Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Usai Vakum Lama, Siapkah Kita Tampil di Piala Thomas dan Uber 2020?

4 Agustus 2020   08:36 Diperbarui: 4 Agustus 2020   11:33 1524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin (3/8) siang kemarin, Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) menyampaikan pengumuman penting perihal nasib penyelenggaraan Piala Thomas dan Piala Uber 2020.

BWF mengumumkan pembagian grup dari kontestan Piala Thomas dan Piala Uber 2020. Termasuk ada tim Indonesia di dalamnya. Proses pengundian ditayangkan secara langsung oleh BWF dari Kuala Lumpur, Malaysia.

Undian itu digelar tepat dua bulan sebelum Piala Thomas dan Piala Uber digelar di Aarhus, Denmark pada 3-11 Oktober 2020 mendatang. Artinya, untuk saat ini, kejuaraan beregu dua tahunan ini diproyeksikan jalan terus. Tidak dibatalkan.

Untuk Piala Thomas yang diikuti oleh 16 tim beregu putra, hasil undian menempatkan tim Indonesia berada di Grup A bersama Malaysia, Belanda, dan Inggris. Sementara untuk Piala Uber yang juga diikuti oleh 16 tim putri, tim Indonesia berada di Grup B bersama Korea Selatan, Australia, dan Malaysia.

Di Piala Thomas kali ini, tim putra Indonesia diunggulkan di tempat pertama. Di atas kertas, pesaing utama Indonesia di fase grup adalah Malaysia. Merujuk head to head di pertemuan sebelumnya, salah satunya di final beregu putra SEA Games 2019, tim Indonesia yang diunggulkan di tempat pertama, seharusnya bisa menang atas Malaysia.

Bagaimana respons tim Indonesia menyoal hasil undian tersebut ?

Melansir dari Badmintonindonesia.org, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti menyebut, jika melihat materi pemain Indonesia saat ini, Tim Piala Thomas punya peluang untuk menjuarai grup. Bahkan menjadi juara.

Menurutnya, melihat kekuatan di atas kertas, Indonesia lebih unggul dari Belanda dan Inggris. Namun, Susy mengingatkan Anthony Ginting dkk untuk tidak menganggap enteng lawan.

"Kami punya kans. Kami mau bawa pulang Piala Thomas kembali ke Indonesia. Tapi, fokus awalnya ke babak delapan besar dulu," ujar Susy.

Khusus untuk tim Uber, Indonesia harus bekerja keras untuk menjadi juara grup B. Sebab, ini grup yang lumayan berat. Tim putri Indonesia yang menjadi unggulan kelima, harus bersaing dengan Korea dan Malaysia untuk lolos ke babak berikutnya.

Kita tahu, saat ini, Korea dan Malaysia memiliki tim putri yang cukup mumpuni selain China dan Jepang. 

Meski begitu, Susy optismistis tim putri Indonesia bisa lolos. Dia hanya berpesan agar Greysia Polii dan kawan-kawan bisa menjaga fokus dan bermain fight di lapangan.

"Korea memang kuat, tapi saya rasa peluang tetap ada. Melawan Malaysia dan Australia juga tidak boleh lengah, karena di pertandingan beregu, apapun bisa terjadi," ujar Susy.

Turnamen BWF September ditunda, hilang kesempatan melakukan 'pemanasan'

Pengumuman pengundian ini hanya berselang beberapa hari setelah woro-woro BWF perihal pembatalan turnamen BWF World Tour yang sedianya akan digelar pada September mendatang.

Ya, dengan alasan pandemi belum berakhir, empat turnamen yang seharusnya digelar pada September mendatang, yakni Taiwan Open (1-6 September), Korea Open (8-13 September), China Open (15-20 September), dan Japan Open (22-27 September), semuanya ditunda oleh BWF.

Apa korelasi antara pembatalan turnamen BWF di bulan September dan pengundian Piala Thomas dan Piala Uber tersebut, tepatnya pengaruhnya bagi pemain-pemain Indonesia?

Sangat berpengaruh. Sebab, PP PBSI sejatinya ingin menjadikan turnamen di bulan September sebagai ajang pemanasan bagi pemain sebelum tampil di Piala Thomas dan Piala Uber di bulan berikutnya.

Namun, apa mau dikata, BWF punya pertimbangan lain. Bahwa faktor kesehatan pemain, pelatih, ofisial dan semua elemen yang terlibat dalam pertandingan, menjadi pertimbangan paling penting BWF dibandingkan turnamen itu sendiri.

"Keputusan pembatalan turnamen-turnamen ini demi menjaga kesehatan pemain, penonton, volunteers dan anggota asosiasi. Kami sangat kecewa karena harus membatalkan beberapa turnamen, namun keselamatan semua pihak yang terlibat adalah hal yang paling penting saat ini," begitu pernyataan Thomas Lund, Sekretaris Jenderal BWF dalam rilis yang dimuat di situs resmi BWF.

Nah, pertanyaannya, bila tidak ada turnamen pemanasan dan juga kevakuman pertandingan resmi BWF sejak Maret lalu, sudah siapkah pemain-pemain Indonesia tampil di turnamen yang menjadi "Piala Dunianya" bulutangkis ini?

Dalam sejarah bulutangkis, rasanya baru kali ini terjadi, sebelum tampil di Piala Thomas dan Piala Uber, pemain-pemain malah sama sekali tidak merasakan tampil di turnamen resmi level dunia.

Tentu saja, tampil membela negara memperebutkan trofi beregu paling bergengsi di bulutangkis tanpa bermain di turnamen selama lebih dari empat bulan, bukanlah persiapan ideal.

Bisa dibayangkan, pemain-pemain merindukan 'kesakralan' pertandingan yang kelak bisa berakibat mereka harus beradaptasi dulu dengan situasi Piala Thomas dan Piala Uber. Mereka ditantang agar fisik dan pikiran mereka langsung klik dengan pertandingan.

PBSI siapkan turnamen simulasi

Toh, PBSI tidak akan tinggal diam. Mereka akan kembali 'memanasi' semangat kompetitif pemain-pemain Pelatnas agar tidak melulu berlatih dan berlatih saja.

Setelah Juni-Juli, PBSI menggelar PBSI Home Tournament bekerja sama dengan MolaTV yang mempertandingkan lima sektor dengan mempertemukan pemain-pemain Pelatnas, induk olahraga bulutangkis tanah air ini kini berencana membuat 'turnamen pemanasan' menuju Piala Thomas/Uber 2020.

Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto mengatakan, PBSI akan kembali menggelar kejuaraan serupa, kali ini dengan format beregu Piala Thomas dan Uber. Menurutnya, tim Indonesia perlu wadah untuk melatih kesiapan jelang perebutan supremasi bergengsi tersebut.

"Kebetulan kami juga belum dapat kepastian lagi mengenai kejuaraan-kejuaraan resmi dari BWF. Oleh karena itu, kami perlu simulasi untuk mematangkan kesiapan pemain kami," jelas Budiharto seperti dikutip dari https://badmintonindonesia.org/app/information/newsDetail.aspx?/9232.

Menurut Budiharto, simulasi Piala Thomas dan Uber akan dilangsungkan di Pelatnas Cipayung pada awal September 2020. Para pemain akan dikelompokkan ke dalam beberapa grup dengan menggunakan format setengah kompetisi.

Dan memang, persiapan untuk tampil di turnamen beregu seperti Piala Thomas/Uber, berbeda dengan persiapan tampil di turnamen perorangan. Sebab, dalam turnamen beregu yang memainkan lima pertandingan, kemenangan tim dihitung secara akumulasi.

Artinya, bila ingin juara, tim Indonesia harus memperkuat kekompakan, kerja sama tim, dan juga rasa percaya satu sama lain. Nah, kekompakan dan percaya diri itu bisa dipupuk lewat turnamen simulasi ini.

Selain itu, turnamen simulasi nanti juga penting untuk mengimplementasikan protokol kesehatan di kejuaraan. Sehingga, pemain-pemain dan ofisial tim sudah terbiasa dengan penerapannya di Piala Thomas/Uber nanti.

Adapun beberapa protokol kesehatan yang diterapkan saat turnamen Mola TV PBSI Home Tournament dulu agar bebas dari Covid-19, para hakim servis menggunakan masker dan face shield. Khusus hakim servis, tiap mengganti shuttlecock, mereka menggunakan hand sanitizer.

Rindu tim Indonesia juara Piala Thomas dan Piala Uber

Pada akhirnya, lama tidak tampil di pertandingan sesungguhnya, lantas langsung di kejuaraan beregu yang penuh gengsi dan tensi, memang bukan persiapan ideal.

Namun, siap atau tidak siap, pemain-pemain Indonesia harus siap tampil maksimal dengan situasi yang ada. Toh, bukan hanya pemain-pemain Indonesia yang merasakan kevakuman turnamen selama berbulan-bulan.

Semua pemain dari negara peserta Piala Thomas dan Piala Uber juga merasakan hal yang sama dengan yang dialami pemain-pemain Indonesia. Maksudnya, pemain-pemain di luar Indonesia juga tidak pernah tampil di turnamen resmi.

Ketika Piala Thomas dan Piala Uber 2020 nanti dimulai, para pecinta bulutangkis di tanah air pun pastinya hanya punya satu harapan. Kita berharap, tim Indonesia bisa membawa pulang pialanya.

Apalagi, sudah terlalu lama, Piala Thomas tidak 'pulang' ke Indonesia. Meski berstatus sebagai tim peraih Piala Thomas terbanyak (13 kali juara), tetapi kali terakhir Indonesia juara pada tahun 2002 alias 18 tahun silam.

Kala itu, Tim Piala Thomas Indonesia yang sempat tertinggal 1-2, akhirnya menang dramatis 3-2 atas tim Malaysia lewat kemenangan menentukan Hendrawan atas Roslin Hashim di pertandingan kelima.

Bagaimana dengan Piala Uber?

Indonesia malah lebih lama "puasa gelar". Tim putri Indonesia kali terakhir juara pada edisi 1996. Kala itu, tim putri Indonesia masih berstatus 'the dream team'. Tim putri China masih belum ada apa-apanya.

Faktanya, tim putri Indonesia yang kala itu bermaterikan pemain-pemain seperti Susi Susanty, Eliz Nathaniel/Zelin Resiana, Mia Audina, Finarsih/Lili Tampi dan Meluawati, bisa menang telak 4-1 atas China di final.

Padahal, tim putri China kala itu juga diperkuat pemain top macam Ye Zhaoying, Wang Chen, dan juga Zhang Ning yang merupakan andalan di sektor tunggal, serta ratu ganda putri dunia saat itu, Ge Fei/Gu Jun.

Ah ya, raihan tim Indonesia di Piala Uber 1996 itu sekaligus mempertahankan gelar. Di tahun 1994, tim putri Indonesia juga juara di rumah sendiri lewat kemenangan 3-2 atas China.

Itu momen langka. Sepanjang sejarah, hanya kala itu, tim putri Indonesia bisa juara beruntun di Piala Uber. Berselang 24 tahun sejak kemenangan di Hongkong 1996, tim putri kita kesulitan 'berbicara' di Piala Uber.

Namun, tahun ini, dengan materi yang cukup kompetitif dan kenyang pengalaman di turnamen BWF World Tour seperti Greysia Polii/Apriani, Gregoria Mariska Tunjung, Siti Fadia Silva/Ribka Sugiarto, Ruselli Hartawan atau Putri KW, tim putri kita punya peluang.

Seperti kata Susy, dalam turnamen beregu, apapun bisa terjadi. Kualitas teknik antar pemain sebenarnya tidak beda jauh. Terpenting pemain siap secara mental dan mau fight di lapangan. Siapa tahu, tim putri kita bisa membuat kejutan di Denmark nanti. Salam bulutangkis.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun