Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Lovren-Lallana Pergi, Akhir Kisah "Bromance" di Liverpool

29 Juli 2020   11:37 Diperbarui: 29 Juli 2020   11:32 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bromance berasal dari dua kata dalam Bahasa Inggris, yakni bro dan romance. Menurut penjelasan urban dictionary, bromance bermakna: "the complicated relationship shared between two straight guys. It describes (one of) the highest levels of friendship that two guys can have without being gay."

Merujuk beberapa referensi, bromance menggambarkan hubungan yang sangat akrab, bahkan para lelaki yang terikat dalam bromance, tidak risih menunjukkan kedekatan mereka melalui cara-cara yang mungkin bagi orang lain tidak biasa.

Dalam jurnal Men and Masculinities (2017), disebutkan bahwa hubungan bromance membantu para lelaki dalam mencari dan menemukan solusi atas konflik yang mereka hadapi sekaligus tidak adanya penghakiman atas ekspresi emosi mereka.

Pada akhirnya, pastinya ada banyak Liverpudlian--sebutan fan Liverpool yang akan kehilangan 'bromance' Henderson-Lallana dan Mo Salah-Lovren. Saya pun merasa kehilangan. Utamanya dengan candaan Salah dan Lovren.

Tetapi memang, Lallana dan Lovren di usianya yang sudah 'beranjak senja' untuk ukuran pemain sepak bola, tentu ingin mendapatkan pengalaman dan kepuasan berbeda di penghujung karier bolanya.

Meski mungkin berat meninggalkan Liverpool yang selama enam tahun telah menjadi keluarga, tetapi mereka tentu ingin merasakan bagaimana rasanya bermain reguler setiap pekan.

Itu kesempatan yang sudah jarang mereka dapatkan di Liverpool yang tekanannya tentu berbeda dengan di Brighton ataupun Zenit. Tapi yang pasti, Lovren dan Lallana pastinya berbangga karena pergi dengan medali juara Liga Inggris.

Ya, kepergian Lallana dan Lovren dari Liverpool sejatinya sebuah kenormalan dalam sepak bola. Seperti kata Eyang Pramoedya, bahwa di dunia ini manusia bukan berduyun-duyun lahir dan berduyun-duyun pula kembali pulang. Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka pergi. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun