Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menengok Rahasia Sukses "Pelatih Lokal" Italia di Liga Eropa

5 Agustus 2020   15:50 Diperbarui: 5 Agustus 2020   18:44 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maurizio Sarri, membawa Juventus meraih gelar Scudetto Serie A Italia usim 2019/20. Sarri memperpanjang dominasi pelatih Italia yang memenangi Liga Italia dalam 10 tahun beruntun/Foto: Goal.com

Benar, tapi jangan lupakan Leicester City saat mereka juara Premier League musim 2015/16 silam. Kisah juara Leicester di liga yang level persaingannya paling ketat di Eropa itu bak sebuah dongeng mustahil.

Betapa tidak, Leicester berstatus tim promosi. Pemain mereka juga biasa. Penyerang Jamie Vardy bahkan beberapa tahun sebelumnya bekerja di pabrik baja. Pendukungnya juga awalnya sekadar berharap timnya bertahan, tidak terdegradasi.

Dan sampean (Anda) tentu masih ingat siapa pelatih yang mampu membawa Leicester juara kala itu. Ya, benar, Claudio Ranieri. Orang Italia.

Ranieri menjadi orang keempat Italia yang bisa juara Liga Inggris dalam satu dekade terakhir. Sebelumnya ada Carlo Ancelotti, Roberto Mancini. Lalu Antonio Conte.

Cerita itu menjadi penegas, bahwa ada banyak pelatih asal Italia yang memang berkualitas. Dalam satu dekade terakhir, mereka tidak hanya juara di Italia, tetapi juga juara di Inggris, Spanyol, Jerman, dan Prancis.

Akhir tahun 2019 lalu, kolumnis Edoardo Giribaldi menulis esai menarik di sfctoday.com. Dia membuat tulisan berjudul kalimat tanya: "Are Italian Soccer Coaches the Best in the World?"

Giribaldi menulis begini: "Setiap hari di Minggu siang, selama 90 menit, seorang Italia tidak lagi menjadi advokat, karyawan, atau dokter. Dia berubah menjadi pelatih sepak bola, langsung dari sofa rumahnya, mengkritik setiap pilihan buruk (keputusan pelatih), dan memuji setiap orang baik dengan klasik "Lo avrei fatto anche io" (saya akan melakukan hal yang sama)".

"Among them, some have become real coaches, and export their knowledge all around the world, with excellent results".

Ya, di antara mereka, beberapa telah menjadi pelatih nyata. Lantas,  mengekspor pengetahuan mereka di seluruh dunia, dengan hasil yang sangat baik. Ada Ancelotti, Mancini, Ranieri, hingga Conte.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh UEFA (Union of European Football Associations), Italia menduduki tempat pertama ketika kita berbicara tentang kewarganegaraan dari pelatih yang paling sukses.

Pelatih asal Italia meraih total 40 trofi yang diangkat dalam kompetisi UEFA (termasuk Liga Champions dan Liga Eropa), dua gelar paling bergengsi di tingkat Eropa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun