Malah di awal April lalu, Prancis punya hampir 60 ribu kasus Covid-19. Sebanyak 5.398 korban jiwa sudah berjatuhan, dengan sekitar 12.500 orang berhasil sembuh.
Selain itu, laga Atalanta vs Valencia juga disebut memiliki peran dalam penyebaran virus di Italia. Pertandingan yang digelar di Stadion San Siro, Milan tersebut disebut sebagai "bom biologis" virus corona di Italia.
"Pertandingan itu adalah bom biologis. Pada saat itu kami tidak tahu apa yang terjadi. Pasien pertama di Italia pada 23 Februari. Jika virusnya sudah beredar, 40 ribu penggemar yang pergi ke San Siro terinfeksi," kata Wali Kota Bergamo Giorgio Gori dikutip dari Kompas.com.
Pertandingan Liga Champions lainnya yang dituding turut menyebarkan virus corona adalah duel Liverpool vs Atletico Madrid. Laga Liverpool vs Atletico Madrid pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions yang digelar di Stadion Anfield, 12 Maret 2020 ini dianggap turut menyebarkan virus corona di Inggris.
Dan memang, dengan adanya mobilitas suporter dalam jumlah besar dari satu negara ke negara lainnya, rentan menjadi "bom" penyebaran virus. Bukan hanya ketika mereka hadir di stadion, tetapi juga ketika suporter melakukan perjalanan darat maupun udara dari satu negara ke negara lainnya.
Karenanya, keputusan UEFA untuk melakukan restart Liga Champions dengan format baru, layak diapresiasi.
Memang, format baru dengan menggelar babak perempat final hingga final dalam satu pertandingan dan satu venue itu bakal menjauhkan Liga Champions dari keseruan dan keriuhan seperti tahun-tahun sebelumnya. Pendapatan klub dari ticketing pasti juga lenyap.
Namun, bagaimanapun, ini pilihan terbaik untuk melanjutkan Liga Champions di masa pandemi seperti ini. Toh, seperti yang sudah dilakukan Bundesliga, Primera Liga Spanyol dan Liga Inggris, sepak bola tidak akan pernah kesepian.
Sebab, jutaan pasang mata di seluruh penjuru dunia, pasti tidak akan melewatkan keseruan babak peting di Liga Champions. Ya, selamat datang kembali Liga Champions. Salam.