Dalam hal keberhasilan memunculkan pemain-pemain muda berkualitas, apa yang dilakukan akademi sepak bola milik FC Barcelona, La Masia, kiranya bisa menjadi contoh siapa saja.
Di sana, setiap tahunnya, puluhan pemain berbakat siap tumbuh jadi bintang baru sepak bola. Di sana pula, sukses Timnas Spanyol memenangi Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012 dirintis.
Ketika menjadi juara dunia 2010 di Afrika Selatan untuk kali pertama, 7 dari 14 pemain yang terlibat di final Piala Dunia 2010 ketika Spanyol melawan Belanda, adalah lulusan La Masia.
Anda pernah dengar nama Kike Saverio, Marc Alegre, Ilias Akhomach, Gerard Fernandez, atau Ruslan MBA?
Saat ini, nama-nama mereka memang masih terdengar asing. Mereka bermain di La Masia U-10, U-16 dan Barcelona B. Tetapi, dalam beberapa tahun ke depan, jangan terkejut jika mereka tahu-tahu sudah berstatus pemain di klub top Eropa. Mereka semua calon bintang masa depan.
Sama halnya ketika pada tahun 1998 silam, banyak orang tidak kenal dengan nama Xavi Hernandez. Kala itu, Xavi hanya bocah lulusan La Masia yang baru 'naik kelas' ke tim senior. Usianya baru 18 tahun.
Pers Spanyol kala itu menganggap Xavi terlalu belia untuk memahami taktik rumit pelatih Barcelona asal Belanda, Louis van Gaal. Saya masih ingat sebuah foto Xavi muda yang lugu saat menyimak instruksi Van Gaal dari sebuah tabloid olahraga yang saya baca saat itu.
Tetapi, beberapa tahun kemudian, tahu-tahu Xavi sudah jadi pengumpan terbaik di Eropa. Bahkan dunia. Tahu-tahunya dia sudah berjuluk master of passing karena saking akuratnya umpan yang dia kirim kepada teman-temannya. Tanpa kita sadar bahwa sukses Xavi itu proses panjang yang telah dibentuk bertahun-tahun di tempat bernama La Masia.Â
La Masia menjadi potret bahwa kesuksesan seorang pemain dalam sepak bola, tidak datang tiba-tiba. Tetapi dibentuk dalam waktu lama.
Berkaca dari La Masia, memungut banyak pembelajaran
Rumah ladang yang terbuat dari batu. Begitu kolumnis The New York Times, Jere Longman menyebut kompleks La Masia. Markas La Masia memang bertempat di bangunan batu yang dibangun dari abad ke-18, sebuah bekas rumah peternakan yang terletak tepat di bawah bayangan Stadion Nou Camp. Tidak heran bila ada yang menyebutnya 'Farmhouse'.