Meminta maaf itu bagus. Dengan meminta maaf, seseorang berarti mengakui bila dirinya telah melakukan kesalahan. Dia sadar bila ucapan atau mungkin tulisannya telah menyinggung perasaan orang lain.
Meminta maaf itu hebat. Sebab, butuh keberanian mengumumkan ke publik bila dirinya berbuat kesalahan. Tidak semua orang mau melakukan itu.
Dari menyampaikan permohonan maaf, lantas belajar untuk mengulangi kesalahan. Itu sebenarnya esensi dari meminta maaf.
Hanya saja, di era serba digital ini, fungsi meminta maaf itu seperti disalahgunakan oleh sebagian orang. Ada yang secara sadar berani melakukan aksi menyinggung orang lain, seolah sudah menyiapkan 'skenario'.
Bahwa, bila ketahuan salah, cukup dengan meminta maaf. Maka, semua kesalahan yang mereka perbuat dianggap bakal selesai.
Silahkan mencari di mesin pencari Google, sampean (Anda) akan menemukan cukup banyak kasus yang seperti itu.
Namun, 'guyonan' berujung meminta maaf itu, apapun alasannya, jelas salah tempat ketika dialamatkan pada musibah tenggelamnya KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali.
Komentar negatif terhadap musibah KRI Nanggala-402
Nyatanya, ada lho orang yang seperti itu. Menjadikan musibah yang menimbulkan duka mendalam bagi bangsa ini sebagai guyonan.
Kemarin, jagad media sosial dihebohkan oleh adanya pengguna media sosial yang menuliskan komentar negatif bahkan keterlaluan perihal musibah KRI Nanggala -402 tersebut.
Dilansir dari cnnindonesia.com, polisi menangkap sejumlah orang yang melontarkan komentar bernada negatif terkait tragedi tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402.