Jauh sebelum perempat final Liga Champions digelar dini hari tadi, tim Jerman, Bayern Munchen diprediksi akan kembali bisa juara di musim ini.
Berkaca dari penampilan hebat Bayern sejauh ini, meraih back to back juara Eropa rasanya tidak sesulit membangun candi dalam semalam. Ada beberapa alasan kuat untuk menjagokan Bayern bakal kembali juara.
Simak beberapa fakta berikut ini.
Bayern yang sepanjang kalender musim 2019/20 meraih sixtuple (enam gelar), tidak pernah kalah di Liga Champions dalam dua tahun terakhir.
Die Roten--julukan Bayern, jadi tim penampil terbaik di fase grup Liga Champions musim 2021/21 ini. Mereka tak pernah kalah dan paling produktif mencetak gol.
Belum cukup?
Bayern juga tampil stabil di Bundesliga Jerman. Mereka memimpin klasemen dan berpeluang besar mempertahankan gelar.
Pendek kata, Bayern dengan pemain-pemain yang sudah sehati dan masih sangat perform di level tinggi, layak menjadi calon kuat juara Liga Champions musim ini. Terlebih, beberapa tim kuat tampil melempem.
Karenanya, Bayern diunggulkan bakal bisa mengatasi Paris Saint-Germain (PSG) di babak perempat final.
PSG, meski bisa menyingkirkan Barcelona di babak 16 besar, tetapi level konsistensi mereka dianggap belum seperti Bayern. Nyatanya, mereka tampil tidak istimewa di Ligue 1 Prancis.
Namun, prediksi hanyalah perkiraan. Bagaimana bila ternyata semesta tidak mendukung Bayern untuk kembali juara Liga Champions musim ini?
Ya, ada beberapa pertanda bila semesta tidak mendukung Bayern untuk kembali menjadi "raja sepak bola Eropa".
Pekan lalu, Bayern mendapat kabar duka. Penyerang Robert Lewandowski yang sedang ganas-ganasnya, cedera saat membela negaranya, Polandia di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Eropa.
Bayern kembali dihantam kabar buruk. Selasa kemarin, penyerang sayap, Serge Gnabry, terkonfirmasi positif Covid-19.
Situasi itu membuat Lewandowski dan Gnabry dipastikan absen saat Bayern menghadapi PSG di perempat final. Lini serang Bayern jelas melemah.
Meski bermain lebih baik, Bayern kalah dari PSG
Yang terjadi, tanpa dua pemain yang menjadi sumber gol itu, Bayern takluk dari PSG di rumahnya sendiri. Bayern kalah 2-3 di Allianz Arena pada laga pertama perempat final, Rabu (7/4) malam waktu Eropa atau Kamis (8/4) dini hari waktu Indonesia.
Bayern yang lama melangit, kali ini dipaksa membumi oleh PSG. Bahkan, kali ini mereka seperti kaget menghadapi lawan yang mereka kalahkan di final Liga Champions 2020 lalu itu.
Sepakan Mbappe sebenarnya bisa ditepis Manuel Neuer, kiper Bayern. Namun, bola yang melaju keras lantas bergerak liar melewati sela kakinya dan masuk ke gawang.
Di menit ke-28, PSG kembali unggul ketika Marquinhos yang menyambut assist Neymar, lolos dari jebakan offside Bayern. Mudah saja, bek asal Brasil ini menaklukkan Neuer.
Bayern lantas merespons. Sundulan Eric Maxim Choupo-Moting meneruskan crossing Benjamin Pavard di menit ke-37 mengubah skor jadi 1-2 sekaligus menjadi hasil di babak pertama.
Di babak kedua, Bayern yang tampil menyerang, berkali-kali mengancam gawang PSG. Namun, baru di menit ke-60, Bayern bisa menyamakan skor lewat Thomas Muller usai memaksimalkan assist Joshua Kimmich.
Tapi, delapan menit kemudian, PSG kembali unggul. Mbappe mencetak gol keduanya sekaligus gol kedelapannya di Liga Champions musim ini. PSG pun menang 3-2.
Meski kalah, Bayern sebenarnya tidak tampil buruk. Justru, Bayern mampu mendominasi permainan dan menghasilkan lebih banyak peluang.
Data statistik BBC Sport menunjukkan, Bayern menguasai ball possession hingga 64 persen. Bayern juga menghasilkan 31 kali shots yang 12 di antaranya on target.
Bandingkan dengan PSG yang hanya menghasilkan 6 shots sepanjang laga. Namun, di sepak bola, tim yang menang bukanlah yang mereka menguasai permainan. Tapi, tim yang bisa mencetak lebih banyak gol.
"Dengan banyaknya peluang yang kami miliki, kami seharusnya bisa meraih hasil bagus (menang) meski kemasukan tiga gol," ujar Hansi Flick, pelatih Bayern yang mencicipi kekalahan pertamanya di Liga Champions seperti dikutip dari BBC.
Efek Absennya Lewy dan Performa Apik Keylor Navas
Banyak peluang tapi sedikit yang jadi gol. Bayern benar-benar merasakan efek kehilangan Lewandowski. Bayangkan, peluang sebanyak itu hanya bisa menjadi 2 gol.
Andai ada Lewy, Bayern sangat mungkin bisa mencetak lebih banyak gol. Namun, kalau semesta tidak mendukung, Bayern bisa apa.
Toh, bukan hanya faktor absennya Lewy, ketidakmampuan Bayern menang juga dikarenakan penampilan hebat kiper PSG, Keylor Navas.
Andai bukan Navas yang menjaga gawang PSG di laga dini hari tadi, entah berapa kali gawang tim asal Paris itu bakal jebol.
Bayangkan, sepanjang laga perempat final leg pertama itu, kiper asal Kosta Rika ini melakukan 12 saves. Navas tampil pede. Dia seolah ingin membuktikan tidak kalah dari Neuer.
Sebuah akun Instagram sampai membuat meme menggelitik perihal penampilan heroik mantan kiper Real Madrid tersebut.
Dia digambarkan sebagai kiper tim Shaolin Soccer, film humor sepak bolanya Stephen Chow yang dulu pernah ngetop. Sampean (Anda) mungkin masih ingat film kocak ini.
Di pertandingan final, tim Shaolin Soccer melawan "tim mutan". Kiper tim Shaolin Soccer dibombardir tendangan tim mutan. Pemain tim mutan berjajar di depan gawang lantas bergiliran menendang bola. Tapi tidak ada yang jadi gol berkat kehebatan tim Shaolin Soccer.
Ya, kurang lebih seperti itulah gambaran penampilan hebat Navas di laga dini hari tadi. Kita seperti diingatkan bahwa dia memang kiper hebat. Pernah menang Liga Champions tiga kali. Pernah jadi man of the match saat melawan Barcelona.
Mungkin hanya karena Navas bukan berasal dari negara top, dia jadi kurang terkenal. Tidak sedikit yang menyebut Navas sering dianggap underrated. Pemain hebat tapi dianggap biasa.
Bayern belum tamat, Tapi Lewy Masih absen di Leg II
Kemenangan ini membuat PSG kini berpeluang untuk lolos ke semifinal. Sebab, di perempat final leg II yang dimainkan di Paris pada tengah pekan depan, PSG hanya butuh hasil imbang. Bahkan, bilapun kalah 0-1 atau 1-2, Mbappe dkk tetap lolos.
Namun, pelatih PSG, Mauricio Pochettino rasanya tidak akan bermain untuk mencari hasil imbang demi mengamankan kemenangan di leg pertama. Apalagi, Mbappe, Neymar, dan Angel Di Maria sedang dalam kondisi bugar. PSG jelas ingin mencetak gol dan menang di rumahnya sendiri.
Toh, Bayern Munchen belum tamat. Andai bisa kembali tampil mendominasi dan memperbaiki cara mereka menyelesaikan peluang, Bayern masih punya peluang untuk menang besar dan lolos ke semifinal.
Hanya saja, Bayern masih akan tanpa Lewy di Paris nanti. Dalam wawancara dengan Sky Sports, Lewy menyebut tidak akan turun bermain pada pekan depan karena menurutnya terlalu cepat.
"Tentu saja, saya ingin kembali bermain. Tidak enak hanya berdiam diri di rumah. Namun, bila saya merasa kondisi saya memang sudah bagus," ujarnya.
Tanpa Lewy dan juga Gnabry yang masih menjalani isolasi, Hansi Flick harus berpikir keras untuk menemukan strategi yang akan dimainkan di Paris nanti.
Andai pekan depan Bayern Munchen gagal come back di Paris, tersingkir, dan gagal mempertahankan gelarnya, kita tinggal berucap, "semesta memang tidak mendukung Bayern". Ya, bila semesta tidak mendukung, Bayern bisa apa? Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H