Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Putusan Degradasi di Pelatnas, Protes BL, dan Surat Cinta untuk PBSI

30 Maret 2021   10:25 Diperbarui: 30 Maret 2021   16:00 1995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ni Ketut Mahadewi (kanan), terdepak dari Pelatnas PBSI. Foto ini merupakan kenangan saat Ni Ketut bersama Tania, jadi juara di turnamen BWF Super 100 di Rusia/Foto: Tribunnews

SENIN kemarin, Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) menyampaikan pengumuman penting. Pengumuman perihal siapa saja atlet yang masuk Pelatnas di tahun 2021. Termasuk, siapa saja atlet yang didegradasi dari pelatnas.

Pengumuman ini bisa dibilang telat dan "menyalahi kebiasaan." Sebab, di tahun-tahun sebelumnya, pengumuman ini biasanya digelar akhir tahun. Sebagai evaluasi kegiatan selama setahun.

Namun, PBSI rupanya masih menunggu momen digelarnya turnamen BWF pada Januari dan Maret. Pasalnya, sepanjang tahun 2020, pandemi membuat bulutangkis "tertidur."

Terakhir All England 2020 di bulan Maret. Setelah itu, tidak ada lagi turnamen. Bila merujuk hal itu, pengumuman tersebut sebenarnya juga setahun. Maret ke Maret.

Dilansir dari badmintonindonesia.org, ada 87 atlet yang dipanggil PP PBSI untuk memperkuat pelatnas tahun 2021. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan nomor SKEP/006/1.3/III/2021 yang ditandatangani Ketua Umum PP PBSI, Agung Firman Sampurna dan Sekretaris Jenderal PP PBSI, Listyo Sigit Prabowo.

Dari daftar nama pemain yang kembali masuk pelatnas, tidak ada banyak perubahan dari tahun 2020 silam. Beberapa nama andalan tetap menjadi tumpuan.

Seperti Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie di tunggal putra, pasangan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon dan Muhammad Rian Ardianto/Fajar Alfian di ganda putra, pasangan Greysia Polii/Apriani Rahayu di ganda putri dan pasangan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti di ganda campuran.

Untuk slot Pelatnas Utama dan Pratama juga masih dipertahankan guna mempersiapkan pemain-pemain muda demi regenerasi berkesinambungan. Selain juga untuk mengejar prestasi-prestasi penting yang menjadi target PP PBSI.

Kabid Binpres PP PBSI, Rionny Mainaky menyebut pihaknya tidak terlalu mengubah susunan atlet dikarenakan sulit menilai sejauh mana perkembangan pemain-pemain Pelatnas dikarenakan tahun 2020 tidak banyak turnamen yang digelar imbas pandemi.

"Untuk Pratama, kami yakin mereka memiliki potensi yang besar jika terus dibina di Pelatnas. Untuk yang Utama kami berharap mereka tetap bisa bersaing di level atas. Itu dasar penilaian kami," ujar Rionny.

Dalam pengumuman tersebut, PP PBSI juga melansir ada pengurangan sebanyak 12 pemain. Terkait ke-12 pemain yang terdegradasi tersebut, Rionny punya pertimbangan.

"Untuk yang tidak dipanggil lagi, ada beberapa pertimbangan yang diambil. Seperti ketidakmampuan bersaing hingga attitude di pelatnas," sambungnya seperti dilansir Kumparan.com, Senin (29/3/2021).

Pecinta Bulutangkis Menyoroti Terdepaknya Ni Ketut dan Fitriani

Tentu saja, sebuah keputusan institusi sebesar PBSI akan sulit untuk diterima semua pihak. Keputusan PP PBSI tersebut tidak bisa menyenangkan semua pihak. Utamanya keputusan degradasi.

Para warganet yang sebagian besar Badminton Lovers (BL), menyoroti keputusan PP PBSI yang mengeluarkan pemain tunggal putri Fitriani dan pemain ganda putri, Ni Ketut Mahadewi Istarani.

BL Indonesia juga menyoroti beberapa pemain yang mereka anggap 'begitu-begitu saja' karena sulit bersaing di turnamen BWF tetapi tetap dipertahankan PBSI. Mereka tetap menghui pelatnas. Siapa saja? Ah, sampean (Anda) mungkin sudha tahu.

Ada ratusan pecinta bulutangkis yang berkomentar di kolom komentar akun Instagram resmi PBSI, badminton.ina. Termasuk juga di akun badmiton lainnya seperti badmintalk_com.

Untuk Fitriani (22 tahun), penampilan tunggal putri kelahiran Garut ini memang cenderung menurun menjelang akhir tahun 2019 silam. Di awal tahun 2020, PBSI juga jarang mengirimkan Fitriani tampil di turnamen. PBSI lebih memilih Gregoria Mariska Tunjung dan Ruselli Hartawan.

Namun, BL tidak lupa, Fitriani masih menjadi satu-satunya tunggal putri Indonesia yang bisa juara di turnamen BWF World Tour. Fitri juara di Thailand Masters 2019 Super 300. Kala itu, dia mengalahkan salah satu pemain top Thailand, Busanan Ongbamrungphan. Akhir pekan kemarin, Busanan juara di Orleans Masters 2021.

Ya, selain Fitri, hingga kini, belum ada tunggal putri Indonesia yang bisa juara di turnamen BWF World Tour. Itu fakta yang tidak bisa dibantah.

Gregoria Mariska, meski berstatus juara dunia junior 2017, sejauh ini bahkan belum bisa tampil di final turnamen BWF World Tour. Terlepas, persaingan di tunggal putri memang berat.

BL Indonesia juga menyoroti Ruselli Hartawan (23 tahun) yang dipertahankan PBSI. BL membandingkan, bila Fitriani didepak karena alasan ketidakmampuan bersaing, pencapaian Ruselli selama di Pelatnas sebenarnya juag tidak lebih bagus.

Nyatanya, ketika dimainkan di dua turnamen Thailand Open pada Januari lalu, Ruselli terdepak di babak awal. Pertama, dia kalah dari pemain Thailand, Supanida Katethong yang ranking BWFnya ada dibawahnya. Lalu, dikalahkan pemain Singapura, Ye Jia Min.

Para pecinta bulutangkis menilai, setelah PBSI mendatangkan Rionny Mainaky sebagai pelatih tunggal putri usai sukses di Jepang, sektor tunggal putri belum banyak mengalami perubahan. Terutama secara hasil akhir.

Kita malah dibuat takjub dengan progres tunggal putri Korea, An Se-young. Anak muda berusia 19 tahun ini kini sudah ranking 8 dunia. Begitu juga dengan penampilan pemain muda Thailand, Pornpawee Chochuwong (22 tahun) yang tampil di final All England, juga pemain Singapura seperti Yeo Jia Min.

BL juga mempertanyakan, ke mana sosok Minarti Timur yang dianggap kunci sukses Fitri jadi juara di Thaland ketika memoles tunggal putri. Minarti juga ikut berperan ketika Gregoria juara dunia junior.

Perpisahan Haru Ni Ketut

Untuk Ni Ketut, pecinta bulutangkis sangat menyayangkan, mengapa pebulutangkis asal Bali itu tidak lagi menghuni Pelatnas. Sebab, secara permainan, pemain berusia 26 tahun ini masih oke. Dia tipikal pemain yang doyan menyerang.

Terlepas dari dia sempat cedera, Ni Ketut yang dulunya pernah berpasangan dengan Anggia Shitta, Rizki Amelia, dan Tania Oktaviani, hanya perlu dicarikan tandem agar permainan terbaiknya keluar.

Bukti Ni Ketut pemain hebat, dia pernah dua kali tembus final BWF World Tour di Thailand Masters 2018 Super 300 bersama Anggia dan SaarLorLux Open Super 300 bersama Rizki. Plus, juara Rusia Open 2019 bersama Tania.

Lawan yang dihadapi tidak sembarangan. Yakni ganda top Thailand, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai yang baru saja juara di Orleans Masters 2021 dan juga ganda top Eropa, Gabriela/Stevani Stoeva asal Bulgaria.

Ya, 'hilangnya' nama Ni Ketut dari Pelatnas amat disayangkan para BL. Apalagi, sejauh ini, pasangan Greysia/Apriani belum punya pelapis yang sepadan. Tidak ada lagi ganda putri yang bisa diandalkan di BWF World Tour selain mereka.

Melalui akun Instagramnya @ketutmahadewi, Ni Ketut merespons pengumuman tersebut dengan kalimat haru. Dia menulis begini:

"Sedari umur 8 tahun, anak kecil ini memulai untuk bermimpi setinggi langit, datang dari kota kecil di Bali bermimpi bisa ada di kota besar dan berada di tim nasional."

"Siapa sangka anak kecil ini bisa mewujudkan salah satu mimpi besarnya dengan segala jerih payahnya. Si anak kecil ini akan selalu punya dan berusaha mewujudkan apapun mimpi besarnya sampai kapanpun dan dimanapun berada."

"Aku sudah melakukan apa yang aku bisa untuk hidupku yang lebih baik, I've done my best in National Team. Thank you."

"Saya datang dengan perjuangan, saya melakukannya dengan kekuatan, dan saya pergi dengan penerimaan."

Postingan Ni Ketut di akun IG tersebut mendapat lebih dari 500 komentar. Beberapa pemain Pelatnas ikut memotivasi dia. Seperti Greysia Polii, Melati Daeva, Apriani Rahayu, Anthony Ginting.

Termasuk legenda bulutangkis Indonesia, Liliyana Natsir, juga ikut berkomentar memberikan semangat. Ci Butet, sang juara dunia dan peraih medali emas Olimpiade bersama Tontowi Ahmad, menulis begini:

"Semangat terus ya Ketut. Coba, coba, dan coba lagi. Berjuang, terus belajar dan memperbaiki diri karena kita tidak pernah tahu jalan hidup kita ke depan seperti apa. Nothing impossible".

Malah, mantan pemain ganda putri Pelatnas, Ricky Karanda Suwardi mengajak Ketut untuk bermain ganda campuran di jalur profesional. BL juga menyarankan Ketut bermain dengan Della Destiara di ganda putri.

Surat untuk PP PBSI

Namun, bagaimanapun, PP PBSI pasti punya pertimbangan ketika mengambil keputusan mendepak Ni Ketut dan Fitriani. Termasuk beberapa nama lain seperti Firman Abdul Kholik, Wahyu Nayaka, Agatha Imanuela, dan Choirunnisa.

Saya kurang sepakat dengan komentar beberapa BL yang menyebut keputusan degradasi pemain itu dipengaruhi faktor non teknis. Apa itu? Silahkan dibaca komentar para BL.

Saya masih percaya, keputusan degradasi pemain ini dibuat PBSI memang karena pertimbangan matang. Dan semoga itu memang benar adanya.

Sebagai pecinta bulutangkis, meski sedikit kaget dengan pengumuman tersebut, utamanya keluarnya Ni Ketut dan Fitri, tetapi masih berharap kejutan dari PBSI di tahun ini.

Semisal kejutan PBSI bisa 'menyulap' tunggal putri lebih baik lagi. Utamanya Gregoria, Ruselli. Serta, Putri Kusumawardani yang kini menjadi harapan baru. Itu tugas dari Rionny Mainaky dan Herli Djaenudin sebagai pelatih tunggal putri.

Sebab, sejak sekarang, warganet dan para BL pasti akan lebih menyoroti pencapaian tunggal putri. Semoga saja, menyoroti itu masih dalam artian positif. Yakni, memberi dukungan. Bukan cemoohan.

Cukuplah Fitriani yang dulu acapkali jadi korban cemoohan di dunia maya. Padahal, bila dipoles, Fitri sebenarnya juga bisa 'meledak' Faktanya, Minarti Timur mampu melakukannya.

Untuk ganda putri, semoga saja, duet pelatih Eng Hian dan Chafidz Yusuf bisa sukses memunculkan pasangan sesukses Greysia/Apriani. Entah itu Siti Fadia/Ribka Sugiarto, Nita Viola/Putri Syaikah, dan Febriana Dwi Puji/Amalia Cahaya.

Semoga, pasangan muda itu mampu segera melejit sehebat seniornya. Apa iya, hanya mengandalkan Greysia/Apri. Sementara Jepang, China, Korea, dan Thailand, kini menguasai sektor ini.

Itulah isi surat cinta daring untuk PBSI menyoal keputusan degradasi ini. Surat yang isinya lebih kepada harapan. Bukan nyinyiran. Sebab, keputusan apapun memang tidak bisa menyenangkan semua orang.

Pada akhirnya, sebagai pecinta bulutangkis, kita hanya bisa 'pasrah' dengan keputusan PBSI tersebut. Bilapun tidak setuju, cukuplah diubah menjadi doa agar bulutangkis kita semakin jaya.

Dan, untuk pemain yang tidak lagi menghuni Pelatnas, semoga mereka bisa bangkit meski di jalur non Pelatnas. Mereka pasti punya motivasi untuk membuktikan belum habis dan masih bisa meraih kebanggaan untuk bangsa ini.

Bukankah pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan juga pernah tidak menghuni pelatnas, tetapi mereka masih bisa sukses di jalur profesional. Padahal, usia mereka tidak muda lagi. Semangat Ahsan/Hendra itu yang perlu mereka teladani. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun