Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Jojo, Ginting, dan Cerita Skor "Jaga Jarak" di Perempat Final

16 Januari 2021   09:31 Diperbarui: 16 Januari 2021   17:08 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jonatan Christie saat melawan Lakshya Sen (India) pada laga semifinal Kejuaraan Beregu Asia 2020 di Stadion Rizal Memorial, Filipina, Sabtu (15/2/2020).(Dok. Badminton Indonesia)/Kompas.com

Mengutip kalimatnya Paulo Coelho di buku terkenalnya, The Alchemist, semesta mungkin sedang bersekutu tidak mendukung tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie, di babak perempat final Thailand Open 2021, Jumat (15/1).

Betapa tidak, Jojo--pangilan Jonatan Christie--tampil 'mengejutkan' di pertandingan ketiganya di Thailand Open 2021. Namun, kejutan kali ini konotasinya kurang bagus.

Merujuk makna kejutan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penampilan Jojo kemarin tidak diduga. Mengagetkan. Bahkan mungkin mengguncang kejiwaan fans fanatiknya.

Menghadapi pemain Denmark, Viktor Axelsen di perempat final Thailand Open, Jumat (16/1), Jojo kalah dua game langsung. Dia kalah 14-21 di game pertama. Di game kedua, Jojo malah hanya mendapat 5 poin. Ya, hanya 5 poin! 

Warganet yang berstatus pecinta bulutangkis pun langsung bersuara. Mereka menyebut angka 5 itu "skor social distancing' alias jaga jarak. Sebab, jaraknya terlalu jauh dengan poin Axelsen.

Sebelumnya, warganet punya istilah "skor Afrika" untuk menyebut kemenangan telak seperti itu. Maksudnya, pemain Afrika bila menghadapi pemain Indonesia maupun pemain dari negara tradisional bulutangkis, kerapkali mendapat skor di bawah 10.

Skor 'jaga jarak' inilah yang menjadi esensi kejutan itu. Bagaimana bisa, Jojo yang tahun lalu membuat frustrasi Axelsen di French Open lewat kemenangan rubber game, kali ini main amburadul.

Ya, di semifinal French Open pada 26 Oktober 2019 silam, Jojo membuat Axelsen kalah baper. Kala itu, Jojo sempat kalah telak di game pertama 7-21. Namun, di game kedua, Jojo juga nyaris kalah. Tapi, dia bisa come back dan berbalik menang 22-20.

Di game penentuan, Axelsen sudah unggul 19-14. Siapa sangka, Jojo bisa meyusul 19-19. Lantas, menang dengan skor 21-19. Itu luar biasa. Meski, Jojo terbantu kndisi Axelsen yang sempat mendapat perawatan karena kram.

Ada apa denganmu, Jojo?

Tapi, itu cerita lalu. Kali ini, Axelsen lebih siap menghadapi Jojo. Sementara Jojo malah seolah kehilangan kegarangannya di Paris.

Kemarin, di Bangkok, Jojo tampil kalem. Malah cenderung kurang percaya diri menghadapi Axelsen. 

Seolah bukan Jojo yang sebelumnya tampil hebat kala menaklukkan pemain terbaik Singapura, Loh Kean Yew di putaran pertama dan pemain terbaik Kanada, Jason Anthony Ho-Shue di putaran kedua.

Melawan Axelsen, Jojo sama sekali tidak garang. Dia jarang sekali melakukan smash. Kalaupun melakukan smash, jarang yang menjadi poin.

Selama pertandingan yang berlangsung singkat untuk nomor single, hanya 40 menit, Jojo lebih sering melakukan pukulan drop shot untuk mendapatkan poin. Mengarahkan shuttlecock tipis di depan net.

Mungkin dia mengira itu akan membuat Axelsen yang posturnya lumayan jangkung, bakal kesulitan mengambilnya.

Tapi karena sedang tidak didukung semesta, pukulan drop shot Jojo justru seringkali keluar lapangan ataupun menyangkut di net. Tentu saja, itu menjadi poin bagi Axelsen.

Kombinasi smash yang kurang mematikan, akurasi pukulan yang sering keluar, juga drop shot yang nyangkut di net itulah yang membuat Jojo hanya mendapat 5 angka. Terlepas, Axelsen memang tampil oke di pertandingan kemarin.

Memang, bukan sekali ini, pemain Pelatnas hanya mendapat angka 5 di satu game di turnamen internasional. Pasangan ganda putra sehebat Marcus Gideon/Kevin Sanjaya bahkan pernah hanya mendapat angka 3 ketika melawan ganda Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe di Kejuaraan Asia.

Namun, hasil yang dicapai Jojo itu jelas mengejutkan. Saya dan mungkin juga sampean (Anda) mengira, setelah lama tidak bermain akibat pandemi, Jojo akan tampil 'meledak' di Thailand Open. Ah, ternyata perkiraan saya keliru.

Hari ini, giliran Ginting bersua Axelsen di semifinal

Bagaimana respons warganet yang juga badminton lovers di media sosial?

Kekalahan Jojo itu langsung banjir komentar warganet. Di akun Badmintalk_com, ada 2233 komentar. Dari yang berkomentar biasa, komentar nyinyir dan pedas, hingga komentar lucu. Ada yang menyinggung Jojo banjir error, hingga Jojo mungkin salah makan.

Menariknya, warganet menganggap kemenangan telak Axelsen atas Jojo tersebut merupakan 'balas dendam' dan bentuk solidaritas antar pemain Denmark.

Pasalnya, beberapa jam sebelumnya, tunggal putra Denmark, Marcus Gemke 'dipermainkan' oleh tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting.

Ginting menang 21-14 di game pertama. Lantas, dia kalah tipis 19-21 di game kedua. Namun, di game ketiga, Ginting mengamuk dan menang 21-5.

Netizen menganggap Ginting memang 'sengaja' mengalah di game kedua demi bisa 'bersenang-senang' di game ketiga. Sebab, Gemke memang sudah kehabisan tenaga. Karenanya, Ginting leluasa memeragakan permainan menyerangnya di game penentuan.

Menariknya, di babak semifinal yang akan dimainkan Sabtu (16/1) mulai pukul 11 siang, Ginting akan menghadapi Axelsen. Duel Ginting vs Axelsen akan menjadi laga penutup semifinal.

Kali ini, Axelsen rasanya tidak bisa bermain 'santuy' sepeti kemarin. Pasalnya, Ginting pemain yang punya cara main berbeda dari Jonatan.

Bila Jojo senang bermain reli, Ginting lebih senang bermain menyerang. Ginting doyan melakukan smash daripada drop shot. Meski, drop shotnya juga kerapkali mematikan.

Untuk head to head alias rekor pertemuan, Ginting sudah enam (6) kali bertemu Axelsen. Hasilnya, Ginting lebih sering menang. Empat kali menang. Kemenangan terakhir terjadi di Indonesia Masters pada Januari 2020 lalu. Kala itu, Ginting menang 22-20, 21-11.

Ah, semoga Ginting tampil oke dan bisa mengatasi Axelsen demi lolos ke final. Biasanya, Jojo dan Ginting ini sehati. Maksudnya, bila Jojo kalah, maka Ginting yang akan membalasnya. Itu juga pernah berlaku sebaliknya.

Untuk Jojo, tetap semangat Jo. Meminjam ucapan netizen, come back stronger Jo.

Toh, pekan depan masih ada Thailand Open 'sesi dua' dengan sponsor berbeda. Bangkit dan meraih hasil lebih bagus. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun