Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kisah Pendaki, Liga Inggris, dan Manchaster United yang Menghitung Tahun "Puasa Gelar"

13 Mei 2020   09:07 Diperbarui: 13 Mei 2020   09:11 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen ketika kali terakhir Manchester United merasakan gelar juara Liga Inggris musim 2012/13 yang merupakan musim terakhir Sir Alex Ferguson. Kini, United sudah tujuh musim puasa gelar/Foto: https://www.chaseyoursport.com

Tantangan yang berbeda itu bisa berwujud para rival utama yang berbeda. Semisal di era pertengahan 90-an dan awal 2000-an, pesaing United untuk berebut gelar bisa dibilang "cuma" Arsenal. Baru ketika Jose Mourinho datang Chelsea pada musim 2004/05, peta berubah.

Tapi dalam tujuh tahun terakhir, ketika Manchester City dilatih Guardiola, ketika Liverpool dilatih Jurgen Klopp, ketika Chelsea sudah jadi tim papan atas, ketika Leicester 'naik kelas', ketika Tottenham sudah mampu menyalip Arsenal, situasinya sudah berbeda.

Belum lagi musim depan, Newcastle United diprediksi akan menjadi "tim kuat baru" di Liga Inggris seiring kekuatan uang dari pemilik baru. Banyak pemain bintang dikabarkan bakal bergabung ke Newcastle.

Pendek kata, rival-rival United untuk berebut gelar kini jauh lebih banyak. Karenanya, bila ingin bisa mendaki puncak dan berada di puncak sampai akhir, United harus bisa lebih kuat dan lebih konsisten dari para rival tersebut.

Alasan kedua, bisa karena sang pendaki tidak lagi mendaki bersama pemandu hebat yang sangat mengenal medan dan tahu jalan menuju puncak.

Kalau ini maknanya jelas. Bahwa, siapa manajer/pelatih yang memimpin tim United, sangat berpengaruh pada hasil akhir apakah mereka bisa sampai ke puncak atau tidak.

Bila merujuk nama yang sudah-sudah, David Moyes, Louis van Gaal, dan Jose Mourinho gagal. David Moyes memang bagus di Everton, tapi di United dia malah seperti gagap melatih. Van Gaal memang pelatih sarat gelar. Tapi dia tidak punya pengalaman di Premier League.

Bagaimana Mourinho? Kita tahu kualitas Mou. Tapi, dalam beberapa tahun terakhir, Mou mulai kehilangan pamor sering konsistensi Guardiola dan Juergen Klopp. Memang, dia bisa membawa United di peringkat dua di musim 2017/18. Namun, itu tidak cukup menyelamatkan kariernya.

Kini, di era Solskjaer, manajemen United sepertinya mulai bisa bersabar. Meski masih belum terlalu konsisten, tapi United mulai berlari di jalur yang benar. Minimal, mereka berpeluang lolos ke Liga Champions musim depan.

Alasan ketiga, bisa juga karena kondisi sang pendaki yang memang tidak lagi bugar seperti tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, 'baterai' staminanya tidak cukup untuk mencapai puncak.

Maksudnya, kondisi tim United dalam beberapa tahun terakhir memang tidak sekeren dulu. Bisa karena pembelian pemain yang antara harga dan kualitas ternyata tidak sesuai. Atau tidak adanya pemain penentu seperti ketika mereka memiliki Robin Van Persie saat juara musim 2012/13 atau Cristiano Ronaldo di masa pertengahan 2000-an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun