Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menengok "Wajah Kekinian" Masjid Berusia Ratusan Tahun di Sidoarjo

30 April 2020   20:00 Diperbarui: 30 April 2020   20:03 1458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masjid-masjid di era kekinian tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah. Di beberapa kota di Indonesia, masjid juga menjadi salah satu land mark alias penanda kota.

Maksud dari penanda kota tersebut, bila kita melihat foto seorang kawan di masjid A atau B, maka kita langsung bisa tahu bahwa kawan tersebut sedang berada di Kota A atau B. Itu karena saking identiknya masjid dengan kota tersebut.

Tentu saja, belum semua bangunan masjid di Indonesia, bisa identik dengan sebuah kota. Sebab, belum semua masjid dikenal luas oleh masyarakat.

Meski begitu, ada banyak kota di Indonesia memiliki bangunan masjid yang telah menjadi salah satu ciri khas kota tersebut. Termasuk di Sidoarjo, tempat tinggal saya.

Malah, di Sidoarjo, selain Masjid Agung Sidoarjo yang berada di pusat kota dan bersebelahan dengan alun-alun, ada beberapa bangunan masjid yang terkenal dan bahkan punya cerita panjang. Namun, tidak banyak yang mengetahuinya. Termasuk warganya sendiri.

Salah satunya Masjid Jami Al Abror yang merupakan masjid tertua di Sidoarjo. Masjid ini terletak di Kampung Kauman, tepatnya di Jalan Kauman RT 5 Gang 1 Pekauman di Kecamatan Sidoarjo (kota).

Masjid Jami Al Abror Sidoarjo tampak dari kejauhan /Foto pribadi
Masjid Jami Al Abror Sidoarjo tampak dari kejauhan /Foto pribadi
Lokasinya tidak begitu jauh dari pusat pemerintahan di Kabupaten Sidoarjo. Untuk menuju ke masjid ini, jika dari Alun-alun Sidoarjo, tinggal berjalan lurus sekitar 1 km ke arah Selatan. Tepatnya di Jalan Gajah Mada Sidoarjo. Di samping salah satu pusat perbelanjaan.

Terlihat seperti masjid baru, padahal usianya sudah ratusan tahun

Warga Sidoarjo dan pengguna jalan yang melintas di Jalan Gajah Mada Sidoarjo, pasti pernah melihat bangunan Masjid Jami' Al Abror yang ada di seberang kanan jalan.

Ornamen masjid yang didominasi paduan warna hijau dan kuning, memang mencuri perhatian siapapun yang melintas di kawasan yang ketika malam terkenal dengan kuliner rawon.

Nah, bagi siapapun yang pertama kali melihat Masjid Jami' Al Abror, pasti akan menyangka bila masjid ini merupakan masjid baru. Karena memang, bentuknya megah. Warna bangunannya juga cerah. Tidak ada kesan klasik bila masjid ini merupakan masjid tertua di Sidoarjo.

Penampakan Masjid Jami Al Abror Sidoarjo pada awal tahun 2020 lalu/Foto: Sidoarjonews.id
Penampakan Masjid Jami Al Abror Sidoarjo pada awal tahun 2020 lalu/Foto: Sidoarjonews.id
Padahal, menurut jejak sejarah, masjid ini sudah berdiri pada masa Kerajaan Mataram di tahun 1678. Keberadaan masjid ini sangat erat kaitannya dengan kelahiran Kabupaten Sidoarjo yang awalnya bernama Kadipaten Sidokare.

Saya pun dulu sempat berpikir bila masjid ini terbilang baru. Belum masuk hitungan abad. Ya, meski cukup sering melintas di kawasan tersebut, utamanya ketika mengantar anak berangkat ke sekolah, saya tidak terpikir bila usia masjid itu ternyata sudah sangat tua.

Tetapi memang, bila dilihat dari luar, kesan tua masjid ini sama sekali tidak terlihat. Bahkan, bila dilihat dari dalam masjid, jamaah mungkin juga tidak mendapatkan ada kesan bahwa masjid ini sudah berusia ratusan tahun.

Kok bisa begitu?

Itu karena Masjid Jami' Al Abror Sidoarjo ini memang telah mengalami beberapa kali pemugaran alias bangunannya ditata ulang. Setidaknya, pernah tiga kali telah dipugar. Terakhir pada 2009 lalu.

Bangunan gapura yang masih asli

Namun, meski beberapa kali dipugar, tetapi kita tetap bisa menemukan 'jejak tertinggal' bahwa masjid ini memang salah satu masjid yang paling awal berdiri di Sidoarjo.

Dikutip dari laman Sidoarjonews.id, satu-satunya bukti yang tersisa dari sejarah Masjid Jami' Al Abror adalah gapura yang berada pintu Utara. Inilah jejak dan juga satu titik yang tidak diubah dari masjid ini.

Bangunan gapura dengan warna putih ini masih terlihat kokoh. Berdinding tebal dengan ornamen bagian atas yang khas kerajaan masa lalu.

Penampakan gapura di sisi utara masjid yang masih asli/Foto pribadi
Penampakan gapura di sisi utara masjid yang masih asli/Foto pribadi
Tidak sulit menemukan dan melihat bangunan gapura asli masjid tersebut. Sebab, di sisi Utara masjid ini, ketika pagi 'disulap' menjadi pasar tradisional dan juga jalan pintas yang bisa dilewati masyarakat umum.

Setiap melintas di jalan tersebut, kita bisa melihat bangunan gapura tersebut. Meski mungkin, tidak semua orang sadar bahwa ternyata bangunan tersebut adalah gapura masjid.

Menurut penuturan Takmir Masjid Al Abror ketiak diwawancara Sidoarjonews.id, gapura pintu Utara tersebut hanya dibuka saat salat Jumat. Jamaah bisa masuk ke masjid lewat pintu gapura tersebut.

Biasanya, ketika hari jumat, gapura tersebut dibuka dan menjadi pintu bagi jamaah untuk masuk ke masjid/Foto: Sidoarjonews.id
Biasanya, ketika hari jumat, gapura tersebut dibuka dan menjadi pintu bagi jamaah untuk masuk ke masjid/Foto: Sidoarjonews.id
Selain gapura yang masih asli, arsitektur bangunan masjid ini juga masih mempertahankan tradisi Jawa.

Seperti atap bangunan masjid yang berbentuk 'tiga kuncup' seperti halnya Masjid Demak. Tiga kuncup tersebut merupakan cerminan dari filosofi iman, islam dan ihsan.

Ruang terbuka di depan masjid

Pada bulan Ramadan seperti ini, di tahun-tahun sebelumnya, hal unik lain yang bisa ditemui dan merupakan tradisi masjid ini adalah disediakannya kolak srikaya untuk hidangan tadarus malam.

Namun, saya kurang tahu apakah di tahun ini tradisi itu berlanjut. Sebab, Sidoarjo kini termasuk wilayah zona merah yang terpapar wabah Covid-19. Malah sejak 28 April kemarin sudah diterapkan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Beberapa masjid besar di Sidoarjo yang berada di dekat jalan besar dan jamaahnya heterogen, diimbau untuk tidak menggelar Sholat Tarawih.

Terkait Masjid Jami Al Abror di Kauman ini, saya sempat  penasaran. Sebab, umumnya sejarah tata kelola kota lain, Masjid Jami pasti berada di Kampung Kauman yang di depannya terdapat alun-alun. Sementara Alun-Alun Sidoarjo lumayan berjarak sekitar 1 kilometer dari masjid ini.

Kawasan Religi yang di depannya terdapat ruang terbuka hijau yang dipenuhi pepohonan. Bisa menjadi 'oase' di wilayah yang padat kompleks pertokoan/Foto pribadi
Kawasan Religi yang di depannya terdapat ruang terbuka hijau yang dipenuhi pepohonan. Bisa menjadi 'oase' di wilayah yang padat kompleks pertokoan/Foto pribadi
Dari hasil penelusuran beberapa referensi, awalnya, alun-alun Kota Delta--julukan Sidoarjo--memang berada di depan Masjid Jami' Al Abror ini. Jejak itu sebenarnya masih bisa dilihat.

Hingga sekarang, di depan kompleks masjid, sebelum sampai ke ruas Jalan Gajah Mada, masih ada sebidang ruang hijau terbuka yang ditumbuhi pepohonan. Cukup teduh.

Meskipun tidak seluas kebanyakan penampakan alun-alun era sekarang, tetapi ruang hijau tersebut bisa menjadi tempat teduh di wilayah yang sekelilingnya kini dipadati kompleks pertokoan dan juga pasar. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun