Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Manchester United Seharusnya Menang Besar, Andai.....

11 Agustus 2020   08:54 Diperbarui: 11 Agustus 2020   13:34 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertandingan dramatis tersaji di Stadion RheinEnergi di Kota Koln, Jerman, saat Manchester United menyingkirkan tim Denmark, Kopenhagen di perempat final Europa League, Selasa (11/8) dini hari tadi.

Gol yang dianulir, perpanjangan waktu hingga menit ke-120, dan juga penalti di menit krusial, menjadi penegas betapa laga tanpa penonton tersebut berlangsung dramatis.

Tampil dengan pemain-pemain terbaiknya sejak menit pertama seperti kapten tim Harry Maguire, playmaker Bruno Fernandes dan trio penyerang Anthony Martial, Mason Greenwood, dan Marcus Rashford, Manchester United ternyata kesulitan menembus pertahanan Copenhagen yang tampil kompak.

Laga perempat final dini hari tadi sangat berbeda dibanding ketika Tim Setan Merah--julukan MU, menang mudah 7-1 atas tim Austria, LASK Linz dalam dua laga di babak 16 besar lalu.

Sejak melakoni fase grup, mungkin baru kali ini, MU merasakan malam yang mendebarkan dalam penampilan di Europa League. Mereka tidak bisa lagi bermain santuy seperti yang saya tulis di ulasan sebelumnya.

MU layak ke semifinal dan penampilan heroik kiper Copenhagen
Namun, meski tidak tampil dalam bentuk permainan terbaiknya, MU layak lolos ke semifinal. Bukan hanya karena nama besar mereka ataupun  'skenario' kemungkinan terciptanya final ideal melawan Inter Milan yang tentu saja bagus bagi branding turnamen ini.

Tetapi, tim asuhan Ole Gunnar Solskjaer ini memang layak lolos ke babak semifinal merujuk keinginan besar untuk menang yang mereka pertontonkan di laga dini hari tadi.

Memang, MU tampil lambat panas di awal pertandingan ini. Di menit-menit awal mula, mereka kesulitan mendapatkan peluang. Namun, setelah seperempat jam, mereka mulai panas.

Di akhir babak pertama, MU sebenarnya bisa mencetak gol lewat Mason Greenwood. Namun, wasit Clement Turpin dari Prancis memutuskan melihat ulang gol itu via Video Assistant Referee (VAR). Gol itupun dianulir karena dari rekaman tayangan ulang, Greenwood memang lebih dulu offside.

Babak kedua berlangsung menarik. MU mulai lebih banyak bermain di area pertahanan Copenhagen. Di menit ke-56, sepakan keras Greenwood hanya menghantam tiang kiri gawang. Di menit ke-63, giliran Bruno yang tendangan kerasnya dari luar kotak penalti, hanya menemui tiang kanan gawang Copenhagen.

Di 10 menit akhir, Martial beberapa kali mendapatkan peluang. Termasuk sepakan keras melengkungnya di menit ke-83 yang ternyata masih bisa ditepis Karl Johan Johansson, kiper Copenhagen. Juga tendangan dari dalam kotak penalti di menit 92 yang lagi-lagi digagalkan Johansson.

Pendek kata, sederas apapun MU melancarkan serangan layaknya gelombang ombak, tapi bola seolah belum mau masuk ke gawang Copenhagen. Laga pun dilanjutkan ke perpanjangan waktu.

Yang terjadi kemudian, di menit ke-105, Martial yang dikawal bek Copenhagen, terjatuh di kotak penalti. Bruno maju. Tanpa gerakan ancang-ancang tipuan yang selama ini ia lakukan, pemain Portugal ini mampu mencetak gol dari titik penalti.

Sebenarnya, tidak ada yang aneh bila sebuah tim mendapatkan penalti ketika memang pemainnya dilanggar di kotak penalti. Aturannya memang begitu. Meski penalti itu mau terjadi di menit berapa pun.

Namun, beberapa media usil menyebut MU mendapat 'hadiah' di laga ini. Apalagi merujuk MU menjadi tim yang paling sering mendapat penalti (13 penalti) di Liga Inggris musim 2019/20.

Toh, MU lantas memperlihatkan bahwa mereka tidak hanya menang karena penalti. Usai unggul satu gol, MU semakin bersemangat menambah gol. Di babak kedua perpanjangan waktu, MU sedikitnya mendapatkan tiga peluang lewat Martial, Bruno, dan Juan Mata.

Namun, semuanya digagalkan kiper  Copenhagen yang memang tampil luar biasa di laga ini. Toh, kemenangan tipis 1-0 itu sudah cukup meloloskan MU ke semifinal.

Reporter United, Matthew Howarth, dalam komentar singkatnya di uefa.com menyebut bahwa Manchester United memang layak lolos ke semifinal Europa League. Dia juga menyebut ceritanya akan berbeda bila kiper Copenhagen tidak tampil heroik di laga itu.

"Solskjr's team deserve their place in the semi-finals on the balance of play. Indeed, the Red Devils could have won by a far greater margin were it not for the heroics of Johnsson, whose stunning saves kept Copenhagen in the game until the very end".

Ya, andai Karl Johnson, kiper Copenhagen berusia 30 tahun tersebut tidak tampil apik, MU bakal menang besar. Bahkan, tidak perlu berdebar hingga perpanjangan waktu.

Dikutip dari uefa.com, Solskjaer pun ikut memuji penampilan Karl Johnson. Terlepas, dia juga memuji pemain-pemainnya yang untuk kali ketiga bisa lolos ke babak semifinal. Sebelumnya, MU juga lolos ke babak empat besar Piala Liga dan Piala FA.  

"Kiper mereka tampil fantastis, bahkan sulit dipercaya. Tetapi kami juga dua kali menghantam tiang gawang," ujar Solskjaer

Inter Milan juga menang, final ideal semakin dekat
Lolosnya MU membuat skenario final idaman di Europa League musim ini masih terjaga. Apalagi, di waktu bersamaan, tim Italia, Inter Milan mengalahkan Bayer Leverkusen 2-1 di Dusseldorf.

Dua gol kemenangan Inter tercipta dalam enam menit lewat Nicola Barella di menit ke-15 dan Romelu Lukaku di menit ke-21. Gol balasan Leverkusen dicetak pemain muda yang tengah jadi incaran klub-klub besar Eropa, Kai Havertz di menti ke-24.

Manchester United dan Inter Milan memang dijagokan untuk bertemu di final. Itu akan menjadi final ideal merujuk nama besar kedua tim yang tentunya bagus bagi citra Europa League.

Namun, keduanya masih harus melewati babak semifinal. Siapa yang menjadi lawan mereka?

Inter Milan masih akan menunggu pemenang laga perempat final antara Shakhtar Donetsk (Ukraina) melawan Basel (Swiss). Sementara MU akan menghadapi pemenang laga Sevilla (Spanyol) melawan Wolverhampton Wanderers (Inggris). Laga perempat final ini akan dimainkan dini hari nanti.

Andai saja benar MU akan bertemu Inter di final, maka Solskjaer akan bereuni dengan tiga pemainnya yang kini berkostum biru hitam Inter. Yakni Ashley Young, Alexis Sanchez, dan Romelu Lukaku.

Mungkinkah akan kesampaian? Jangan berandai-andai dulu. Lebih baik mengucap selamat lebih dulu untuk Manchester United dan Inter Milan dan semua pendukungnya.

Selamat. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun