Padahal, apa susahnya bila memberikan ucapan selamat atas terbitnya buku tersebut. Sembari memesan satu atau dua buku sebagai bentuk
'penghargaan' atas karya kawan tersebut.
"Saya pesan satu buku dikirim ke rumah ya, alamatnya via japri".
Sebetulnya, tidak susah menulis kalimat seperti itu dibandingkan bila menulis kalimat meminta gratisan yang menurut saya malah menyisakan beban psikologis. Kecuali bila tidak tahu malu.
Seorang penulis buku, dengan telah berproses panjang dalam menulis buku, dengan telah bersusah payah mengalahkan tantangan capek fisik dan lelah pikiran, seharusnya mendapatkan penghargaan lebih.
Nah, cara terbaik untuk memberikan penghargaan kepada mereka, bila memang situasi memungkinkan, tentu dengan membeli bukunya. Bukan meminta gratisan. Bukan pula membeli buku bajakannya.
Di rumah, saya menyediakan satu rak khusus untuk buku-buku yang merupakan karya dari kawan, dosen, dan juga kenalan yang saya kenal. Ada buku berisi kumpulan cerpen. Ada buku esai sepak bola. Hingga buku 'serius' tentang tema media sosial.
Bagi saya, rak buku khusus karya kawan-kawan itu penting. Sebagai tukang menulis, bila saya merasa jenuh dan lelah pikir, katalog buku-buku karya kawan itulah yang saya pandangi untuk menumbuhkan semangat menulis. Â
Pada akhirnya, semoga momentum Hari Buku Nasional pada hari ini, tidak hanya menumbuhkan semangat untuk meningkatkan minat baca dan mengajak orang lain gemar membaca. Tetapi juga, menjadi pengingat bagi kita untuk lebih menghargai hasil karya orang lain. Dalam hal ini buku.Â
Ya, hari gini maunya buku baru gratisan, malu ah. Salam. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H