Sebab, warganya tidak hanya sudah kenal dengan dia, tetapi juga ingin tetap dipimpin pemimpin yang dianggap berhasil itu. Meski kali ini yang memimpin istrinya.
Nah, hal itu juga berlaku sebaliknya. Maksudnya, bila keluarganya yang dulu memimpin dinilai gagal dan meninggalkan noda, kecil kemungkinan penerusnya akan terpilih.
Pada akhirnya, dengan sistem politik yang ada, dinasti politik tidak bisa ditolak. Sebab, partai politik punya pilihan untuk memajukan siapa calon yang mereka usung di pilkada. Meski kita berharap, parpol tidak sekadar memikirkan sisi popularitas calon.
Meski tidak bisa ikut menentukan siapa calon yang akan tampil di pilkada, tetapi sebagai masyarakat yang punya hak memilih, kita bisa menentukan pilihan, siapa calon yang memang dianggap bagus.
Bila calon yang dianggap bagian dinasti politik itu memang bagus  dan memang dirasa terbaik untuk kemajuan daerah, kenapa tidak.  Apalagi bila ternyata pesaingnya dinilai kurang mumpuni. Namun, bila calon yang masih ada hubungan keluarga dengan petahana itu dianggap kurang bagus, ya mengapa harus dipilih.
Bila pilkada nanti boleh diibaratkan seperti sebuah pasar, kita ini bak calon pembeli yang datang untuk berbelanja. Kita dihadapkan pada beberapa pilihan produk yang akan kita beli.Â
Sebelum menjatuhkan pilihan produk mana yang akan kita pilih, kita tentunya memiliki berbagai pertimbangan. Bukan hanya karena atas dasar merknya terkenal. Salam.