Namun, bukan hanya pencapaian minimalis, permainan Jojo juga dinilai kurang oke dalam dua turnamen di Thailand tersebut. Merespons permainan Jojo, netizen yang mayoritas badminton lovers (BL) Indonesia gemas dengan penampilannya.
Ada banyak komentar BL di kolom komentar yang menyebut performa Jojo menurun. Dia dinilai kurang garang karena jarang sekali melakukan smash. Lebih sering memainkan bola lob ataupun drop shot.Â
Sialnya, dia acapkali melakukan kesalahan sendiri sehingga memberikan 'poin gratis' bagi lawan. Utamanya saat melawan Axelsen.
Merespons keputusan PP PBSI tersebut, pelatih tunggal putra, Hendry Saputra angkat bicara. Hendry sependapat dengan keputsuan PP PBSI. Hendry menilai kondisi anak didiknya belum siap untuk kembali berkompetisi. Karenanya, dia menilai lebih baik waktunya digunakan untuk berlatih.
"Jojo biarkan dia berlatih dulu. Sampai dia siap untuk dikirim ke turnamen selanjutnya," tegas Hendry dikutip dari badmintonindonesia.org.
Jojo kemungkinan kembali tampil di All England
Apakah keputusan menarik Jojo dari dua turnamen di Eropa itu tepat?
Bila tujuannya untuk introspeksi penampilannya di dua turnamen Januari lalu, menurut saya itu tepat.
Sebab, ketika ada pemain yang tengah out of form alias tidak sedang dalam form terbaiknya, penting untuk memberinya waktu jeda. Sejenak menepi dari hiruk pikuk turnamen dan pertandingan.
Menepi bukan untuk diam meratap. Tapi, menepi untuk mengevaluasi penampilannya. Menepi untuk menemukan motivasi baru.
Lantas, berlatih dan berlatih. Memperbaiki yang masih kurang. Meningkatkan yang masih bisa ditingkatkan. Lalu, bangkit dengan penampilan lebih bagus. Bangkit dengan semangat besar demi meraih hasil lebih bagus di turnamen selanjutnya.