Andai tidak ada wabah corona yang menjadi pandemi global seperti sekarang, bulan April ini, kita sudah akan mengetahui siapa saja atlet bulu tangkis top dunia yang mendapatkan tiket tampil di Olimpiade 2020.
Ya, setelah menjalani serangkaian turnamen BWF yang masuk dalam perhitungan poin sejak tahun lalu, April ini akan menjadi batas akhir dari pengumpulan poin race to olympic.
Artinya, siapa saja pebulu tangkis dari lima nomor (tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran) yang akan tampil di Tokyo 2020, sudah akan ketahuan.
Namun, wabah corona mengacaukan segalanya. Corona mengubah jadwal turnamen BWF yang sudah disusun terstruktur secara sistematis. Turnamen dihentikan. Pengumpulan poin pun ikut berhenti. Lalu, ranking pemain dibekukan.
Dan puncaknya, International Olympic Committee (IOC) atau Komite Olimpiade Internasional, akhirnya menunda penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 ke tahun depan.
Event multi olahraga terbesar di dunia yang sedianya akan digelar di Tokyo, Jepang, pada 24 Juli hingga 9 Agustus 2020 mendatang, ditunda ke 23 Juli tahun 2021 akibat pandemi corona.
Tentu saja, penundaan ini berdampak besar bagi atlet-atlet bulu tangkis di dunia, termasuk dari Indonesia. Ibaratnya, orang akan mengikuti lomba lari, sudah berada di lintasan dan siap berlari, ternyata lombanya tidak jadi. Bisa dibayangkan bagaimana rasa kecewanya.
Mereka yang selama ini berjuang menjaga penampilan di banyak turnamen demi meraih poin untuk lolos ke Olimpiade, harus lebih bersabar dan menjaga mood demi menunggu tahun depan.
Mereka yang selama ini berlatih, menjaga kondisi agar bebas dari cedera demi bisa tampil di Olimpiade, harus lebih lama memastikan dirinya terus fit sampai tahun depan.
Namun, tidak semua pebulu tangkis top dunia merasakan kerugian dari penundaan Olimpiade. Justru, ada beberapa atlet bulu tangkis yang diuntungkan oleh dimundurkannya Olimpiade ke tahun depan.
Tentu saja, kata "diuntungkan" ini bisa berbeda makna. Tafsirannya berbeda-beda. Karenanya, saya sengaja menyelipkan tanda petik pada kata tersebut di dalam judul.
Namun, bila merujuk pada kondisi dan penampilan terkini beberapa pemain-pemain yang disebut dalam uraian berikut, penyematan kata "diuntungkan" itu ada benarnya.
Momota punya waktu lebih panjang memulihkan kondisinya
Ya, ada beberapa atlet bulu tangkis top dunia yang beruntung karena Olimpiade tidak jadi digelar tahun ini. Mereka diuntungkan karena dengan adanya penundaan, mereka bisa memiliki masa persiapan lebih lama.
Terlebih bagi mereka yang masih cedera ataupun baru pulih dari cedera, bisa memulihkan kondisinya dan siap tempur di tahun depan.
Lalu, siapa saja pebulu tangkis top dunia yang diuntungkan dengan penundaan Olimpiade?
Tidak sulit menempatkan nama Kento Momota sebagai nama yang paling diuntungkan dengan penundaan Olimpiade. Terlepas ada rasa sedih karena wabah corona yang membuat Olimpiade tidak digelar sesuai jadwal, tapi di sisi lain, tunggal putra asal Jepang ini rasanya bergembira.
Sebab, andai Olimpiade tetap digelar Juni nanti, Momota (25 tahun) belum akan kembali pada penampilan puncaknya. Momota yang sangat diunggulkan bisa meraih medali emas di negaranya sendiri, bukan tidak mungkin akan kehilangan harapan.
Kita tahu, Momota masih menjalani pemulihan setelah mengalami cedera akibat kecelakaan mobil horor di Putrajaya, Malaysia pada 13 Januari lalu. Kala itu, Momota yang baru saja jadi juara Malaysia Masters, menuju bandara untuk kembali ke Jepang.
Namun, dalam perjalanan, mobil minibus yang dia tumpangi mengalami kecelakaan hebat yang mengakibatkan sopirnya meninggal di tempat. Dilansir dari beberapa media Malaysia, bagian depan minibus tersebut ringsek menabrak truk berbobot 30 ton yang melaju lambat.
Momota dan tiga penumpang lainnya selamat. Hanya mengalami luka-luka. Namun, Dia mengaku shock berat. Sejak itu, tunggal putra ranking 1 dunia ini belum sekalipun tampil di turnamen resmi. Termasuk di All England Open.
Andai Juli nanti Olimpiade digelar, kondisi fisik dan mental Momota diragukan bisa kembali seperti semula. Sementara para rivalnya seperti Viktor Axelsen, Chou Tien-chen, Chen Long, hingga Anthony Ginting, dalam kondisi lebih bugar.
Karenanya, dengan penundaan Olimpiade, Momota kini bisa punya waktu lebih panjang untuk memulihkan kondisinya. Tentu saja itu sebuah keuntungan baginya.
Bukan hanya Momota. Keuntungan juga dirasakan tunggal putra China, Shi Yuqi. Kita tahu, pebulu tangkis berusia 23 tahun ini mengalami cedera parah pada Juli 2019 lalu kala tampil di Indonesia Open.
Berbulan-bulan dia absen dari lapangan demi memulihkan cedera. Awal tahun 2020, dia sempat tampil di beberapa turnamen, tapi penampilan juara All England 2018 ini di lapangan belum lepas. Dia masih terkendala cedera.
Karenanya, dengan waktu rehat yang lebih panjang, itu menjadi kesempatan bagi Shi Yuqi untuk mencapai kebugaran optimal juga terus berlatih demi meraih kembali level permainan terbaiknya.
Tunggal putri peraih medali emas Olimpiade 2016 juga diuntungkan
Mundurnya jadwal Olimpiade juga patut disyukuri oleh atlet-atlet dari Spanyol. Maklum, Spanyol menjadi salah satu negara di Eropa yang paling terdampak oleh wabah Corona.
Nah, dari sekian atlet top Spanyol yang terkenal, pebulu tangkis tunggal putri, Carolina Marin, pastinya bungah (gembira) karena memiliki waktu persiapan lebih panjang.
Kita tahu, sepanjang tahun 2019 lalu, Marin (26 tahun) yang merupakan peraih medali emas Olimpiade 2016, menghabiskan waktu berbulan-bulan demi memulihkan cedera. Dia mengalami cedera parah kala tampil di Indonesia Masters di awal tahun 2019. Ranking BWF-nya pun turun karena lama tidak tampil.
Pebulu tangkis cantik ini sempat membuat kejutan kala come back dan langsung menjadi juara di China Open pada September 2019. Namun, setelah itu, penampilan juara dunia tiga kali (2014, 2015, dan 2018) ini masih labil.
Terlebih, persaingan di sektor tunggal putri memang sangat ketat. Ada banyak pemain top yang level kualitasnya tidak beda jauh. Sebut saja Chen Yufei (China), Tai Tzu-ying (Taiwan), Ratchanok Intanon (Thailand), Nozomi Okuhara (Jepang), hingga Pusarla Sindhu (India).
Karenanya, dengan memiliki waktu persiapan lebih lama, Carolina Marin yang kini ada di peringkat 6 dunia, bisa mempersiapkan diri lebih matang menuju Olimpiade.
Bagaimana dengan tunggal putri Indonesia?
Tidak hanya Marin, kita juga tentu berharap, penundaan Olimpiade ini menjadi kabar bagus bagi tunggal putri Indonesia. Kita tahu, penampilan tunggal putri kita di sepanjang tahun 2019 hingga awal 2020, belum menggembirakan.
Bahkan, dalam rangking BWF terakhir per 17 Maret sebelum dibekukan BWF, tiga tunggal putri Indonesia masih di luar jalur untuk lolos Olimpiade. Mereka masih ada di luar peringkat 16 besar.
Gregoria Mariska (20 tahun) yang menjadi andalan utama Indonesia, kini ada di peringkat 21. Sementara Fitriani ada di peringkat 33 dan Ruselli Hartawan di peringkat 35.
Namun, dengan selisih poin yang tidak terlalu jauh, peluang untuk lolos ke Olimpiade, meski kecil tapi belum tertutup. Syaratnya, Gregoria Mariska cs bisa meraih hasil bagus di turnamen-turnamen mendatang. Hasil bagus jelas akan berdampak besar dalam pengumpulan poin.
Karenanya, semoga penundaan Olimpiade ini juga menjadi kabar bagus bagi tunggal putri Indonesia. Kabar bagus itu tentunya tidak bisa dirasakan sekarang. Tapi nanti sekembalinya mereka di lapangan ketika meraih hasil bagus.
Kita tentu ingin, di cabang olahraga bulu tangkis di Olimpiade, Indonesia memiliki perwakilan di semua sektor. Akan terasa ada yang kurang bila empat sektor lainnya kelak ada perwakilan merujuk ranking pemain yang dalam posisi bagus, sementara tunggal putri tidak.
Ah ya, selain nama-nama tersebut, nama pebulu tangkis top dunia lainnya yang juga diuntungkan dengan dimundurkannya penyelenggaraan Olimpiade adalah ganda putra India, Satwiksairaj Rankireddy (19 tahun) dan Chirag Shetty (22 tahun).
Pasangan ganda ranking 10 dunia ini juga tidak tampil dalam beberapa turnamen karena cederanya Rankireddy. Kini, pasangan juara Thailand Open 2019 yang bertekad membuat kejutan di Olimpiade ini punya waktu panjang untuk memulihkan diri.
Apakah sampean (Anda) juga punya daftar pebulu tangkis lainnya yang juga diuntungkan dengan penundaan Olimpiade Tokyo ke pertengahan tahun depan?
Siapapun itu, terpenting, kita semua berharap pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Sehingga, kita bisa kembali menyaksikan atlet-atlet bulutangkis bermain di lapangan. Kembali bermain demi berlari di jalur menuju Olimpiade. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H