Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Musik 90s, Mengenang Indie Ten, Album Kompilasi Kelahiran Band-band Top Indonesia

9 Januari 2021   06:43 Diperbarui: 9 Januari 2021   07:12 5147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grup band Padi, salah satu band yang lahir dari album kompilasi Indie Ten. Padi merilis album pertamanya, 'Lain Dunia' di tahun 1999. Setahun sebelumnya, mereka tampil perdana lewat lagu Sobat di album Indie Ten/Foto: Padi Band/Tribun Jogja/

Ada banyak penikmat musik yang menganggap musik 90s adalah periode kejayaan dari perkembangan musik di Indonesia. Kala itu, musik Indonesia memang sangat kaya warna.

Masih awet dalam ingatan suara melengking rocker Andy Liany dalam lagu abadi, 'Sanggupkah Aku'. Lagu itu seolah menjadi salah satu bukti kejayaan musik rock kala itu.

Tak hanya aliran rock, boy band juga mulai bermunculan. Dari Cowboy, Cool Colors, hingga ME. Lalu genre rap yang juga menemukan panggungnya. Bermula dari lagu-lagunya Iwa K, berlanjut ke album "Pesta Rap" dengan beberapa lagu ngetop Cewek Matre dan Bosan.

Belum lagi band-band yang menjadi 'lakon utama' sajian musik di era 90s. Bahkan, band-band kala itu tidak hanya berasal dari satu dua kota. Tapi merata dari berbagai kota. 

Sebut saja di Jakarta ada Slank, Potret, dan Base Jam. Di Bandung ada Gigi dan Java Jive. Di Surabaya ada Dewa 19 dan Padi. Lalu, di Yogyakarta lahir Sheila On7. Dan nama-nama ngetop lainnya yang bisa semuanya dituliskan bakal melebihi batas jumlah kata yang disyaratkan.

Nah, bicara kemunculan band di Indonesia, penikmat musik sejati pasti tidak akan lupa dengan sebuah album yang melegenda. Namanya "Indie Ten".

Sesuai namanya, ini merupakan album kompilasi dari sepuluh (10) band beraliran pop, rock alternatif, dan indie rock yang berasal dari berbagai kota di Indonesia. Album ini dirilis pada tahun 1998.

Bagi sebagian kalangan, mungkin berlebihan bila menyebut album yang sampul depannya berwarna pink berpadu hitam plus tulisan nama-nama band yang tampil ini melegenda.

Namun, bila menengok apa yang terjadi setelah kemunculan album tersebut, penyematan kata 'melegenda' itu kiranya tidak asal. Nggak lebay.

Bagi yang belum tahu, album Indie Ten ini merupakan debut penampilan beberapa grup band seperti Padi, Cokelat, Caffeine, Wong. Penikmat musik Indonesia pertama kali mengenal lagu-lagu mereka dari album yang juga ada 'sekuel' nya ini.

Dari album Indie Ten inilah, band-band itu lantas 'meledak'. Mereka lantas mendapatkan kesempatan untuk rekaman album solo dengan lagu-lagu yang enak di dengar dan musik yang oke. Cerita berikutnya adalah sejarah.

Ambil contoh Padi. Di album kompilasi itu, Padi mengusung lagu 'Sobat'. Lagu yang langsung musiknya langsung menghentak di awal inilah yang menjadi perkenalan Padi dengan penikmat musik di tanah air. Lantas, setahun berikutnya, tahun 1999, Padi masuk dapur rekaman sendiri.

Padi meluncurkan album pertamanya, "Lain Dunia" dengan lagu-lagu andalan seperti 'Sudahlah', 'Begitu Indah', 'Mahadewi', 'Seperti Kekasihku'. Termasuk lagu 'Sobat' itu.

Dulu, hampir setiap hari, lagu-lagu Padi itu diputar di siaran radio. Termasuk juga acara musik di TV. Di radio, lagu-lagu Padi wara-wiri memuncaki puncak tangga lagu acara musik.

Album pertama Padi ini terjual sekitar 800 ribu kopi. Angka penjualan yang terbilang bagus bagi sebuah band pendatang di akhir tahun 90-an.

Tetapi yang jelas, penikmat lagu-lagu mereka tidak hanya 800 ribu. Tapi jutaan. Lha wong hingga kini, lagu-lagu di album pertama Padi itu masih enak didengar.

Band Cokelat pun begitu. Usai mengenalkan lagu "Bunga Tidur" di Album Indie Ten, Cokelat lantas meluncukan album pertamanya "Untuk Bintang". Beberapa lagu hits mereka di album perdana ini ada 'Pergi!', 'Dendam', 'Untuk Bintang'. Juga lagu 'Bunga Tidur' yang mereka usung di album Indie Ten. Semuanya enak didengar.

Begitu pula dengan band Wong yang 'meledak' lewat lagu "Tak Ingin" dan "Jangan Lagi". Bagaimana dengan Caffeine?

Penggemar musik 90-an pasti tidak akan lupa dengan lagu-lagu Caffeine seperti  Kau Yang T'lah Pergi, Hidupku Kan Damaikan Hatimu, juga Tiara. Itu lagu-lagu andalan band asal Bandung ini.

Asyiknya Musik Era 90s, Tak Hanya Didengar Tapi Dimainkan

Dari situ, mudah menyimpulkan bahwa album Indie Ten itu memang keren. Sebab, ia menjadi cikal bakal kelahiran band-band yang lantas mampu mewarnai musik Indonesia dalam beberapa tahun setelahnya.

Tiga tahun kemudian, juga muncul album Indie Ten 2 dengan beberapa band seperti Es Nanas dan Minoru. Namun, pamor album kedua ini bisa dibilang tidak semegah album pertama.

Bagi saya pribadi, album Indie Ten itu memang berkesan. Bukan hanya karena lagu-launya oke. Namun, album ini merupakan salah satu koleksi kaset pita di masa-masa awal mengoleksi kaset.

Ya, di akhir 90-an itu, di masa akhir duduk di bangku SMA, saya mulai keranjingan dengan kaset pita. Saya mulai hobi mengoleksi kaset pita. Jangan berpikir hobi itu mudah. Sebab, untuk mendapatkannya tidak gratis.

Kala itu, kaset pita sebenarnya tidak terlalu mahal. Masih berkisar di harga 10 ribu-an. Malah ada yang harganya Rp 5000. Untuk album Indie Ten ini, kalau nggak salah ingat harganya Rp 7.500.

Untuk bisa membelinya, saya kerapkali menyisihkan uang saku sekolah. Menabung sedikit demi sedikit agar bisa membeli kaset. Uang saku sekolah itu juga harus dibagi untuk membeli Tabloid Bola yang kala itu menjadi 'bacaan wajib' bagi saya setiap pekan.

Kecintaan pada kaset itu membuat saya hafal banyak lagu-lagu yang ngetop kala itu. Kemampuan itu lantas 'berguna' ketika kuliah dan tinggal di kos-kosan. Berguna untuk mengusir penat selepas kuliah. Berguna untuk bisa lebih akrab dengan teman-teman di kos. Ketika nongkrong di kos, bermain gitar dan bernyanyi menjadi aktivitas rutin.

Tetapi memang, musik 90s itu tidak hanya enak didengarkan. Tapi juga dimainkan. Ada banyak anak muda yang senang bermain alat musik. Senang bernyanyi. Senang nge-band. Bikin grup band.

Apalagi, kala itu, ada banyak orang yang membuka studio musik. Studio musik kecil-kecilan itu disewakan. Sasarannya ya anak-anak muda yang senang nge-band itu. Lantas, mereka tampil di acara musik yang seringkali digelar setiap akhir pekan di kampus-kampus.

Saya sempat merasakan nikmatnya menyewa studio musik bareng teman-teman. Kala itu, sewa satu jam sekitar 15 ribuan. Ketika masuk studio dan memegang alat musik (memegang saja) lantas bernyanyi diiringi alat musik, itu rasanya sudah jadi pemain band top.

Pengaruh musik 90s bagi penikmat musik kala itu memang luar biasa. Mungkin karena lagu-lagu yang dihasilkan band-band di era itu memang dikemas dari hati. Musik dan lagunya memiliki ruh. Salah satu ciri khasnya, ada petikan melodi gitarnya.

Lagu dibuat tidak hanya demi mendapatkan views banyak seperti era sekarang. Karenanya, lagu-lagunya enak didengar, meresap dan awet hingga sekarang.

Bahkan, meski 20 tahun berlalu, lagu-lagu mereka masih abadi. Kita pun masih hafal lirik-lirik lagunya. Ketika tak sengaja mendengarnya, kita bisa spontan ikut bernyanyi. Pokoknya legend.

Termasuk lagu-lagu yang diusung di album Indie Ten yang menjadi awal kelahiran band-band top Indonesia itu. Sampai kapanpun, album ini bakal dikenang sebagai karya penting dalam perjalanan musik Indonesia di era 90-an. Sebagai penikmat musik 90s, saya pun mengenangnya. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun