Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Musik 90s, Mengenang Indie Ten, Album Kompilasi Kelahiran Band-band Top Indonesia

9 Januari 2021   06:43 Diperbarui: 9 Januari 2021   07:12 5147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya pribadi, album Indie Ten itu memang berkesan. Bukan hanya karena lagu-launya oke. Namun, album ini merupakan salah satu koleksi kaset pita di masa-masa awal mengoleksi kaset.

Ya, di akhir 90-an itu, di masa akhir duduk di bangku SMA, saya mulai keranjingan dengan kaset pita. Saya mulai hobi mengoleksi kaset pita. Jangan berpikir hobi itu mudah. Sebab, untuk mendapatkannya tidak gratis.

Kala itu, kaset pita sebenarnya tidak terlalu mahal. Masih berkisar di harga 10 ribu-an. Malah ada yang harganya Rp 5000. Untuk album Indie Ten ini, kalau nggak salah ingat harganya Rp 7.500.

Untuk bisa membelinya, saya kerapkali menyisihkan uang saku sekolah. Menabung sedikit demi sedikit agar bisa membeli kaset. Uang saku sekolah itu juga harus dibagi untuk membeli Tabloid Bola yang kala itu menjadi 'bacaan wajib' bagi saya setiap pekan.

Kecintaan pada kaset itu membuat saya hafal banyak lagu-lagu yang ngetop kala itu. Kemampuan itu lantas 'berguna' ketika kuliah dan tinggal di kos-kosan. Berguna untuk mengusir penat selepas kuliah. Berguna untuk bisa lebih akrab dengan teman-teman di kos. Ketika nongkrong di kos, bermain gitar dan bernyanyi menjadi aktivitas rutin.

Tetapi memang, musik 90s itu tidak hanya enak didengarkan. Tapi juga dimainkan. Ada banyak anak muda yang senang bermain alat musik. Senang bernyanyi. Senang nge-band. Bikin grup band.

Apalagi, kala itu, ada banyak orang yang membuka studio musik. Studio musik kecil-kecilan itu disewakan. Sasarannya ya anak-anak muda yang senang nge-band itu. Lantas, mereka tampil di acara musik yang seringkali digelar setiap akhir pekan di kampus-kampus.

Saya sempat merasakan nikmatnya menyewa studio musik bareng teman-teman. Kala itu, sewa satu jam sekitar 15 ribuan. Ketika masuk studio dan memegang alat musik (memegang saja) lantas bernyanyi diiringi alat musik, itu rasanya sudah jadi pemain band top.

Pengaruh musik 90s bagi penikmat musik kala itu memang luar biasa. Mungkin karena lagu-lagu yang dihasilkan band-band di era itu memang dikemas dari hati. Musik dan lagunya memiliki ruh. Salah satu ciri khasnya, ada petikan melodi gitarnya.

Lagu dibuat tidak hanya demi mendapatkan views banyak seperti era sekarang. Karenanya, lagu-lagunya enak didengar, meresap dan awet hingga sekarang.

Bahkan, meski 20 tahun berlalu, lagu-lagu mereka masih abadi. Kita pun masih hafal lirik-lirik lagunya. Ketika tak sengaja mendengarnya, kita bisa spontan ikut bernyanyi. Pokoknya legend.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun