Faktanya, di beberapa tempat, seperti pasar, minimarket, warung kopi, toko yang beberapa bulan lalu menyediakan tempat cuci tangan plus sabun cair, kini sudah banyak yang tidak lagi terlihat.
Di masjid ketika sholat Jumat, ada beberapa jamaah yang juga tidak memakai masker. Mungkin mereka lupa. Tapi bila lupa kok setiap Jumat ada saja orang yang tidak memakai masker.
Apalagi di jalanan. Tidak sulit menemukan orang yang ketika mengendarai kendaraan roda dua, mereka melenggang di jalan tanpa menggunakan masker. Termasuk juga pengendara roda empat yang kebetulan kaca mobilnya terbuka.
Mungkin mereka merasa kondisinya sudah aman. Padahal, Sidoarjo masih akrab dengan zona merah. Padahal, kondisi paling mengerikan adalah ketika banyak orang mulai merasa aman sementara situasinya masih berbahaya.
Karenanya, masyarakat perlu terus diingatkan. Operasi yustisi seperti ini perlu terus digalakkan. Termasuk pentingnya momentum untuk menggaungkan kembali kesadaran penerapan protokol kesehatan di masyarakat.
PSBB Jakarta sebagai alarm pengingat
Penerapan PSBB Jakarta, tentu saja menjadi sebuah momentum untuk mengingatkan kembali masyarakat perihal pentingnya mematuhi protokol kesehatan.
Ketika rencana penerapan PSBB Jakarta, pemberitaannya ditayangkan rutin di beberapa stasiun TV, diberitakan banyak media daring dan cetak, termasuk infonya dibagikan di media sosial, ada banyak yang tahu. Akhirnya jadi tersadar.
Ya, orang jadi sadar bahwa pandemi ini belum berakhir. Terutama mereka yang tinggal di wilayah yang dalam beberapa bulan terakhir sudah menerapkan adaptasi kebiasaan baru alias tidak diberlakukan PSBB.
Mereka jadi tahu bahwa di Jakarta kembali diterapkan PSBB. Lantas, mereka jadi teringat dengan situasi pandemi yang masih terjadi di daerah mereka.
Dari ingatan tersebut, akan muncul kesadaran bahwa pandemi belum usai. Utamanya bagi mereka yang tinggal di daerah yang tingkat penyebaran Covid-19 nya masih tinggi tetapi tingkat kesadaran masyarakatnya untuk mematuhi protokol kesehatan mulai menurun.