Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Teori Toples" dan Prioritas Kita di Masa Pandemi

30 Mei 2020   18:49 Diperbarui: 1 Juni 2020   02:45 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola golf, kerikil kecil, dan pasir yang akan dimasukkan ke dalam toples, merupakan gambaran prioritas kita dalam hidup ini. Terlebih di masa sulit akibat pandemi seperti sekarang/Foto: https://rottenapple88.wordpress.com/

Teori Toples itu tidak hanya mengajarkan kita tentang prioritas dalam menghadapi masa pandemi ini. Namun, juga tentang menemukan alasan untuk tetap bersyukur di masa sulit ini.

Ya, bilapun kita ikut terdampak wabah ini, semisal pekerjaan jadi lebih sulit, pemasukan jadi lebih sedikit, atau tidak bisa bertemu langsung keluarga ketika Lebaran kemarin, setidaknya ada yang masih bisa disyukuri. Yakni badan yang sehat.

Badan sehat akan menjadi modal awal untuk terus bekerja dan mengupayakan penghasilan bagi keluarga di masa sulit ini. Badan sehat juga membuat kita bisa menikmati kebersamaan bersama keluarga. Bukankah itu patut disyukuri ketika ada banyak orang menjalani perawatan karena wabah ini.

Tentang bersyukur di tengah pandemi ini, saya teringat gambar tentang beberapa macam kapal yang tengah terombang-ambing badai di lautan yang dikirimkan seseorang di grup WhatsApp.

Ada tulisan narasi menarik dari gambar tersebut. "We are not all in the same boat, We are all in the same storm".  

Bahwa, kita sekarang menghadapi badai yang sama, tetapi tidak berada di kapal yang sama. Setiap orang di kapalnya masing-masing, tengah mencari jalan keluar atau sekadar bertahan dari badai ini.

Maknanya, perjuangan setiap orang dalam masa Covid-19 ini tidaklah sama. Ada yang diberi kelebihan materi sehingga bisa bekerja di rumah saja dan bergaji bulanan.

Ada juga yang terseok-seok dengan segala kesulitan untuk bertahan hidup jika di rumah saja. Sehingga, mereka masih bekerja untuk bekerja karena ada keluarga yang harus dicukupi kebutuhannya.

Di tengah badai, kita masih bisa bersyukur karena masih memiliki kapal. Meskipun itu kapal kecil ataupun perahu sekoci. Bilapun tidak punya kapal sehingga harus berenang, minimal kita masih punya pelampung yang bakal membuat kita bertahan dari gelombang mengerikan.

Pendek kata, sesulit apapun, selama badan masih sehat, masih ada yang bisa disyukuri. Karenanya, bila masih sehat, ya kesehatan itu menjadi prioritas untuk dijaga. Ia seperti bola golf yang harus dimasukkan lebih dulu ke dalam toples sebelum benda lainnya. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun