Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seperti Ini Rasanya Punya "Tetangga" yang Positif Corona

24 Maret 2020   15:41 Diperbarui: 24 Maret 2020   17:04 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ketika kasus corona mulai sering diberitakan oleh awak media pada awal tahun lalu, kebanyakan warga di tempat tinggal saya di Sidoarjo, mungkin masih menganggapnya sekadar 'kabar jauh'. Kabar yang memang jauh dari mereka. Hanya bisa dilihat di layar televisi.

Awal tahun lalu, ketika ada Tenaga Kerja Wanita yang dirujuk dari kota tetangga  ke RSUD Sidoarjo karena diduga terpapar Corona usai pulang dari Hongkong, warga masih menanggapinya biasa. Belum banyak yang perhatian dengan kabar tersebut. Apalagi, ternyata hasil uji lab menyatakan pasien tersebut negatif. Ternyata sekadar flu biasa.

Malah, beberapa orang masih sempat bercanda dengan menyebut "Corona itu panganan (makanan) opo (apa)?" ketika ada banyak orang yang memperbincangkannya. Seolah corona itu dianggap guyonan.

Ada pula yang dengan santainya berujar "sudah lha, nggak perlu terlalu paranoid dengan corona, biasa saja. Yang penting pikiran positif nggak akan terjadi apa-apa".

Namun, akhir pekan kemarin, kehebohan terjadi di kota tetangga Surabaya ini. Itu setelah Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyampaikan bila ada satu warga Sidoarjo yang positif Corona. 

Sebelumnya, muncul informasi resmi bila ada 13 warga Sidoarjo yang masuk kategori Orang Dalam Pengawasan (ODP) dan sebanyak 11 orang merupakan PDP (Pasien Dalam Pengawasan) serta satu orang positif. Bahkan, hingga kemarin, jumlahnya bertambah menjadi tiga orang yang positif, 12 PDP dan 16 ODP.

Entah siapa yang mengawali, pada Minggu (22/3) kemarin, sejak siang, mendadak muncul pesan broadcast berisi keterangan hasil rapat dinas terkait perihal evakuasi pasien, plus data diri lengkap warga yang diketahui positif coronavirus disease (Covid-19) tersebut. 

Ya, data lengkap. Ada nama lengkap (bukan insial). Alamat rumah. Usia. Hingga pekerjaan. Data lengkap.

Pesan broadcast itu juga dilengkapi beberapa foto tim medis yang berpakaian 'ala astronot' dan membawa mobil ambulance. Mereka datang ke rumah warga yang menurut informasi media, merupakan PNS di Dinas Perhubungan Jawa Timur tersebut.

Pesan ini lantas menyebar ke grup-grup WhatsApp. Dari beberapa grup WA yang saya ikuti, muncul pesan yang diteruskan tersebut. Ada beberapa kawan dari grup WA berbeda yang berkirim broadcast pesan sama tersebut. Kabar itu juga menjadi konsumsi berita media arus utama.

Malam harinya, beredar pesan broadcast dari pasien tersebut. Dalam keterangannya, dia menyampaikan bila kedatangan petugas kesehatan ke rumahnya tersebut bukan untuk mengevakuasi dirinya. Sebab,  sejak seminggu lebih, dirinya sudah dirawat di RSUD Sidoarjo. Bukan di rumah. Sementara ambulance itu untuk mengevakuasi keluarganya. Dia juga berujar merasa aneh dirinya terkena di mana seperti dikutip dari https://www.ngopibareng.id/timeline/positif-corona-di-sidoarjo-bantah-hanya-isolasi-diri-di-rumah-4044180 . 

Pertanyaannya, mengapa kabar tersebut begitu cepat menyebar dari grup WA satu ke grup WA lainnya?

Bahkan, tidak hanya di Sidoarjo, ada saudara yang bekerja di Banyuwangi, lantas mengabarkan bila kabar itu sudah sampai di kota di ujung Jawa Timur yang kini ditinggalinya. Itulah ajaibnya WA.

Dalam dunia jurnalistik, dari sekian banyak atribut yang membuat peristiwa layak dianggap sebagai berita, salah satunya adalah proximity. Yakni kedekatan. 

Proximity ini bisa karena kedekatan geografis sebagai warga yang sama-sama tinggal di wilayah yang diberitakan. Juga proximity psikologis yan meskipun tidak sedang berada di wilayah tersebut, tetapi punya kaitan emosional dengan daerah yang sedang diberitakan.  

Nah, broadcast pasien positif corona Sidoarjo yang viral itu memenuhi unsur proximity. Meski tidak tahu orangnya, tetapi mereka yang tinggal di Sidoarjo dan paham dengan domisili pasien positif Covid-19 tersebut, lantas bersemangat membagikan kabar itu.

Entah niatnya untuk sekadar membagikan informasi itu, atau karena niat lain. Apakah memang mengingatkan orang lain agar lebih waspada. Atau karena sekadar ingin dianggap melek informasi.

Warga mulai 'melek' dan waspada Covid-19

Yang jelas, kabar tersebut membuat kehidupan beberapa warga Sidoarjo yang awalnya santuy terhadap Corona, mulai berubah. Beberapa kawan mulai menerapkan social distancing, sementara menyetop kebiasaan bersalaman ketika bertemu orang lain di masjid, dan bahkan ke mana-mana menggunakan masker.

Dan memang, sehari setelah pengumuman itu, ketika harus ke luar rumah demi mengantar istri ke rumah sakit demi keperluan menunggu kakaknya yang melahirkan, beberapa pengguna jalan yang berpapasan hampir semuanya menggunakan masker. Sebelumnya, jarang ada yang pakai.

Selain itu, kondisi jalanan juga tidak seramai biasanya. Entah karena banyak orang yang memang bekerja dari rumah dan juga tidak ada lagi orang tua yang mengantar anaknya ke sekolah. Atau memang, warga di kota yang terkenal dengan ikon udang dan ikan bandeng ini mulai menahan diri untuk tidak keluar rumah bila tidak ada urusan penting.  

Beberapa kawan dan saudara yang ada anggota keluarganya yang sedang kurang enak badan, juga mendadak diliputi kecemasan. Mereka curhat via WA. 

Demi sekadar menurunkan tensi kekhawatiran, saya mencoba membagikan informasi bahwa orang yang terpapar corona itu berbeda dengan yang sakit flu atau demam biasa. Sehingga, mereka tidak buru-buru panik karena menganggap bila setiap badan panas dan batuk berarti corona.

Meski memang, harus lebih banyak istirahat di rumah dan mengurangi aktivitas di luar rumah. Makan makanan bergizi dan minum minuman yang bisa memperkuat imunitas semisal wedang jahe maupun jeruk nipis.

Tidak lupa, menjaga kebiasaan hidup sehat. Semisal bila kembali ke rumah, harus mencuci tangan dengan sabun. Bila perlu, menyediakan sabun cair di halaman rumah. Sehingga, sebelum memasuki rumah, tangan dan kaki sudah dalam kondisi bersih.

Tapi yang jelas, pasca pengumuman pasien positif corona tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo semakin masif melakukan upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Sebelumnya, sejak pekan lalu, Pemkab Sidoarjo sudah melakukan berbagai upaya untuk melawan Corona. Seperti meliburkan siswa-siswi agar belajar di rumah. Meniadakan car free day di kawasan alun-alun yang selama ini menjadi ruang berkumpulnya warga di Minggu pagi.

Pemkab juga sudah menggulung karpet masjid agung yang diikuti masjid-masjid lainnya di wilayah Sidoarjo, lalu menyemprot disinfektan di beberapa fasilitas umum dan tempat ibadah, serta membatasi layanan tatap muka di instansi. Pendek kata, Pemkab pastinya sudah paham, ada beberapa ODP dan PDP di Sidoarjo. Karenanya, mereka melakukan prevensi.

Upaya masif dilakukan Pemkab Sidoarjo demi mencegah penyebaran Covid-19


Nah, sejak ada warganya yang positif, upaya yang dilakukan Pemkab Sidoarjo untuk mencegah penyebaran Covid-19 semakin masif. Seperti menutup taman-taman kota yang selama ini menjadi tempat berkumpulnya para orang tua dan anak-anak. Menutup sementara sarana olahraga yang dikelola pemkab, menutup tempat hiburan hingga pemancingan ikan.

Bahkan, sejak malam kemarin, petugas gabungan melakukan razia ke berbagai tempat di Sidoarjo. Sasarannya adalah kafe, warung kopi, tempat karaoke hingga restoran siap saji. Tak hanya itu, sekelompok warga yang bergerombol di jalan juga dibubarkan.

Setiap ada kerumunan orang, petugas mengimbau agar mereka membubarkan diri. Mereka disuruh pulang. Pengelola kafe atau warung diimbau agar tidak mengizinkan adanya kerumunan.

"Kami berharap pengusaha dan masyarakat lebih menyadari hal yang dilakukan ini demi memperjuangkan bangsa dalam melawan virus Corona," tutur pelaksana tugas Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin seperti dikutip dari https://sidoarjonews.id/video-kerumunan-warga-di-cafe-warung-dan-sejumlah-tempat-di-sidoarjo-dibubarkan-petugas/.

Pendek kata, beberapa warga di Sidoarjo yang pekan lalu mungkin masih santuy dengan kabar Covid-19, kini harus waspada karena virus yang sudah menjadi pandemi global ini sudah ada di sekitar mereka.

Bahkan, mereka yang masih abai, kini dipaksa agar benar-benar sadar bahayanya Covid-19 ini. Mereka dipaksa agar lebih banyak menjalani waktu di rumah, bukan kumpul-kumpul di luar rumah. Terlebih ketika malam yang selama ini memang sudah menjadi kebiasaan.

Memang, imbauan itu tidak mudah dijalani. Kita yang terbiasa berinteraksi dengan orang lain, terbiasa bertemu, dan mengobrol baik obrolan santai hingga soal pekerjaan, kini dipaksa untuk mengubah kebiasaan itu.  

Namun, bila semua orang ditanya apakah ingin 'wabah pagebluk' ini segera berakhir, kita pastinya memiliki harapan yang sama. Karenanya, setiap orang perlu ikut ambil bagian dalam 'kampanye' melawan virus corona ini.

Salah satu cara sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan menahan diri untuk tidak sering keluar rumah ataupun berkumpul dalam kerumunan. Sehingga, Covid-19 tidak mendapat ruang untuk menular. Kita juga bisa berupaya menjaga imunitas, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, serta membiasakan hidup sehat dari lingkungan keluarga. 

Semoga 'badai' pandemi corona ini segera berlalu. Semoga kehidupan kembali normal seperti dulu ketika covid-19 belum menyerang. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun