Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Seperti Kata Jack Ma, Barcelona Perlu Belajar dari Kompetitor

21 Juli 2020   09:16 Diperbarui: 21 Juli 2020   09:24 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Quique Setien dan Lionel Messi, hubungan mereka diberitakan kurang dekat. Media-media Spanyol juga beberapa kali memberitakan bila Setien kurang dipercaya pemain-pemain Barca. Karenanya, Barca perlu meniru jejak sukses Real Madrid dalam menunjuk Zidane sebagai pelatih/Foto: kickoff.com

Raihan poin Barcelona di musim 2019/20 ini (82 poin) juga menjadi capaian yang terendah dalam 12 tahun terakhir. Kali terakhir poin Barca di klasemen 'tidak enak dilihat' terjadi pada musim 2007/08, ketika mereka hanya mendapatkan 67 poin.

Setumpuk masalah di Barcelona
Sebenarnya, apa yang salah dengan Barcelona sehingga musim ini berakhir nelangsa?

Tidak sedikit yang menyebut pergantian pelatih dari Ernesto Valverde ke Quique Setien pada 13 Januari 2020 lalu, menjadi awal mula cerita pahit Barcelona di musim ini.

Setien (61 tahun) yang di masa awal melatih Barcelona dipuja karena dianggap telah mengembalikan filosofi tiki-taka yang kesohor itu dengan menorehkan 1000 operan dalam satu laga debutnya (menang 1-0 atas Granada), nyatanya tidak lebih bagus dari Valverde.

Faktanya, Valverde, dengan pemain yang hampir sama dengan yang dimiliki Setien, bisa meraih gelar Liga Spanyol selama dua musim beruntun, 2017/18 dan 2018/19.

Lalu, mengapa Valverde dipecat?

Banyak orang tahu, selain penampilan Barca di awal musim ini terbilang labil dan 'kurang indah dilihat', manajemen Barcelona gerah dengan Valverde setelah dua kekalahan "tidak wajar" di Liga Champions di dua musim beruntun. Barca tersingkir dengan cara menyebalkan. Sempat unggul dengan margin gol besar, mereka kemudian jadi korban come back.

Di Liga Champions musim 2017/18, di babak perempat final, Barca yang sempat unggul 4-1 pada pertandingan pertama, malah tersingkir usai di-remontada (bahasa Spanyolnya come back) oleh AS Roma.

Dan, masih lekat dalam ingatan ketika Barcelona dibuat patah hati oleh Liverpool di semifinal musim 2018/19 lalu. Barca yang unggul 3-0 di laga leg I, malah kalah 0-4 di Anfield.

Singkat kata, usai "puasa gelar' di Eropa sejak tahun 2015, manajemen Barca menginginkan pelatih yang bisa membuat klub mereka kembali berjaya di Eropa. Yang terjadi, mereka malah menunjuk Quique Setien, pelatih yang 'tidak terkenal' dan bahkan belum pernah menangani tim di Liga Champions.

Mengapa harus Setien?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun