Menurut penuturan Takmir Masjid Al Abror ketiak diwawancara Sidoarjonews.id, gapura pintu Utara tersebut hanya dibuka saat salat Jumat. Jamaah bisa masuk ke masjid lewat pintu gapura tersebut.
Seperti atap bangunan masjid yang berbentuk 'tiga kuncup' seperti halnya Masjid Demak. Tiga kuncup tersebut merupakan cerminan dari filosofi iman, islam dan ihsan.
Ruang terbuka di depan masjid
Pada bulan Ramadan seperti ini, di tahun-tahun sebelumnya, hal unik lain yang bisa ditemui dan merupakan tradisi masjid ini adalah disediakannya kolak srikaya untuk hidangan tadarus malam.
Namun, saya kurang tahu apakah di tahun ini tradisi itu berlanjut. Sebab, Sidoarjo kini termasuk wilayah zona merah yang terpapar wabah Covid-19. Malah sejak 28 April kemarin sudah diterapkan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Beberapa masjid besar di Sidoarjo yang berada di dekat jalan besar dan jamaahnya heterogen, diimbau untuk tidak menggelar Sholat Tarawih.
Terkait Masjid Jami Al Abror di Kauman ini, saya sempat  penasaran. Sebab, umumnya sejarah tata kelola kota lain, Masjid Jami pasti berada di Kampung Kauman yang di depannya terdapat alun-alun. Sementara Alun-Alun Sidoarjo lumayan berjarak sekitar 1 kilometer dari masjid ini.
Hingga sekarang, di depan kompleks masjid, sebelum sampai ke ruas Jalan Gajah Mada, masih ada sebidang ruang hijau terbuka yang ditumbuhi pepohonan. Cukup teduh.
Meskipun tidak seluas kebanyakan penampakan alun-alun era sekarang, tetapi ruang hijau tersebut bisa menjadi tempat teduh di wilayah yang sekelilingnya kini dipadati kompleks pertokoan dan juga pasar. Salam.