik'. Harus ada tambahan nutrisi di hari-hari produktif. "KOJIMA" adalah teman baik saya untuk menambah nutrisi.
Di meja belajar yang disulap menjadi meja kerja, saya selalu sedia Kojima kemasan stick pack. Saya suka kemasan stick karena praktis. Nggak ribet. Ketika bersiap memulai kerja lembur, saya tinggal minum Kojima.
Sesuai kepanjangannya, Kojima merupakan "Madu dengan 3 kebaikan yaitu Korma, Jinten (Habbatussauda), dan Madu".
Sejak dulu, saya rutin mengonsumsi madu untuk menjaga stamina dan nggak gampang sakit. Saya juga senang mengonsumsi kurma. Terlebih di bulan Ramadan. Saya terbiasa mengonsumsinya sebagai hidangan awal berbuka dan penutup sahur.
Dulu, untuk bisa mendapatkan manfaat dari madu dan kurma, saya harus menyediakannya satu-satu. Maksudnya, selain membeli madu, juga membeli kurma.
Setelah tahu ada Kojima yang menggabungkan madu, kurma, plus jinten hitam atau yang juga kenal dengan habbatussauda, ikhtiar saya untuk menjaga kesehatan serasa lebih dimudahkan.
Bagaimana rasanya bila korma, jinten hitam, dan madu digabung dalam satu produk?
Dari berbagai tautan berita terpercaya yang saya baca, sebagai produk madu yang menggabungkan tiga kebaikan korma, jinten hitam, dan madu, KOJIMA punya banyak manfaat.
Selain rasanya yang manis dan segar, Kojima efektif untuk meningkatkan daya tahan tubuh, sebagai penambah nutrisi alami (phytonutrient), sebagai antioksidan, dan sumber energi.
Dikutip dari investor.id, hasil penelitian yang dilakukan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada mengungkapkan bahwa kandungan korma, habbatussauda (jinten hitam), dan madu dalam Kojima terbukti sebagai phytonutrient (penambah nutrisi alami) yang efektif meningkatkan daya tahan tubuh atau disebut sebagai immunostimulant. Dan juga sangat berguna dalam keadaan khusus seperti puasa, ibadah haji/umroh dan masa pemulihan dari sakit.
Benar saja, selain kerja lembur di malam hari menjadi lebih semangat, keesokan hari ketika terbangun dari tidur, saya merasakan badan jadi segar.
Sejak itu, saya cukup rutin mengonsumsi Kojima kemasan stick pack. Utamanya bila deadline menulis sedang lumayan banyak. Termasuk saat bulan puasa ini.
Selain bisa langsung diminum dari kemasan stick pack, saya juga biasa mencampur Kojima dengan segelas teh hangat. Rasanya mantap. Badan jadi fresh diajak bekerja. Lantas beristirahat dan esoknya, badan jadi segar.
Pendek kata, Kojima ampuh untuk mengisi kembali 'baterai energi' saya ketika rentan drop karena stress dan kecapekan. Kojima kemasan stick pack telah menjadi kawan saya dalam bekerja menulis.
Tentu saja, karena kerja bisa produktif dan bisa selesai tepat waktu, saya tidak perlu risau dengan omongan tetangga. Sebab, pemasukan untuk keluarga dari bekerja di rumah, Alhamdulillah bisa mengalir lancar.
Dan itu salah satunya karena bantuan Kojima, Madu dengan 3 kebaikan yaitu Korma, Jinten (Habbatussauda), dan Madu dalam menjag stamina. Plus, makan asupan bergizi, minum air putih cukup, dan mencoba tidur cukup. Bila tidak sedang lembur ya diusahakan segera beristirahat.
Begitulah kisah gaya hidup sehat baru saya demi beradaptasi dengan pola bekerja di rumah selama pandemi. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H