Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

MU, "Hadiah" Penalti, dan Jalan Pulang ke Liga Champions

27 Juli 2020   23:40 Diperbarui: 27 Juli 2020   23:48 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, di empat laga awal liga, MU mendapatkan tiga penalti. Tapi, Paul Pogba dan Marcus Rashford pernah gagal saat melawan Wolves dan Palace. Malah, Rashford dan Anthony Martial pernah gagal bersamaan saat menang 3-1 atas Norwich pada Oktober lalu.

Baru setelah Bruno Fernandes bergabung pada Januari, MU bisa memaksimalkan penalti. Pemain asal Portugal yang diplot sebagai "pemain bernomor 10" di belakang striker ini mencetak empat dari lima penalti seperti dikutip dari https://www.espn.com/soccer/manchester-united/story/4147645/manchester-united-break-premier-league-penalty-record-on-final-day.

Lolos ke Liga Champions bukan hanya karena penalti
Tapi yang jelas, penalti itu hanyalah bagian dari sedikit dinamika yang membawa MU lolos ke Liga Champions. Selebihnya, bagian paling dominan adalah perjuangan mereka sendiri.

Bahwa, penampilan MU di musim ini memang sempat seperti wahana roller coaster yang naik turun. Sempat luar biasa di pekan perdana dengan mengalahkan Chelsea 4-0, tetapi mereka kemudian terpuruk.

Di bulan Oktober, MU bahkan sempat berada di peringkat 12. Kala itu, mereka hanya terpaut beberapa poin dari tim penghuni degradasi (peringkat 18-20). Saya pernah menuliskan itu di tulisan ini: https://www.kompasiana.com/hadi.santoso/5d9d6e12097f36672a2c1fe2/pelajaran-dari-kejatuhan-man-united-dari-puncak-kini-mengetuk-pintu-degradasi.

Memasuki Januari 2020, MU bahkan mengalami empat kekalahan. Kala itu, Solskjaer bahkan diisukan bakal dipecat. Namun, manajemen MU rupanya masih punya cinta bagi mantan penyerang yang semasa berkostum MU dijuluki "pembunuh berwajah bayi" ini.

MU lantas berbenah di masa transfer tengah musim. Mereka membuat keputusan berani dengan melego beberapa pemain berpengalaman seperti Romelu Lukaku, Ander Herrera, Alexis Sanchez, dan Ashley Young.

Siapa sangka, keluarnya 'pemain-pemain tua' itu membuat MU menjadi lebih segar. Pemain-pemain muda seperti Brandon Williams (19 tahun), Timothy Fosu-Mensah (22 tahun), Axel Tuanzebe (22 tahun), Angel Gomes (19 tahun), dan Tahith Chong (20 tahun) mulai mendapatkan kesempatan bermain.

Namun, yang paling sensasional adalah penampilan Mason Greenwood (18 tahun). Utamanya setelah posisinya diubah Solskjaer ke penyerang sayap kanan dalam skema 4-2-3-1. Greenwood mencetak 10 gol di musim ini. Dia hanya kalah dari Martial dan Rashford yang sama-sama mencetak 17 gol.

Ah ya, skema 4-2-3-1 itulah yang kemudian menjadi titik balik penampilan MU usai jeda pandemi. Terlebih, Solskjaer yang sebelumnya sering galau dalam memilih 11 pemain starter, sudah menemukan starting XI idamannya. Saya pernah menulis cerita tentang ini di tulisan sebelumnya.

Dari mulai kiper De Gea, kemudian kwartet pertahanan Victor Lindelof, Harry Maguire, Aaron Wan-Bissaka, dan Luke Shaw. Solskjaer juga 'mengawinkan' Paul Pogba dan Nemanja Matic sebagai dua gelandang pelindung pertahanan. Sementara Rashford, Bruno, dan Greenwood menjadi pendukung Martial yang menjadi penyerang tunggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun