Teori Toples itu tidak hanya mengajarkan kita tentang prioritas dalam menghadapi masa pandemi ini. Namun, juga tentang menemukan alasan untuk tetap bersyukur di masa sulit ini.
Ya, bilapun kita ikut terdampak wabah ini, semisal pekerjaan jadi lebih sulit, pemasukan jadi lebih sedikit, atau tidak bisa bertemu langsung keluarga ketika Lebaran kemarin, setidaknya ada yang masih bisa disyukuri. Yakni badan yang sehat.
Badan sehat akan menjadi modal awal untuk terus bekerja dan mengupayakan penghasilan bagi keluarga di masa sulit ini. Badan sehat juga membuat kita bisa menikmati kebersamaan bersama keluarga. Bukankah itu patut disyukuri ketika ada banyak orang menjalani perawatan karena wabah ini.
Tentang bersyukur di tengah pandemi ini, saya teringat gambar tentang beberapa macam kapal yang tengah terombang-ambing badai di lautan yang dikirimkan seseorang di grup WhatsApp.
Ada tulisan narasi menarik dari gambar tersebut. "We are not all in the same boat, We are all in the same storm". Â
Bahwa, kita sekarang menghadapi badai yang sama, tetapi tidak berada di kapal yang sama. Setiap orang di kapalnya masing-masing, tengah mencari jalan keluar atau sekadar bertahan dari badai ini.
Maknanya, perjuangan setiap orang dalam masa Covid-19 ini tidaklah sama. Ada yang diberi kelebihan materi sehingga bisa bekerja di rumah saja dan bergaji bulanan.
Ada juga yang terseok-seok dengan segala kesulitan untuk bertahan hidup jika di rumah saja. Sehingga, mereka masih bekerja untuk bekerja karena ada keluarga yang harus dicukupi kebutuhannya.
Di tengah badai, kita masih bisa bersyukur karena masih memiliki kapal. Meskipun itu kapal kecil ataupun perahu sekoci. Bilapun tidak punya kapal sehingga harus berenang, minimal kita masih punya pelampung yang bakal membuat kita bertahan dari gelombang mengerikan.
Pendek kata, sesulit apapun, selama badan masih sehat, masih ada yang bisa disyukuri. Karenanya, bila masih sehat, ya kesehatan itu menjadi prioritas untuk dijaga. Ia seperti bola golf yang harus dimasukkan lebih dulu ke dalam toples sebelum benda lainnya. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H