Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Messi, Ibrahimovic, dan Makna Kenyamanan dalam Bekerja

2 September 2020   09:41 Diperbarui: 2 September 2020   09:38 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Bekerja itu soal rasa. Bekerja bukan hanya tentang menghasilkan banyak duit. Bukan pula sekadar soal jabatan tinggi ataupun popularitas. Ada yang jauh lebih bermakna.

Ya, ada yang jauh lebih bermakna dari duit. Apa? Kenyamanan yang salah satunya berwujud kedekatan dan suasana cair di lingkungan tempat kerja.

Bahwa tempat kerja bukan sekadar cerita menunggu gaji bulanan. Apalah artinya gaji bulanan yang besar bila hari-hari yang kita jalani malah membuat kita frustrasi dan uring-uringan.

Kenyamanan dalam bekerja bukan berarti nyaman tapi melenakan. Tetapi, ada kemauan kolektif untuk bersama-sama berproses, belajar mengembangkan potensi diri menjadi lebih baik, dan pada akhirnya meraih prestasi.

Tempat kerja pada dasarnya seperti rumah yang kita tinggali. Itu dua tempat yang paling lama kita singgahi selama sehari. Kita butuh nyaman dan bahagia di dua tempat tersebut. Sebab, bila kita bahagia di dalamnya, maka hidup kita akan bahagia.

Sebaiknya, bila di dua "rumah" itu kita tidak nyaman, hidup akan merana. Semisal di tempat kerja, bila kita bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan, suka 'makan teman' dan tidak punya semangat maju, tempat kerja seolah neraka.

Dampak buruknya, pekerjaan yang dijalani tanpa suka cita, bias menyiksa dan merusak diri sendiri. Perlu untuk mulai berpikir ulang apakah akan tetap bekerja di tempat semula ataukah memilih resign dan melakoni pekerjaan yang memang membahagiakan.

Perihal dua "rumah" ini, filsuf Prancis Gaston Bachelard pernah menggambarkan makna rumah bagi hidupnya dengan sangat manis. Bachelard menyebut rumah memiliki tri fungsi.

Bahwa rumah sebagai penampung segala lamunan, sebagai pelindung atas segala mimpi yang ia tanam. Serta, rumah-lah pemberi ketenangan dan rasa damai di tengah badai hidup yang terkadang sulit terbaca.

Messi yang tengah mencari kenyamanan

Saya teringat makna rumah dari Gaston Bachelard dan 'teori bahagia' di dua tempat yang paling lama kita singgahi itu setelah mengamati dinamika yang terjadi pada dua nama besar di panggung sepak bola. Yakni Lionel Messi dan Zlatan Ibrahimovic.

Apa yang terjadi pada Messi dan Ibrahimovic yang sejak pekan lalu menjadi berita besar di banyak media, menjadi gambaran betapa bekerja itu tidak melulu soal uang dan populer. Namun, seperti kata Bachelard, tempat kerja itu pemberi ketenangan dan rasa damai. Sumber memanen bahagia.

Situasi itu yang kini mungkin tidak dirasakan Leo Messi di Barcelona. Setelah 20 tahun melewati tahun-tahun yang banyak suka citanya ketimbang duka cita, Messi kini merasa Barca sudah berbeda.

Boleh jadi, dia tidak lagi merasa Barca nyaman seperti dulu. Boleh jadi dia menganggap Barca tidak lagi menjadi klub yang bisa menampung segala impiannya di masa senjanya bermain bola. Tapi yang jelas, publik sudah tahu, Messi ingin pergi.

Pekan lalu, media-media Spanyol mengulas penyebab mengapa Messi ancang-ancang ingin keluar dari Barca. Salah satunya Marca yang memuat tulisan dengan judul "Ten reasons why Messi wants to leave Barcelona".

Menurut Marca, beberapa alasan itu diantaranya relasi Messi dengan Josep Maria Bartomeu, presiden klub Barca yang kurang dekat. Messi juga disebut kurang senang dengan proyek masa depan Barca. Serta keluarganya jadi sasaran di media sosialnya Barca.

Cerita berlanjut pada akhir pekan kemarin. Ketika pemain-pemain Barca menjalani uji swab untuk persiapan kompetisi musim 2020/21, ternyata Messi tidak hadir.

Beberapa media menampilkan foto sejumlah fan Barca yang menunggu kehadiran sang mega bintang dengan mengenakan jersey Barca bertuliskan namanya. Namun, keinginan mereka untuk melihat Messi, tak kesampaian. Media lantas menyebut, itu bukti terang benderang bila Messi memang akan pergi.

Dalam wawancara dengan Marca, sepupu Messi, Maxi Biancucchi menyebut faktor terbesar yang kini dicari Messi dalam kariernya adalah kenyamanan dan kebahagiaan. Bila faktor itu tidak ditemukan di Barcelona, dia bisa memahami bila Messi berniat pergi.

"Saya dulu menganggap Messi tidak akan pergi dari Barcelona. Namun, Leo ingin berada di tempat (klub) yang membuatnya bahagia. Bila dia pergi, itu berarti dia tidak senang dan ingin mencari tantangan baru," ujar Biancucchi.

Ya, sebenarnya sesederhana itu. Terlepas cerita Messi-Barca kini semakin pelik, tetapi intinya sebenarnya tentang kenyamanan.

Di usia yang sudah 33 tahun, dengan popularitas dan juga kekayaan yang dia miliki, rasanya tidak ada yang dicari Messi selain rasa nyaman bermain dan tenang berada di klub yang dia bela. Karena memang, bekerja adalah soal rasa.

Zlatan menemukan kenyamanan di Milan

Apa yang dialami Messi, berbanding terbalik dengan mantan rekan mainnya di Barcelona, Zlatan Ibrahimovic. Sempat diisukan bakal pergi, Ibrahimovic ternyata memutuskan tetap berkostum Milan di musim 2020/21. Dia meneken kontrak baru berdurasi satu tahun.

Ibrahimovic yang pada 3 Oktober nanti akan berusia 39 tahun, seolah mengirim pesan bahwa dirinya kini tidak lagi mencari level tantangan seperti dulu. Zlatan bukan lagi "pemain petualang" yang hampir setiap musim berganti klub.

Hatinya telah tertambat di Milan. Dia telah menemukan kenyamanan di Milan yang pada 2010-11 dulu menyelamatkan kariernya setelah gagal maksimal di Barcelona.

Dalam wawancara dengan Football Italia, penyerang asal Swedia ini mengaku kerasan di Milan karena dirinya merasa nyaman laksana di rumah. "Feels at home". Begitu kata Ibra.

"I have always felt part of Milan, even when I played with other teams. They always treated me well from day one," sebut Zlatan kepada Milan TV dilansir dari sini.

Kepada wartawan, Ibra yang memang dikenal nyentrik dengan sering menyampaikan pernyataan konyol dan lucu, menyebut dirinya tersenyum di awal datang ke Milan. Itu hal yang tidak biasa baginya. Namun, itu pertanda bahwa dia akan nyaman di Milan. Yang terjadi memang seperti itu.

"When I first arrived at Milan, I smiled. Something I have never done before in my job. I feel at home and I don't feel like I have been away."

Ibra yang musim lalu memakai nomor 21, musim depan akan kembali memakai kostum nomor 11. Meski ditawari nomor 9, tetapi dia memilih nomor yang dia kenakan ketika pertama membela Milan di musim 2010/2011 dan 2011/2012.

Bila musim lalu Milan dibawanya lolos ke Europa League, Ibra ingin membawa  Milan meraih kejayaan di musim 2020/21 seperti kala mengantarkan I'rossoneri juara Serie A di musim 2010/11.

"In my head, the goal is always to win something. This season we have to win," sebut Ibrahimovic.

Dengan merasa nyaman bersama Milan dan juga klik dengan pemain-pemain Milan lainnya seperti Hakan Calhanoglu, Ante Rebic, Franck Kessie, bukan tidak mungkin Ibra bisa membawa Milan juara.

Ya, ketika orang bisa bekerja dengan rasa nyaman dan bahagia, rasanya hasil bagus dan prestasi hanya akan menunggu waktu. Sebaliknya, bila bekerja dengan enggan, mungkin lebih baik menuruti nasihat dari "Sang Nabi" Kahlil Gibran.

Kerja adalah cinta yang nyata, kasih yang tampak.

Dan jika engkau tak bisa bekerja dengan cinta,

tetapi dengan rasa enggan,

maka baiklah bagimu meninggalkan tempat kerjamu,

dan duduk di pinggir jalan sambil mengemis sedekah.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun