Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kalah Lagi, Mengapa Liverpool Tampil "Ambyar" di Penghujung Liga Inggris?

16 Juli 2020   10:25 Diperbarui: 16 Juli 2020   10:32 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liverpool kalah lagi. Dini hari tadi, Liverpool kalah 1-2 di markas Arsenal. Meski menurunkan pemain-pemain terbaiknya, tetapi penampilan Liverpool kurang ganas. Fokus lini belakang mereka juga payah. Dua gol Arsenal bermula dari kesalahan bek Liverpool/Foto: DailyMail.co,uk

Nyatanya, dua gol Arsenal, dua-duanya berawal dari kesalahan lini belakang Liverpool. Gol pertama di menit ke-32, bermula dari back pass Van Dijk ke Alisson. Bola berhasil dicuri Lacazette dan gol. Meski, Van Dijk sebelumnya merasa dirinya dilanggar pemain Arsenal.

Lalu di menit ke-44, lemparan ke dalam oleh Andy Robertson ke Alisson, berlanjut dengan sapuan bola yang tidak sempurna dan lagi-lagi bola berhasil dicuri pemain Arsenal yang berujung gol.

Ini kali ketiga beruntun, Liverpool tidak mampu mencatat clean sheet (bersih dari kemasukan gol). Gawang mereka selalu kebobolan di tiga pertandingan terakhir Liga Inggris. Padahal, di dua laga setelah re-start Liga Inggris (sebelum juara), gawang Liverpool steril dari gol.

Faktor ketiadaan suporter juga berpengaruh
Faktor lainnya adalah situasi liga yang berbeda karena adanya pandemi Covid-19. Bahwa tidak ada suporter di dalam stadion. Lho, bukankah situasi seperti itu sudah berlangsung sejak liga dimulai kembali pada 22 Juni lalu.

Benar, Liverpool dan semua tim Liga Inggris memang sudah terbiasa tampil tanpa penonton. Namun, bagi tim yang sudah memastikan gelar, bertanding tanpa suporter itu bisa menjadi nilai minus.

Bila saja stadion dipenuhi suporter, pemain-pemain Liverpool masih punya alasan ekstra untuk tampil habis-habisan di sisa laga setelah juara. Mereka ingin memberikan 'hadiah' dan penghormatan kepada para pendukungnya.

Ya, bagaimanapun, semangat tanding pemain akan berbeda bila mereka bertanding disaksikan puluhan ribu suporter. Bertanding diiringi suara nyanyian suporter di tribun. Utamanya bagi tim yang tinggal sekadar 'menghabiskan jadwal sisa' seperti Liverpool.

Apalagi, suporter Liverpool dikenal paling bersemangat mendukung timnya. Bahkan, pernah ada survei, Anfield merupakan stadion yang 'paling hidup' di Eropa selain marks Borussia Dortmund ketika berlangsung pertandingan. Anfield hanya kalah dari Stadion Bombonera, markas Boca Juniors di Argentina.  

Beda ceritanya dengan tim-tim yang masih punya urusan di jadwal sisa seperti tim yang tengah memburu tiket ke Liga Champions maupun tim yang berjuang selamat dari ancaman degradasi. Mereka jelas punya semangat besar meski stadion sepi.

Selain itu, faktor lainnya yang membuat penampilan Liverpool 'ambyar' di beberapa pertandingan terakhir karena mereka tidak punya lagi kepentingan setelah liga selesai.

Kepentingan maksudnya semisal tampil di turnamen lainnya selain liga. Pasalnya, Liverpool sudah selesai di Liga Champions. Sebagai juara bertahan, mereka gagal lolos ke babak perempat final yang akan dimulai Agustus nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun