Ada dua petugas yang khusus mengelap semua permukaan koper sebelum dimasukkan ke dalam bagasi bus untuk memastikan bebas dari paparan virus corona.
Sebelumnya, tidak pernah ada cerita koper bawaan pemain di-lap satu-satu. Kali ini saja. Thailand benar-benar ketat dalam menerapkan protokol kesehatan.
Dan itu bukti bahwa pihak panitia sadar bahwa bandara merupakan benteng utama untuk mencegah virus masuk dari luar negeri.
Di hotel, pemain dan pelatih tidak bisa lagi ngobrol santai. Sebab, para pemain hanya tinggal sendirian di kamar. Selama di hotel, aktivitas mereka dibatas. Lebih banyak tinggal di kamar.
Dan itu berlangsung hampir sebulan. Sebab, ada tiga turnamen beruntun yang akan digelar di Bangkok. Para pemain tentu harus pintar-pintar mencari 'kesibukan' untuk membuang kebosanan.
Ketika latihan di Impact Arena, panitia juga menerapkan protokol kesehatan ketat yang harus dijalani para pemain. Dari mulai dilakukan cek suhu badan, cuci tangan, bermasker, menjaga jarak.
Lapangan dibuat bersekat dengan lapangan lainnya. Pemain tidak boleh berinteraksi dengan pemain dari negara lain. Mereka juga dilarang  jalan-jalan sampai ke hall. Hanya di lapangan latihan saja.
Satu lagi, pemain harus menjalani serangkaian tes usap (swab test PCR). dari ketika tiba di hotel, ketika semua dinyatakan negatif, baru boleh mencoba lapangan untuk berlatih.
Dikutip dari badmintonindonesia.org, berdasarkan rilis dari panitia, selama tinggal di Bangkok, semua pemain, pelatih, dan tim pendukung akan menjalani delapan kali tes usap. Tiga kali sebelum mulai tampil hari ini. Lalu menyusul tanggal 15, 18, 22, 26, dan 30 Januari.
Bahkan, beberapa pemain sempat mengeluhkan tes usap PCR di Bangkok yang mereka sebut menakutkan dan menegangkan. Saat melakukan prokes tes, tenaga kesehatan setempat dinilai pemain 'kurang berperasaan'.
Pemain ganda putra Indonesia, Fajar Alfian menyebut tes swab yang dilakukan pada 7 Januari lalu terasa berbeda.