Kabar baik berfungsi untuk menumbuhkan rasa optimis agar kita termotivasi menjadi lebih baik. Sementara kabar buruk membuat kita bisa belajar dari kesalahan agar tidak berulang lagi di masa depan.
Namun, dalam situasi wabah seperti sekarang, kabar baik seolah menjadi langka. Arus informasi di media daring dan media sosial kini cenderung mem-blow up info Covid-19 dengan lebih banyak menampilkan sisi negatifnya.
Padahal, masih ada banyak kabar bagus yang bisa dimunculkan. Semisal pasien Covid-19 yang sembuh, para tenaga medis yang bekerja penuh dedikasi, warga yang menyediakan ruangan untuk warga lainnya melakukan karantina mandiri, hingga orang-orang yang bergerak bersama untuk membantu sesamanya.
Yakinlah, tulisan-tulisan bagus yang dibagikan kepada orang lain dan dibaca banyak orang dalam situasi seperti sekarang, dampaknya bisa luar biasa. Minimal akan membuat orang menemukan kegembiraan, punya rasa optimis, dan masih bisa bersyukur. Bukankah tulisan yang seperti itu juga bernilai sedekah.
Beberapa waktu lalu, Anda mungkin masih ingat pesan broadcast di media sosial yang sempat viral. Sebuah pesan yang sungguh menggugah semangat. Bunyinya begini:
Sepupu saya yg kuliah di Cina kirim email ke saya dan ngomong begini :
"Disini (wuhan) kami sangat cepat untuk bangkit (recovery), karena kami saling menyemangati. Kami tidak memberitakan berita kematian, yang kami beritakan adalah berita kehidupan dan berita kesembuhan. Namun kenapa netizen di Indo lebih memilih memberitakan berita ketakutan? Apakah mereka memang ingin membunuh saudaranya sendiri?"
Bisakah mulai saat ini kita hanya memberitakan berita yang penuh harapan, berita yang menenangkan, berita kehidupan.
Bisakah kita membantu tim medis yang sudah sedemikian lelah, untuk berhenti membuat postingan-postingan yang berkonten menakut-nakuti membuat orang khawatir dan panic. Bisakah?
Tahukah bahwa kekhawatiran berlebih akan menurunkan imun tubuh lebih cepat. Jangan buat mereka khawatir, sehingga terus menerus berbondong bondong ke RS dan makin membuat lelah para tim medis kita. Bisakah?"
Saya yakin, pesan broadcast tersebut sudah sampai ke mana-mana. Sampean mungkin juga mendapatkan broadcast tersebut dan sudah membacanya.