Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belajar dari Cara Pioli "Mengambil Hati" Bos Galak AC Milan

3 Agustus 2020   15:59 Diperbarui: 3 Agustus 2020   20:56 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tahu, Pioli mengakhiri kompetisi Serie A Italia musim 2019/20 yang baru berakhir Minggu (2/8) kemarin dengan senyum kemenangan. Bukan hanya timnya, Milan, menutup kompetisi dengan kemenangan 3-0 atas Cagliari.

Lebih dari itu, pelatih asal Italia berusia 54 tahun yang awalnya tidak dianggap dan akan dipecat di akhir musim, malah mendapatkan perpanjangan kontrak dari manajemen Milan.

Bagaimana cerita Pioli di AC Milan?

Sebelum berkisah tentang kisah Pioli di Milan pada musim ini, saya teringat dengan buku "How to Manage Your Boss, Developing The Perfect Working Relationship" yang ditulis oleh Ross Jay.

Di buku itu, Ross Jay menggambarkan seorang atasan di tempat kerja sebagai manusia biasa. Bahwa yang namanya manusia biasa, atasan bisa orang yang baik, kooperatif, tetapi ada juga yang sebaliknya.

"Bosses are human, some good, some bad. If you're lucky they will be understanding, supportive, encouraging and inspiring. Then again they might be lazy, unmotivated, weak, over-emotional, sarcastic, rude, or just downright - well - bossy. But you're no powerless victim".

Melalui buku itu, Ross ingin menekankan, sebagai bawahan, pekerja tidak bisa memilih memiliki bos yang seperti apa. Bagi pekerja yang beruntung, mereka akan mendapatkan seorang bos yang pengertian, suportif, dan inspiratif.

Masalahnya, tidak semua orang beruntung mendapatkan atasan yang mau memahami, mendukung, bahkan menginspirasi kita. Sebaliknya, ada atasan yang justru menjaga jarak dengan karyawannya, baperan, dan hanya bisa menyuruh (bossy) tanpa memberikan edukasi.

Malah ada yang tidak suka dengan kita. Entah karena penampilan, kinerja, atau karena sebab lainnya. Semisal tidak suka kita tanpa alasan. Titik. Masalahnya lagi, sebagai anak buah, kita hanya bisa pasrah.  Powerless victim.

Pioli pun dulu begitu. Di awal melatih Milan, dia harus mendapati kenyataan bekerja di bawah manajemen yang berharap hasil serba instan. Dengan pengalamannya melatih banyak klub di Italia, dari Parma hingga Fiorentina, dia diharapkan bisa mengembalikan nama besar Milan.

Padahal, melansir dari Kompas.com, ketika Pioli ditunjuk melatih Milan pada 8 Oktober silam, I'Rossoneri alias Tim Merah Hitam--julukan Milan, sebenarnya dalam kondisi sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun