Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

"Jalan Sunyi" Tontowi Ahmad Pensiun dari Panggung Bulutangkis

18 Mei 2020   10:36 Diperbarui: 18 Mei 2020   12:08 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rivalitas panas dengan Zhang Nan/Zhao Yunlei

Toh, rentang dua tahun awal itu ternyata proses bertumbuh bagi mereka. Di tahun 2012, mereka mulai 'meledak' dengan memenangi gelar bergengsi All England. Meski, tahun itu masih menjadi tahunnya Zhang/Zhao yang meraih medali emas Olimpiade 2012 di London.

Setahun kemudian, tahun 2013, rivalitas Tontowi/Liliyana dan Zhang Nan/Zhao Yunlei semakin menjadi. Owi/Liliyana mengalahkan mereka di final All England 2013. Namun, momen tak terlupakan adalah rivalitas mereka di Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou.

Itu salah satu turnamen terbaik dalam karier Owi/Liliyana. Mereka mengalahkan Zhang/Zhao di semifinal lewat rubber game. Lantas, di final, mereka menang dramatis atas Xu Chen/Ma Jin lewat laga rubber game super dramatis. Itu gelar juara dunia pertama Owi dan Liliyana.

Silahkan menonton video ulangan pertandingannya di Youtube dan rasakan keseruannya. Betapa Owi dan Liliyana yang 'nyaris kalah', lantas come back dan berbalik menang. Sangat dramatis.

Momen puncak dalam karier Owi/Liliyana tersaji pada Olimpiade 2016 di Rio Janeiro Brasil. Lagi-lagi, ada rivalitas dengan Zhang Nan dan Zhao Yunlei. Mereka bertemu di semifinal. Owi/Liliyana menang straight game 21-16, 21-15. Lantas, mereka meraih medali emas usai mengalahkan ganda campuran Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying 21-14, 21-12.

Olimpiade 2016 menjadi fase akhir rivalitas panas mereka. Setelah itu, China muncul dengan 'prajurit' barunya. Ada pasangan Zheng Siwei/Chen Qingchen. Mereka beberapa kali terlibat di final.

Tapi, pertemuan yang paling diingat diantara mereka adalah final Kejuaraan Dunia 2017 di Glasgow. Kala itu, Siwei/Qingchen merupakan pasangan rangking 1 dunia. Yang terjadi, Owi/Liliyana berhasil mengalahkan mereka di final lewat rubber game ketat. Itu gelar juara dunia kedua mereka di Kejuaraan Dunia.

Menariknya, gara-gara Owi/Liliyana, China lantas 'menceraikan' Siwei dan Qingchen. Siwei dipasangkan dengan Huang Yaqiong. Dan kita tahu, pasangan ini lantas mendominasi persaingan ganda campuran. Owi/Liliyana yang sudah tidak muda lagi, pernah kalah dua kali di final Indonesia Masters 2018 dan 2019. Hingga kemudian Liliyana memutuskan pensiun.

PR Bagi PBSI menjaga prestasi ganda campuran

Tentu saja, mundurnya Tontowi Ahmad menyisakan pekerjaan rumah bagi Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Sebab, PBSI kehilangan figur pemain senior yang diharapkan bisa membimbing yang muda-muda.

Sebelumnya, selepas Liliyana pensiun, Owi sempat dicoba berpasangan dengan Winny Octavina. Sayangnya, mereka masih butuh waktu. Sementara, rivalitas di ganda campuran masa kini, sangat ketat. Karena memang, ada banyak pasangan hebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun