Ada banyak alasan untuk mendefinisikan seseorang berbahagia di tempat kerjanya. Tempat kerja ini bisa bermakna kantor, pabrik, pasar, jalanan, ataupun terminal.
Definisinya luas. Bisa karena mendapatkan gaji bulanan atau keuntungan yang besar. Bisa karena punya teman-teman kerja yang menyenangkan. Bisa pula karena pekerjaan yang dijalani memang membuatnya bahagia.
Termasuk definisi bahagia di tempat kerja itu bila kita dan hasil kerja kita disukai oleh atasan. Sebab, bila sudah tidak disukai oleh atasan, bekerja tidak lagi merasa nyaman.
Malah, banyak teman yang keluar dan memutuskan resign dari tempatnya bekerja karena merasa "tidak dianggap" oleh bosnya. Mereka merasa tempat kerjanya tidak ubahnya seperti neraka. Panas. Tersiksa.
Mungkin hanya karena alasan gaji bulanan saja yang membuat mereka masih mau mampir ke 'neraka' itu.
Sebenarnya, ketika atasan tidak menyukai kita, apakah itu musibah atau malah berkah?
Ada banyak kawan bercerita, memiliki atasan yang tidak asyik, itu bikin nelangsa. Apalagi bila atasan menunjukkan sikap tidak menyukai kita. Tidak ada lagi bahagia di tempat kerja.
Karena merasa tidak nyaman, orang bisa berpikir mundur dari tempat kerjanya. Pendek kata, banyak orang beranggapan bila tidak disukai atasan di tempat kerja itu musibah.
Kisah Pioli, pekerja yang awalnya tidak disukai atasan
Namun, pelatih klub AC Milan, Stefano Pioli, memberikan pembelajaran kepada kita bahwa memiliki atasan yang tidak asyik itu bukanlah akhir dunia.
Pioli memberikan teladan bahwa tidak disukai oleh atasan di tempat kerja itu bisa menjadi sebuah penyemangat. Itu bisa merupakan keberuntungan bagi kita.