Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Momen Tersulit Ramadan Tahun Ini, Kala Si Bungsu Tidur dengan "Belalai Infus"

5 Mei 2020   21:19 Diperbarui: 5 Mei 2020   21:14 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Ramadan kali ini sungguh tidak terlupakan bagi saya. Mungkin juga bagi semua yang menjalankan ibadah puasa. Pertama kali sepanjang umur bertemu Ramadan, baru kali ini kita justru diimbau untuk beribadah di rumah. Kita "dipaksa" merayakan Ramadan dari rumah.

Tidak ada lagi keceriaan anak-anak yang bersemangat ikut ke masjid untuk sholat Subuh berjamaah seperti tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada lagi terdengar suara mereka pamit bersegera ke masjid bersama kawan-kawannya jelang Maghrib demi menikmati takjil. Ataupun kehebohan mereka ketika Sholat Tarawih.

Meski, semua 'keganjilan' itu sebenarnya sudah bisa dibayangkan sebelum Ramadan. Ketika beberapa pekan sebelum datangnya Ramadan, wabah coronavirus disease (Covid-19) belum ada tanda-tanda akan berakhir, kita sudah tahu bahwa bulan puasa kali ini akan berbeda.

Namun, yang tidak terbayangkan oleh saya adalah ketika harus melewatkan beberapa hari di awal Ramadan tahun ini di rumah sakit. Tentunya dengan perasaan khawatir. Sedih.

Apalagi di musim wabah virus seperti ini. Jelas, tidak ada yang ingin 'menginap' di rumah sakit. Semuanya ingin nyaman dan aman berada di rumah. Namun, momen sulit itulah yang harus saya hadapi selama beberapa hari pekan awal Ramadan.

Ceritanya, tepat pada Selasa pekan lalu, saya dan istri memeriksakan anak bungsu yang berusia 7 tahun ke dokter. Pasalnya, sejak hari Minggu, badannya terlihat kurang bugar. Meski dia masih mobile ke sana kemari bermain dengan kakaknya di rumah, tetapi kelihatan bila dia kurang fit.

Saya sebenarnya sempat merasa dia baik-baik saja. Memang, suhu badannya sempat tinggi, tetapi kemudian kembali normal. Nafsu makannya juga tidak ada masalah. Malah lahap.
 
Namun, ketika diperiksa dokter, setelah ditanya apa saja keluhannya, ibu dokter itu menyarankan agar anak saya melakukan cek darah. Lantas, setelah cek darah, karena diberitahu hasilnya diambil siang, kami kembali ke rumah.

Selang satu jam kemudian, kami mendapat telpon dari laboratorium tersebut bahwa hasilnya sudah keluar. Dan, oleh dokter, kami direkomendasikan untuk segera membawa si bungsu ke Unit Gawat Darurat (UGD). Sebab, menurut hasil lab, bocah kelas 1 SD ini mengalami dengue fever. Trombosit nya rendah. Kondisinya bisa berbahaya bila tidak segera dirawat intensif.

Melihat ekspresi dokter yang cemas dengan kondisi anak saya, kami pun ikut panik dan buru-buru membawanya ke rumah sakit. Setelah menjalani pemeriksaan, lalu diinfus, sembari mengurus di bagian administrasi, anak saya pun harus dirawat inap.

Artinya, kami harus melewatkan beberapa hari Ramadan dengan berpuasa dan menginap di rumah sakit.

Saya dan istri pun harus berbagi tugas. Istri yang mendampingi si bungsu menginap di rumah sakit. Sementara saya menemani si kakak yang tetap di rumah dan juga masih melanjutkan puasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun